Benih udang (benur) merupakan
salah satu faktor yang sangat menentukan bagi keberhasilan budidaya udang windu
di tambak.Oleh karena itu mutu benur yang akan ditebar ke dalam petakan tambak
harus menjadi pertimbangan yang serius bagi pembudidayaan/pengusaha tambak.
Sebagaimana diketahui bahwa
beberapa tahun terakhir ini cukup banyak pembudidaya/pengusaha tambak udang
yang mengalami kegagalan panen karena serangan penyakit terhadap udang yang
dipelihara ditambak.
Untuk mengatasi masalah
penyakit udang perlu diterapkan suatu pengelolaan kesehatan lingkungan dalam
suatu hamparan tambak yang dikenal dengan istilah "Shrimp Culture Health Management (SCHM)" yang kegiatannya
terdiri dari :
- Pengendalian pathogen dalam tambak
- Pengendalian pathogen dalam hamparan
- Pencegahan Re-Infeksi
- Peningkatan pengelolaan pemberian pakan
- Perbaikan lingkungan tambak.
Dari kelima kegiatan tersebut di atas,yang terkait langsung dengan mutu
benur adalah Pencegahan Re-Infeksi. Re-Infeksi dapat terjadi melalui 2 (dua)
jalur yaitu : melalui benur dan melalui air yang digunakan. Pengelolaan
kesehatan udang harus diawali melalui penerapan secara ketat cara berikut :
- Pencegahan penularan penyakit melalui benur.
- Penebaran benur bermutu (tahan penyakit) bebas pathogen.
Salah satu cara atau metoda yang akhir-akhir ini diterapkan untuk
mendapatkan benur yang sehat adalah dengan melakukan "Skrining
benur".
Manfaat
dilakukannya skrining benur adalah :
- Memisahkan benur yang sehat dan yang sakit
- Meningkatkan daya tahan hidup udang ketika ditebar di kolam/tambak.
- Mencegah kemungkinan masuknya penyakit, baik melalui kontaminasi maupun melalui benur.
Skrining benur seyogianya
diterapkan oleh para pengelola hatchery sebelum menjual benurnya kepada para pembudidaya/pengusaha
tambak, sehingga para pembudidaya/pengusaha tambak hanya menebar benur yang
sehat (bebas dari bibit penyakit). Namun demikian sebagian besar pengelola
hatcehery belum menerapkan skrining benur karena belum mengetahuinya. Ada juga
yang mengetahui teknik skrining benur,tetapi mereka enggan menerapkannya.
Memang skrining benur mempunyai konsekuensi berkurangnya jumlah benur yang
dapat dijual, karena benur yang telah tertular penyakit akan mati bila terkena
formalin dalam proses skrining. Sebenarnya ada jalan keluar bagi pengelola hatchery
yang mau menerapkan teknik skrining benur yaitu dengan menaikkan harga jual
benur per ekornya. Tentu saja pembudidaya/pengusaha tambak harus bersedia
membeli benur yang harganya lebih mahal asalkan benur tersebut bermutu dan
sehat.
Disamping itu kecenderungan, pengusaha
hetchery menjual benur ukuran kecil (dibawah PL-12) merupakan kendala bagi
penerapan skrining benur,karena skrining benur lebih tepat dilakukan bagi benur
ukuran PL-12 ke atas.
Apabila pengusaha hatchery
keberatan melakukan skrining benur sebelum dijual para pembudidaya/pengusaha
tambak dapat melakukannya sendiri sebelum benur ditebar di tambak. Untuk itu
pembudidaya/pengusaha tambak juga harus menguasai teknik skrining benur di
lokasi tambaknya.
Teknik
Skrining Benur
- Bahan :
· Benur
sebanyak 200.000 ekor (ukuran PL-12 atau lebih)
· Larutan
formalin 50 cc (dapat dibeli di apotik)
· Air tambak
sebanyak 500 liter.
- Alat :
· Tangki
fiberglass kapasitas 500 liter air;
· Gelas ukur
(becker glass);
· Ember
plastik kapasitas 10 liter;
· Seser atau
tangguk kecil;
· Aerator/aerasi
· Gayung
berwarna putih;
· Arloji atau
stop watch.
Prosedur
Skrining Benur
1. Isi air
bersih melalui saringan ke tangki fiberglass sebanyak 500 liter, lalu masukkan
benur sebanyak 200.000 ekor dengan bantuan tangguk kecil.
2. Pasang
aerasi sebanyak mungkin ke dalam tangki fiber yang sudah berisi air dan benur
untuk membuat gelombang udara yang kuat.
3. Periksa
kepadatan benur dengan gelas ukur volume 1 liter.
4. Ambil air
dari dalam tangki fiber sebanyak 10 liter untuk membuat alrutan formalin, lalu
masukkan formalin sebanyak 50cc, kemudian diaduk. diaduk rata
tersebut ke dalam tangki fiber,sehingga terbentuk larutan formalin baru dengan
konsentrasi 100 ppm.
5. Angkatlah
seluruh aerasi (bersama dengan dimasukkannya larutan formalin), lalu biarkan
selama 30 menit.
6. Setelah 30
menit berlangsung,aerasi dimasukkan dipasang kembali di dalam tangki
fiberglass. Kemudian benur dalam tangki fiber diaduk dengan gayung sehingga
terjadi perputaran satu arah.
7. Biarkan
putaran air (satu) arah tersebut selama beberapa saat sampai air menjadi tenang
dengan sendirinya.
8. Setelah air
dalam tangki menjadi tenang maka terlihat benur sehat naik ke permukaan
air,sedangkan benur yang mati terkumpul di bagian dasar tangki.
9. Benur sehat
diambil dan dipindahkan kedalam bak berisi air tambak yang bersih atau langsung
ditebar ke dalam tambak.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum dan sesudah melakukan skrining
benur adalah :
- Bila jarak tempat skrining ke tambak pemeliharaan dapat ditempuh kurang dari 3 jam, benur yang telah di skrining dapat ditebar langsung ke tambak.
- Bila jarak tempat skirining ke tambak pemeliharaan memerlukan waktu lebih dari 3 jam perjalanan maka benur yang telah diskrining harus ditahan dalam bak yang berisi air selama kira-kira 24 jam.
- Benur yang sehat akan kehilangan 5-10% dari populasi awal berupa benur yang lemah dan benur yang mati,yang terkumpul di dasar tangki fiber setelah proses skrining berakhir.
- Benur dapat dikatakan rendah kualitasnya bila benur yang hidup setelah skrining kurang dari 70%.
Diharapkan dengan menerapkan
teknologi skrining benur, baik oleh pengelola hatchery maupun oleh pembudidaya
tambak, resiko kegagalan panen telah dapat diminimalisir karena re-infeksi
penyakit melalui benur telah dilakukan pencegahannya.
Sumber : CD.Skrining
Benur, Produksi MMC Pusat, Jakarta 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar