I.
PENDAHULUAN
Ikan Nila (Oreochromis
spp) merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Selain itu
juga merupakan komoditas penting dalam kegiatan usaha budidaya ikan air tawar.
Lebih dari 100 spesies Ikan Nila tersebar di beberapa daerah tropis, seperti
Asia, Afrika, dan Amerika.
Ikan asli perairan di lembah Sungai Nil, Afrika ini
didatangkan (introduksi) ke Indonesia pada Tahun 19969, 1990, dan 1994 yang
masing-masing berasal dari Taiwan, Thailand, dan Filiphina. Kontrol pengelolaan
yang tidak sesuai dengan ajuran menyebabkan kualitas ikan ini semakin lama
semakin menurun terutama dari segi pertumbuhan dan kemampuan memanfaatkan
protein pakan menjadi daging (FCR). Hal ini mendorong dilakukannya introduksi
jenis yang lebih unggul lagi salah satunya Ikan Nila Merah Bangkok.
Ikan Nila Merah yang didatangkan pertama kali ke Indonesia
sekitar Tahun 1981 merupakan salah satu ikan air tawar yang banyak diminati
dikarenakan memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah warna merahnya yang
menarik dan selintas mirip Kakap Merah sehingga yang berukuran besar disebut
sebagai sea bream. Selain itu Nila
Merah juga memiliki keunggulan lain yakni tahan (resisten) terhadap kondisi
kualitas air yang buruk dan toleransi terhadap berbagai kondisi lingkungan,
memiliki kemampuan yang efisien dalam membentuk protein kualitas tinggi dari
bahan organic, dan limbah domestic, serta mudah tumbuh dalam sistem budidaya intensif.
Nila Merah yang selama ini dikenal dan dikembangkan di
Indonesia merupakan hasil silangan antara Oreochromis
hornorum dengan Oreochromis
mossambicus. Sementara Nila Merah yang berasal dari Taiwan merupakan hasil
persilangan antara Oreochromis niloticus dengan
Oreochromis aureus.
II. DESKRIPSI IKAN NILA MERAH
2.1
Sistematika Ikan Nila
Merah
Berdasarkan
tingkatan taksa dalam menentukan silsilah (taksonomi), Nila Merah Bangkok (Oreochromis sp) diklasifikasikan sebagai
berikut :
·
Kingdom
|
:
|
Animalia
|
·
Filum
|
:
|
Chordata
|
·
Subfilum
|
:
|
Vertebrata
|
·
Kelas
|
:
|
Pisces
|
·
Subkelas
|
:
|
Teleostei
|
·
Ordo
|
:
|
Perchomorphi
|
·
Subordo
|
:
|
Perchoidae
|
·
Famili
|
:
|
Chiclidae
|
·
Genus
|
:
|
Oreochromis
|
·
Spesies
|
:
|
Oreochromis sp
|
2.2
Morfologi
Secara
morfologi Ikan Nila Merah dapat diketahui melalui ciri-ciri umum yang
dimilikinya antara lain memiliki garis-garis warna kea rah vertical pada badan
dan ekor serta sirip punggung dan sirip dubur. Warnanya kemerah-merahan atau
kekuning-kuningan atau keputih-putihan. Tubuhnya memanjang dan ramping. Sisik
berbentuk stenoid berukuran besar dan kasar. Jumlah sisik pada gurat sisi 34
buah. Sirip punggung dan sirip perut mempunyai jari-jari lemah dank eras yang
tajam seperti duri.
Gambar 1. Morfologi Ikan Nila
Merah
2.3
Kebiasaan Makan dan
Berkembang Biak
Ikan
Nila Merah memiliki kebiasaan makan dan beraktivitas di siang hari. Sebagai
ikan pemakan segala (omnivora), Ikan Nila Merah mampu secara efektif mencerna
dan menghasilkan protein dari berbagai jenis pakan yang disukainya baik yang
berasal dari nabati atau hewani. Hal unik dari kebiasaan makan Ikan Nila Merah
adalah selalu terlihat kelaparan atau mencari-cari pakan yang menempel
dipermukaan dinding pematang atau jaring.
Berdasarkan
sifat atau perilaku reproduksinya, tilapia (meliputi nila, mujair, aereus, dan
jenis lainnya) dapat digolongkan dalam tiga kelompok, yaitu sebagai berikut :
a)
Tilapi spp. Mempunyai sifat
menempelkan telurnya pada substrat.
b)
Oreochromis spp. Mengasuh telur dan
anaknya di mulut induk betina.
c)
Saritherodon spp. Mengasuh telur dan
anaknya secara bersama-sama antara induk jantan dan betina
III.TEKNIK
BUDIDAYA
Ikan Nila
Merah dapat dibudidayakan di kolam dengan cara tradisional, semi intensif, dan
intensif. Syarat untuk budidaya Ikan Nila Merah adalah air pemasukan tidak
terlalu besar, tidak terlalu jernih, tidak mengandung bahan limbah dan beracun.
3.1
Pembenihan
a) Pematangan
Gonad Induk
Induk Nila Merah dimatangkan gonadnya dalam bak semen
berukuran (10 x 5 x 1 m3) dengan ketinggian air 0,8 m dan kepadatan
2 – 3 ekor/m2. Bak dilengkapi dengan aerasi dari blower sebanyak 10
titik per bak dengan kadar oksigen minimal mencapai 5 ppm. Bak diberi atap
dengan tujuan untuk mengurangi sinar matahari yang masuk sehingga dapat menekan
laju tumbuh plankton.
Pergantian air dilakukan sebanyak 20% tiap dua hari.
Pemeliharaan induk untuk pematangan gonad dilakukan secara terpisah antara
jantan dan betina. Pakan yang diberikan berupa pellet komersial untuk induk
dengan kadar protein minimal 30% sebanyak 3% dari total biomassa dengan
frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore.
b) Seleksi
Induk
Pengambilan induk yang matang gonad dilakukan setelah
pemeliharaan selama 15 hari dengan cara menyeleksi. Induk betina diseleksi
berdasarkan bentuk perutnya, yakni bagian perut kelihatan buncit, lembut bila
diraba dan beratnya minimal 400 g/ekor. Sedangkan induk jantan diseleksi
berdasarkan ukuran berat dan kondisi insuk.
Berikut ini adalah criteria induk matang gonad,
diantaranya :
Ø Umur induk minimal 8 – 10
bulan,
Ø Tidak cacat, panjang badan
minimal 25 – 30 cm,
Ø Ukuran tubuh (panjang :
lebar) proporsional,
Ø sisik teratur,
Ø Perut telah mengembang ke
arah lubang anus (betina),
Ø Alat kelamin panjang dan
membulat diujung (betina),
Ø Alat kelamin jantan kecil
meruncing, bila diurut mengeluarkan sperma.
c) Proses
Pemijahan
Pemijahan Ikan Nila dilakukan secara alami dengan
mencampurkan induk jantan dan betina hasil seleksi ke dalam bak semen (ukuran
10 x 5 x 1 m3), bak yang digunakan adalah bak yang tidak diberi atap
dengan tujuan untuk mempercepat pertumbuhan plankton sebagai sumber pakan alami
bagi larva setelah menetas. Perbandingan induk jantan dan betina dalam
pemijahan adalah 1 : 3. Bak pemijahan juga dilengkapi dengan aerasi sebanyak 10
titik. Lama pemijahan 15 hari dan panen larva dilakukan setelah hari ke 15.
Selama pemijahan induk diberi pakan pellet induk sebanyak 1% dari biomassa
dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari.
d) Panen
Larva
Pemanenan larva dilakukan dengan cara mengurangi air bak
hingga ketinggian 20 cm. Induk ditangkap terlebih dahulu dengan jaring induk
(mesh size > 0,5 inchi) dan dipisahkan antara jantan dan betina untuk
dimatangkan gonadnya kembali. Larva Nila Merah yang baru menetas mempunyai
panjang 2 mm dengan berat rata-rata 0,02 mg/ekor. Penangkapan larva dilakukan
dengan jaring larva (mesh size < 1 mm) sampai habis dan dihitung untuk
mencari jumlah total larva yang dihasilkan dan selanjutnya dimasukkan dalam bak
pendederan.
e) Pendederan
Pendederan
larva dilakukan dalam bak semen ukuran (6 x 2 x 1 m3) dengan
ketinggian air 0,8 m. Lama pemeliharaan 30 hari dan diberikan pakan pellet
komersial dengan kadar protein minimal 28% dengan cara menambah ukuran pellet
setiap tahapan ukuran larva.
3.2
Pembesaran
Teknik
pembesaran Ikan Nila Merah dapat dilakukan di beberapa wadah budidaya
diantaranya pembesaran di KJA, KAD, dan pembesaran di Kolam Air Tenang.
Pembesaran di kolam air tenang memungkinkan para pembudidaya untuk melakukan
efisiensi penggunaan pakan buatan. Debit air yang relative rendah memungkinkan
bagi pertumbuhan pakan alami.
a) Persiapan
Sarana
Ukuran kolam yang digunakan dapat bervariasi antara 100
– 1000 m2 tergantung luas lahan yang tersedia. Namun demikian ukuran
kolam yang ideal adalah 500 m2. Untuk mengakomodir teknik pembesaran
Ikan Nila Merah di kolam air tenang ukuran 100 m2, dibuat kolam sebanyak
8 buah. Alat yang diperlukan antara lain 2 buah hapa ukuran 2 x 2 x 1 m dengan mesh size 5 mm, 4 buah lambit/seser, dan
sebuah jaring.
b) Persiapan
Kolam
Kolam pembesaran yang akan digunakan terlebih dahulu
dikeringkan selama 3 – 7 hari agar penyakit dan parasit yang ada sebelumnya
hilang. Bersamaan kegiatan pengeringan ini juga dilakukan perbaikan pematang
yang yang rusak/bocor, pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang dengan dosis
250 g/m2, serta pengapuran dengan dosis 25 – 100 g/m2.
c) Penebaran
Benih
Benih yang digunakan untuk pembesaran di kolam air
tenang berukuran 20 – 30 g/ekor. Bila pembudidaya menghendaki selama masa
pemeliharaan sumber pakan dibantu dengan pakan alami hasil pemupukan, maka
jumlah benih yang ditebar sebanyak 10 ekor/m2. Sedangkan bila semua
pakan bersumber dari pakan buatan, maka jumlah benih yang ditebar sebanyak 20
ekor/m2.
Benih yang akan ditebar sebaiknya disucihamakan terlebih
dahulu dengan cara direndam dalam larutan kalium permanganate (PK) dosis 4 – 5
mg/liter selama 15 – 30 menit. Untuk menghindari terjadinya stress pada benih
yang akan ditebar sebaiknya penebaran dilakukan pada suhu rendah (pagi atau
sore hari) dan terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi terhadap suhu.
d) Pemberian
Pakan
Pemberian pakan dapat dilakukan secara langsung
(ditaburkan) atau menggunakan alat (automatic
feeder). Frekuensi pemberian pakan minimal dilakukann 3 kali sehari dengan
jumlah 3-4% bobot biomass ikan. Karena ikan terus mengalami pertumbuhan
sehingga bobotnya pun meningkat, maka bobot pakan yang diberikan pun semakin
hari semakin meningkat. Agar pemberian pakan dapat dilakukan secara efisien,
maka perlu dilakukan sampling atau pengambilan contoh ikan untuk menentukan
jumlah pakan yang harus diberikan. Dengan mengalikan bobot rata-rata ikan dalam
kolam dengan jumlah ikan yang ada di kolam maka dapat diketahui jumlah pakan
yang harus diberikan.
Pembesaran Ikan Nila Merah di kolam air tenang dapat
dilakukan sebanyak 3-4 siklus pertahun. Dengan kata lain, lama pemeliharaan
ikan dilakukan selama 3-4 bulan. Dengan jangka waktu sedemikian, ukuran ikan
yang dipanen dapat mencapai rata-rata 350 g/ekor.
e) Panen
Pemanenan merupakan tahap akhir dari usaha pembesaran Ikan Nila Merah. Dari hasil
panen yang diperoleh dapat diketahui tingkat keberhasilan dari usaha yang
dilakukan. Pemanenan sebaiknya dilakukan secara hati-hati tetapi secepat
mungkin.
Pemanenan Ikan Nila Merah di kolam air tenang dilakukan
setelah bobot ikan mencapai 250-350 g/ekor. Pemanenan dilakukan dengan cara
menjaring atau dengan menyurutkan tinggi air dalam kolam. Dengan konstruksi
kolam yang mempunyai kobakan, ikan dapat diatur sehingga tertampung dalam
kobakan. Panen dilakukan pada pagi hari karena suhu air masih relative rendah
sehingga ikan akan lebih tenang.
Gambar 2. Ikan Nila Merah Ukuran
Konsumsi siap Panen
Sebelum dipasarkan, ikan-ikan hasil panen ditampung
terlebih dahulu dalam sebuah wadah tanpa diberi pakan (pemberokan). Pemberokan
ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi tingkat kematian ikan pada saat pendistribusian.
IV. PASCA
PANEN
4.1
Penampungan
Penampungan
ikan hasil produksi di kolam air tenang sebaiknya dilakukan dalam wadah yang
terpisah dengan wadah pembesaran. Wadah tersebut dapat berupa hapa dengan mesh size 0,5 cm, jaring atau bak.
Tempat penampungan sebaiknya memiliki sirkulasi air yang baik sehingga
kandungan oksigen terlarut cukup untuk menyuplai kebutuhan ikan. Sirkulasi air
yang kurang baik dapat ditanggulangi dengan menambahkan sarana aerasi.
4.2
Pengangkutan
Secara
umum pasar menghendaki ikan dalam keadaan hidup atau mati segar. Hal ini
mempengaruhi terhadap metode atau cara pengangkutan yakni pengangkutan secara
terbuka dan tertutup. Ikan yang diangkut tanpa sarana pendingin sebaiknya
dilakukan pada pagi, sore, atau malam hari dimana suhu lingkungan relative
rendah sehingga membantu menekan laju metabolism dan aktivitas ikan lainnya.
a) Pengangkutan Sistem Terbuka
Disebut terbuka karena selama
pengangkutan ikan ditempatkan dalam wadah yang dapat bersinggungan langsung
dengan udara terbuka. System ini hanya efektif
dilakukan untuk jarak dan waktu tempuh singkat. Sedangkan untuk jarak
jauh harus dilengkapi dengan tabung oksigen yang berfungsi menyuplai kebutuhan
oksigen selama dalam perjalanan. Saat ini para pembudidaya sudah sering
menggunakan drum plastik dan bak serat kaca (fibre glass) untuk pengangkutan. Drum plastik dilubangi salah satu
sisinya kemudian ditutup kembali dengan engsel sehingga bias dibuka-tutup.
b) Pengangkutan Sistem Tertutup
Pengangkutan system tertutup merupakan suatu cara pengangkutan
ikan menggunakan wadah yang dapat menampung dan menahan oksigen murni untuk
kebutuhan ikan bernafas. Wadah yang digunakan biasanya berupa kantong plastik
dengan perbandingan air dan oksigen 1 : 2-3 bagian.
Kepadatan ikan setiap kantong tergantung pada ukuran ikan
dan waktu tempuh. Sebagai contoh, bila ukuran ikan 250-350 g/ekor dengan waktu
tempuh 5-8 jam maka jumlah ikan per kantong sekitar 5 kg. Hal lain yang harus
diperhatikan adalah karakteristik Ikan Nila Merah yang memiliki sirip
berjari-jari keras sehingga kantong plastik pengangkut ikan sebaiknya diikat
rangkap tiga untuk menghindari kebocoran selama pengangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
Siregar
Djariah, Abbas. Nila Merah Pembenihan dan Pembesaran Secara Intensif.
|
Betting Site with Lucky Club Casino No Deposit
BalasHapusBetting Site with Lucky Club Casino No Deposit - Find a NEW Betting Site with Lucky Club Casino NO DEPOSIT BONUS! Find luckyclub EXCLUSIVE 50% Match Welcome Bonuses!