Tepung ikan merupakan salah satu sumber protein yang
penting dalam formulasi pakan ikan. Produksi tepung ikan di dunia saat ini
berada pada fase stagnan yaitu kurang lebih 6,1 juta ton pertahun semenjak
tahun 90-an. Indonesia mengimport tepung
dan minyak ikan lebih dari US$ 200 juta pertahun. Hal ini menjadi poin khusus
dalam akuakultur terutama di indonesia yaitu upaya mencari pengganti tepung
ikan sebagai sumber protein pakan, Fish Meal Replacement Research Program,
merupakan topik penelitian yang sangat penting saat ini. Salah satu pengganti
tepung ikan telah ditemukan oleh tim IRD (Institut de recherche pour le
developpment) dan LRBIHAT (Loka Riset Ikan Hias Air Tawar) yaitu larva serangga
Black Soldier Fly (Hermetia illucens, Stratiomydae, Diptera) yang
dikenal dengan istilah maggot. Kandungan protein dan lemak maggot adalah 50%
dan 25%.
Produksi maggot sinergi dengan program ”zero waste”
karena organisme ini dapat mencerna berbagai jenis sampah organik, salah
satunya adalah bungkil kelapa sawit. Serangga ini tersebar secara luas di
seluruh dunia dan belum pernah terdeteksi sebagai agen penyakit. Soldier fly
mengalami 4 (empat) stadia perkembangan yaitu :
1. Telur;
berwarna kekuningan dan dapat ditemukan di celah-celah atau tumpukan substrat.
2. Larva; mempunyai
20-25 instar dalam perkembangannya, dengan ukuran mencapai 2 cm, aktif memakan
makanan yang busuk.
3. Pupa;
berimigrasi ke tempat yang lebih lembab.
4. Dewasa;
meletakkan telurnya di dekat sumber makanan larva.
PRODUKSI MAGGOT
- Bahan dan Alat
Peralatan yang dibutuhkan yaitu peralatan perikanan
seperti : skop, cangkul, timbangan, ember, baskom, saringan, gerobak dorong.
Sedangkan bahan adalah bungkil kelapa sawit (palm kernel meal, PKM), atau ampas
tahu sebagai media tumbuh.
- Persiapan Wadah
Wadah yang digunakan
dalam budidaya maggot skala massal adalah bak bisa berukuran 2x4m2 ; 3x4 m2 ;
3x7 m2 atau 3x10m2 terbuat dari beton atau kayu berlapis plastik yang kedap air
dan dilengkapi dengan atap sebagai penutup dari hujan serta waring agar maggot tidak
dimakan burung pengganggu.
Besar kecilnya ukuran
wadah disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan dari budidaya maggot serta
anggaran yang tersedia. Sebelum digunakan, wadah dibersihkan dengan cara dicuci
dan disapu dari kotoran yang menempel bekas budidaya maggot sebelumnya.
- Persiapan Media
PKM dimasukan kedalam
bak dengan ketebalan 4-5 cm atau sebanyak 200 kg untuk ukuran bak 2x4 m2; 250
kg untuk bak ukuran 3x4m2 atau sebanyak 450 kg untuk ukuran bak 3x10m2. Jumlah
air yang ditambahkan sebagai media fermentasi adalah sebanyak 2x dari jumlah
PKM yang digunakan atau dapat diperkirakan dari kelembaban PKM dan jangan
terlalu basah. Diatas media ditambahkan daun pisang kering/daun atap untuk
tempat menempelkan telur black soldier.
- Pemeliharaan Maggot
Pemeliharaan
maggot dilakukan selama 4 minggu. Hindari
burung pengganggu dengan cara memasang jaring agar maggot atau black soldier
tidak dimakan burung. Untuk menjaga kelembaban media agar tidak kering, setiap
2-4 hari ditambahkan air secukupnya. Setelah 3-4 minggu pemeliharaan maggot
dapat dipanen.
- Pemanenan
Panen dapat dilakukan
secara total atau parsial sesuai kebutuhan. Pemanenan dapat dilakukan dengan 2
cara yaitu cara basah dan cara kering. Secara basah, maggot dicuci dengan
menggunakan air bersih kemudian disaring menggunakan saringan yang berukuran 2
mm. Sedangkan secara kering, maggot cukup diayak menggunakan ayakan berdiameter
2 mm tanpa pencucian dengan air.
Perbedaan cara panen ini
tergantung pada teknik budidaya yang dilakukan. Jika kita bisa mengatur
kekeringan media sampai waktunya panen, maka kita dapat melakukan panen maggot
dengan cara kering. Namun jika tidak, dan kondisi media tetap basah atau banyak
air sampai watunya panen, maka kita harus melakukan panen dengan cara panen
basah.
Maggot
hasil panenan dimasukkan kedalam wadah baskom, ember atau plastik untuk
digunakan sesuai keinginan atau disimpan dalam freezer untuk jangka
waktu lama.
Sumber : Balai Budidaya Air Tawar Jambi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar