Jumat, 02 Juni 2017

UPAYA MENCEGAH PENYAKIT UDANG DENGAN SKRINING BENUR


Benih udang (benur) merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan bagi keberhasilan budidaya udang windu di tambak.Oleh karena itu mutu benur yang akan ditebar ke dalam petakan tambak harus menjadi pertimbangan yang serius bagi pembudidayaan/pengusaha tambak.
Sebagaimana diketahui bahwa beberapa tahun terakhir ini cukup banyak pembudidaya/pengusaha tambak udang yang mengalami kegagalan panen karena serangan penyakit terhadap udang yang dipelihara ditambak.
Untuk mengatasi masalah penyakit udang perlu diterapkan suatu pengelolaan kesehatan lingkungan dalam suatu hamparan tambak yang dikenal dengan istilah "Shrimp Culture Health Management (SCHM)" yang kegiatannya terdiri dari :
  1. Pengendalian pathogen dalam tambak
  2. Pengendalian pathogen dalam hamparan
  3. Pencegahan Re-Infeksi
  4. Peningkatan pengelolaan pemberian pakan
  5. Perbaikan lingkungan tambak.
Dari kelima kegiatan tersebut di atas,yang terkait langsung dengan mutu benur adalah Pencegahan Re-Infeksi. Re-Infeksi dapat terjadi melalui 2 (dua) jalur yaitu : melalui benur dan melalui air yang digunakan. Pengelolaan kesehatan udang harus diawali melalui penerapan secara ketat cara berikut :
  • Pencegahan penularan penyakit melalui benur.
  • Penebaran benur bermutu (tahan penyakit) bebas pathogen.
Salah satu cara atau metoda yang akhir-akhir ini diterapkan untuk mendapatkan benur yang sehat adalah dengan melakukan "Skrining benur".
Manfaat dilakukannya skrining benur adalah :
  1. Memisahkan benur yang sehat dan yang sakit
  2. Meningkatkan daya tahan hidup udang ketika ditebar di kolam/tambak.
  3. Mencegah kemungkinan masuknya penyakit, baik melalui kontaminasi maupun melalui benur.
Skrining benur seyogianya diterapkan oleh para pengelola hatchery sebelum menjual benurnya kepada para pembudidaya/pengusaha tambak, sehingga para pembudidaya/pengusaha tambak hanya menebar benur yang sehat (bebas dari bibit penyakit). Namun demikian sebagian besar pengelola hatcehery belum menerapkan skrining benur karena belum mengetahuinya. Ada juga yang mengetahui teknik skrining benur,tetapi mereka enggan menerapkannya. Memang skrining benur mempunyai konsekuensi berkurangnya jumlah benur yang dapat dijual, karena benur yang telah tertular penyakit akan mati bila terkena formalin dalam proses skrining. Sebenarnya ada jalan keluar bagi pengelola hatchery yang mau menerapkan teknik skrining benur yaitu dengan menaikkan harga jual benur per ekornya. Tentu saja pembudidaya/pengusaha tambak harus bersedia membeli benur yang harganya lebih mahal asalkan benur tersebut bermutu dan sehat.
Disamping itu kecenderungan, pengusaha hetchery menjual benur ukuran kecil (dibawah PL-12) merupakan kendala bagi penerapan skrining benur,karena skrining benur lebih tepat dilakukan bagi benur ukuran PL-12 ke atas.
Apabila pengusaha hatchery keberatan melakukan skrining benur sebelum dijual para pembudidaya/pengusaha tambak dapat melakukannya sendiri sebelum benur ditebar di tambak. Untuk itu pembudidaya/pengusaha tambak juga harus menguasai teknik skrining benur di lokasi tambaknya.

Teknik Skrining Benur
- Bahan :
·      Benur sebanyak 200.000 ekor (ukuran PL-12 atau lebih)
·      Larutan formalin 50 cc (dapat dibeli di apotik)
·      Air tambak sebanyak 500 liter.
- Alat :
·      Tangki fiberglass kapasitas 500 liter air;
·      Gelas ukur (becker glass);
·      Ember plastik kapasitas 10 liter;
·      Seser atau tangguk kecil;
·      Aerator/aerasi
·      Gayung berwarna putih;
·      Arloji atau stop watch.
Prosedur Skrining Benur
1.    Isi air bersih melalui saringan ke tangki fiberglass sebanyak 500 liter, lalu masukkan benur sebanyak 200.000 ekor dengan bantuan tangguk kecil.
2.    Pasang aerasi sebanyak mungkin ke dalam tangki fiber yang sudah berisi air dan benur untuk membuat gelombang udara yang kuat.
3.    Periksa kepadatan benur dengan gelas ukur volume 1 liter.
4.    Ambil air dari dalam tangki fiber sebanyak 10 liter untuk membuat alrutan formalin, lalu masukkan formalin sebanyak 50cc, kemudian diaduk. diaduk rata tersebut ke dalam tangki fiber,sehingga terbentuk larutan formalin baru dengan konsentrasi 100 ppm.
5.    Angkatlah seluruh aerasi (bersama dengan dimasukkannya larutan formalin), lalu biarkan selama 30 menit.
6.    Setelah 30 menit berlangsung,aerasi dimasukkan dipasang kembali di dalam tangki fiberglass. Kemudian benur dalam tangki fiber diaduk dengan gayung sehingga terjadi perputaran satu arah.
7.  Biarkan putaran air (satu) arah tersebut selama beberapa saat sampai air menjadi tenang dengan sendirinya.
8.    Setelah air dalam tangki menjadi tenang maka terlihat benur sehat naik ke permukaan air,sedangkan benur yang mati terkumpul di bagian dasar tangki.
9.  Benur sehat diambil dan dipindahkan kedalam bak berisi air tambak yang bersih atau langsung ditebar ke dalam tambak.
   Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum dan sesudah melakukan skrining benur adalah :
  1. Bila jarak tempat skrining ke tambak pemeliharaan dapat ditempuh kurang dari 3 jam, benur yang telah di skrining dapat ditebar langsung ke tambak.
  2. Bila jarak tempat skirining ke tambak pemeliharaan memerlukan waktu lebih dari 3 jam perjalanan maka benur yang telah diskrining harus ditahan dalam bak yang berisi air selama kira-kira 24 jam.
  3. Benur yang sehat akan kehilangan 5-10% dari populasi awal berupa benur yang lemah dan benur yang mati,yang terkumpul di dasar tangki fiber setelah proses skrining berakhir.
  4. Benur dapat dikatakan rendah kualitasnya bila benur yang hidup setelah skrining kurang dari 70%.
Diharapkan dengan menerapkan teknologi skrining benur, baik oleh pengelola hatchery maupun oleh pembudidaya tambak, resiko kegagalan panen telah dapat diminimalisir karena re-infeksi penyakit melalui benur telah dilakukan pencegahannya.

Sumber : CD.Skrining Benur, Produksi MMC Pusat, Jakarta 2000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  MENGENAL IKAN SCORPION Mengingat permintaan ikan hias dari tahun ketahun terus meningkat, maka Ikan  Skorpion Volitan (Pterois ...