Kamis, 11 Oktober 2018

PEMBENIHAN IKAN BANDENG


I.      PENDAHULUAN
Bandeng ( Chanos-chanos Forks ) merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan mudah dipasarkan karena dagingnya enak dan berkualitas tinggi.  Ikan ini mudah untuk dibudidayakan karena bersifat euryhaline yaitu tahan terhadap perubahan kadar garam dalam air, tahan terhadap penyakit, pertumbuhannya cepat serta pakannya murah dan mudah diperoleh.

Di Indonesia kebutuhan tehadap benih ikan bandeng ( nener ) masih disuplai dari alam, yaitu dengan cara melakukan penangkapan di sekitar pantai yang berair jernih, landai, berpasir dan dipengaruhi oleh pasang surut.  Sejalan dengan berkembangnya usaha budidaya baik secara intensif maupun ekstensif, maka kebutuhan nener semakin meningkat.

2
 
Oleh karena itu, cara untuk mengatasi masalah penyediaan benih ikan bandeng   adalah dengan usaha pembenihan sehingga system ini mampu menghasilkan benih unggul dan tidak lagi mengandalkan benih dari hasil penangkapan di alam.

Sekarang ini banyak dilakukan pembenihan ikan bandeng baik skala perusahaan maupun skala rumah tangga.  Namun demikian perlu kiranya peningkatan kemampuan dalam pembenihan ikan bandeng.

II. MENGENAL IKAN BANDENG

2.1. Ciri-Ciri Morfologi Ikan Bandeng
Adapun klasifikasi dari ikan bandeng yaitu :
Class            : Pisces
Sub class       : Teleostei
Ordo            : Malacoplerygii
Sub ordo       : Chanidae
Genus           : Chanos
Spesies         : Chanos chanos

Ciri-ciri umum yang dapat segera dikenal dari ikan bandeng adalah tubuh memanjang agak gepeng, mata ditutup lapisan lemak, pangkal sirip punggung dan dubur ditutupi sisik, sisik sikloid lunak, warna hitam kehijauan dan dan keperakan di bagian sisi, terdapat sisik tambahan yang terbesar pada pangkal sirip dada dan sirip perut.  Ikan bandeng termasuk jenis ikan euryhaline yaitu dapat hidup pada kisaran kadar garam yang cukup tinggi. Di Indonesia daerah penyebaran bandeng yang telah diketahui meliputi perairan pantai di Timur Sumatra, Utara Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian, dan Nusa Tenggara termasuk Bali.

2.2. Kebiasaan Hidup

Beberapa persyaratan lingkungan agar bandeng dapat hidup dan tumbuh dengan baik dibutuhkan kualitas air yang meliputi suhu antara 25 - 35ºC, salinitas 50º/oo, pH antara 7 -9, NHз tidak lebih dari 0,1 ppm dan oksigen terlarut di bawah 3 ppm.

Ikan bandeng yang akan dipelihara sebagai calon induk dipilih yang sehat dan badannya tidak cacat.  Ukuran calon induk minimal 3 kg / ekor, berumur 3 – 4 tahun.  Calon ini baru mulai berkembang gonadnya setahun lagi.

Penangkapan induk di tambak sebaiknya dilakukan pada musim pemijahan sehingga mudah menentukan jenis kelaminnya.  Penentuan jenis kelamin bandeng dilakukan dengan cara striping, karena secara morfologi ikan bandeng dewasa sulit dibedakan jantan betinanya.  Jika tidak, maka perlu dilakukan penentuan lebih lanjut dengan metode kanulasi, yaitu memasukkan alat kanula  (diameter 0,9 mm ) kedalam alat kelamin sebelah kiri atau kanan agak keatas hingga selang masuk sepanjang 15 – 20 cm.  Ujung kanula dihisap, kemudian ditarik kembali pelan – pelan dan diperiksa dengan menerawangkan selang kanula.  Jika pada kanula ada butir – butiran telur berarti induk betina, sedangkan jika hanya ada cairan berwarna putih berarti jantan.

Induk bandeng dapat berasal dari alam atau hasil pemeliharaan.  Bila induk yang berasal dari alam perlu diadaptasikan dengan lingkungan baru agar dapat memijah dengan baik.
Bak pemeliharaan calon induk berkapasitas 20 ton (diameter 4 m, tinggi 1,75 m dengan tinggi air 1,5 m).  Bak terbuat dari beton, berbentuk bulat, serta dilengkapi dengan pipa pembuangan di tengahnya.

Induk yang diperoleh dari tambak biasanya kondisinya tidak begitu baik, karena kualitas air tambak kurang baik.  Di tambak perubahan suhu siang - malam besar, salinitas tidak stabil, airnya keruh berlumpur serta banyak gas – gas beracun hasil perombakan bahan – bahan organik.  Keadaan inilah yang menyebabkan bandeng tidak pernah mengeluarkan telur ditambak walaupun yang telah berkembang gonadnya.  Untuk memperbaiki keadaan ini induk harus diberi perawatan yang intensif dan pakan yang baik, sebelum dilakukan pemeriksaan jenis kelamin dan implantasi.

Selama masa pemeliharaan air laut dialirkan ke dalam bak secara terus menerus dengan pergantian 100 % perhari dari jumlah air.  Jika pergantian air kurang, maka air dalam bak cepat menjadi hijau tua, akibat suburnya plankton.  Jika kandungan oksigen terlarut dibawah 2 ppm, maka sekitar 6 jam ikan akan mati.  Gejala kekurangan oksigen ini ditandai dengan berenangnya ikan kepermukaan.

Sebulan sekali induk yang ditandai diperiksa kematangan gonadnya dengan menggunakan kanulasi.  Pemeriksaan ini lebih mudah dilakukan pada musim pemijahan, sekitar bulan Maret – April dan bulan Juli – Desember.  Mula – mula bak diturunkan airnya sampai ketinggian air tinggal 40 – 50 cm.  Kemudian ikan digiring ke suatu sudut lokasi dengan jala yang semakin lama semakin dipersempit dan ditangkap dengan jaring bertangkai panjang untuk dimasukkan ke dalam bak penampung.

Wadah yang digunakan untuk pemijahan dilengkapi dengan saringan pengumpul telur ( kolektor ) yang terbuat dari kain saringan berukuran 850 mikron.  Kolektor ini dipasang pada bak kecil penampung air limpasan ataupun air buangan, guna menyaring telur yang terbawa aliran air keluar.  Kolektor dipasang sejak sore hari karena induk bandeng mulai memijah pada tengah malam hingga menjelang pagi hari.

Bak yang digunakan untuk penetasan telur adalah akuarium kaca yang berkapasitas air 50 – 70 liter.  Sebelum digunakan akuarium ini dibersihkan dan dikeringkan dulu selama 24 jam, untuk mencegah jamur dan penyakit. 

Telur bandeng bersifat pelagis, mengapung dan menyebar rata diseluruh bagian permukaan air.  Telur ini berukuran sekitar 1,2 mm.  Telur yang dihasilkan induk betina ini akan menetas antara 24 – 26 jam setelah pemijahan  Telur yang berkumpul pada kolektor setelah mencapai stadia neurula ( 8 – 9 jam setelah pemijahan ) kemudian dipindahkan ke akuarium inkubasi pertama yang berisi air bersalinitas 40˚/oo.  Digunakan air yang bersalinitas 40˚/oo ini untuk memudahkan penyeleksian telur yang telah terbuahi.  Telur yang terbuahi akan mengapung, telur yang terbuahi tetapi kualitasnya jelek akan melayang – melayang dan telur yang tidak terbuahi akan tenggelam ke dasar.

Telur yang mengapung kemudian diserok untuk dipindahkan ke akuarium lain.  Dalam akuarium ini diaerasi selama 6 jam, kemudian aerasi dihentikan sehingga telur yang baik kualitasnya akan mengapung ( pada saat ini telur yang baik telah berkembang mencapai stadia neurula akhir ).  Telur yang mengapung kemudian diserok untuk dipindahkan ke bak – bak pemeliharaan larva.

Persiapan pemeliharaan larva dimulai dengan mencuci bak – bak pemeliharaan larva sampai bersih dan merendamnya dalam larutan clorin 400 ppm selama 24 jam untuk mencegah hama dan penyakit.  Penggunaan desinfektan harus dilakukan karena fase larva ini masih sangat lemah dan pekah terhadap gangguan hama dan penyakit.  Kemudian bak dibilas dengan air tawar dan diisi dengan air laut yang telah disaring dengan saringan 5 mikron untuk mencegah masuknya hama atau parasit pengganggu.

III. PEMBENIHAN IKAN BANDENG

a)     Persiapan Bak Induk
          Bak induk yang akan digunakan untuk pemeliharaan induk bandeng harus bersih dari berbagai kotoran yang melekat.  Oleh karena itu bak ini harus dibersihkan secara rutin dengan menggunakan kaporit dengan dosis 100 ppm untuk mencegah terjadinya serangan parasit, kemudian dikeringkan selama satu hari sampai kaporit betul-betul kering.  Setelah kering bak tersebut dibilas sampai bersih dengan air tawar sehingga kaporit tidak lagi menempel.  Adapun pelaksanaan persiapan bak ini khususnya membersihkan bak induk setiap 2 minggu sekali atau tergantung dari kotor tidaknya bak.

b)     Pengelolaan Kualitas Air
      Air media pemeliharaan induk maupun larva harus senantiasa terbebas dari pencemaran.  Untuk air media pemeliharaan induk setiap hari selalu dilakukan pergantian air yaitu pagi hari, selain memacu perkembangan gonad induk bandeng juga agar air tersebut selalu dalam keadaan bersih dari sisa pakan maupun kotoran lainnya.  Sedangkan air media pemeliharaan larva sebaiknya selalu terkontrol dengan baik, khususnya keadaan aerasi dan kebersihannya.  Ketinggian air dalam bak larva sebaiknya tidak kurang dari 100 cm agar tidak terjadi kekurangan oksigen pada larva disamping pengamatan aerasi.  Dalam menjaga kebersihan air media larva, khususnya pada hari ke-0 untuk membuang cangkang telur perlu disipon, dan pada haari ke-10 dilakukan pergantian air sebanyak 10% serta meningkat secara bertahap sampai 100% hingga saat menjelang panen.

c)     Pemeliharaan Induk
      Wadah pemeliharaan induk untuk pemijahan baik dengan manipulasi lingkungan maupun dengan hormonal adalah bak bundar dengan garis tengah lebih besar dari 4, kedalaman air lebih besar dari 2,5 m dan volume minimal 12 ton.  Bak tersebut dilengkapi aerasi disekelilingnya.  Air laut dialirkan secara teus menerus dengan tingkat pergantian 200-300 % per hari. 

         Induk yang baru datang harus diaklimatisasi terlebih dahulu dalam bak penampungan yang telah dicuci dan dikeringkan sebelumnya, untuk mencegah ikan agar tidak meloncat keluar maka bak ditutupi dengan jaring.  Padat tebar yang disarankan adalah 1 ekor induk ( 3,5-6 kg ) per 3 m3, sebelum dilakukan pemeliharaan dibak pemijahan, induk bandeng terlebih dahulu diseleksi jenis kelaminnya.  Untuk induk betina diamati dengan keteter ( kanula ) yang dimasukkan ke dalam lubang pelepasan telur (Genital Pore) sedalam  ± 15 cm dan kemudian disedot, sedangkan pengamatan pada induk jantan dengan cara mengurut bagian perut ke arah lubang genital.  Apabila dari pengamatan kanula diketahui ada butiran putih atau cairan kuning adalah induk betina dan apabila dengan pengurutan diperoleh cairan putih keruh dan kental adalah induk jantan.  Perbandingan berat induk jantan dengan induk betina adalah 1:1.  Selamat pemeliharaan induk diberikan pakan pellet yang mengandung protein 35-45 %, dosis 2 % dari biomasa dan frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 kali per hari yaitu pagi dan sore hari.

d)     Pematangan Gonad dan Pemijahan
         Pematangan gonad induk bandeng dapat dilakukan dengan dua cara yaitu manipulasi lingkungan dan hormonal.  Manipulasi lingkungan adalah upaya perangsangan pematangan organ reproduksi induk ikan bandeng dengan pengaturan air media, sedangkan dengan hormonal adalah upaya perangsangan pematangan organ reproduksi induk ikan jantan dan betina bandeng dengan menggunakan hormon perangsang pemijahan.

e)     Penanganan Telur
       Dalam penanganan telur yang dilakukan yaitu proses pemanenan dan penyeleksian telur.  Proses pemanenan telur dilakukan setiap hari dengan jalan mengambil telur dari kolektor untuk dipindahkan ke aquarium inkubasi.  Proses pemanenan ini dilakukan dengan cara menyerok telur yang diperoleh dari hasil pemijahan pada malam harinya.  Jumlah telur yang dihasilkan bervariasi dan paling banyak diperoleh pada saat musim pemijahan yaitu pada saat bulan gelap, sedangkan penyeleksian telur dilakukan setelah telur dimasukkan kedalam aquarium inkubasi yang diberikan air laut kemudian diberikan aerasi setelah kurang lebih 2 jam kemudian telur didiamkan selama 10 menit setelah itu akan kelihatan telur yang bagus dan yang tidak bagus.  Jika telur yang baik maka akan melayang-layang dipermukaan, sedangkan telur yang tidak bagus maka akan tampak putih keruh dan akan berada didasar aquarium.  Dan untuk telur yang tidak bagus akan dibuang dengan cara penyiponan, setelah dilakukan penyeleksian telur maka selanjutnya telur ditebar pada bak larva. 

f)      Pemeliharaa Larva

1.   Pemberian Pakan
      Pada saat telur baru saja ditebar (Do) larva tidak diberikan pakan karena masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur.  Cadangan makanan ini dapat diserap sampai larva berumur 2 hari.  Pakan alami mulai diberikan pada saat larva berumur 2 hari yang berupa Chlorella dan diberikan pula Rotifera dengan kepadatan antara 100-700 liter Chlorella 1000 sel/ml dan 10-25 liter Rotifera 1000 sel/ml.  Sesuai dengan umur larva, semakin besar umur larva maka pemberian pakan alami semakin ditingkatkan. 

2.   Pengelolaan Kualitas Air
      Pada masa penanganan larva bandeng keadaan bak harus selalu dalam keadaan bersih.  Untuk itu dilakukan pergantian air, pergantian air dapat dilakukan mulai larva berumur 5-10 hari sebanyak 5% dan mulai berumur 10 hari pergantian air sebanyak 10% dan terus ditingkatkan sesuai dengan kondisi dan umur larva.

g)     Pemanenan
     Masa pemeliharaan larva bandeng dapat berlangsung antara 17-25 hari.  Pemanenan dilakukan dengan cara membuka saluran pembuangan secara perlahan-lahan, setelah volume air dalam bak terasa cukup dalam proses pemanenan yaitu ± 20-25 cm dari dasar bak.  Kemudian nener digiring dengan menggunakan jaring krikit.  Nener ditampung dalam wadah dengan menggunakan gayung untuk dihitung jumlahnya dan dapat diperkirakan kondisi nener untuk dipacking.


DAFTAR PUSTAKA

Achmad, T., A. Prijono, T. Aslianti, T. Setiadharma dan Kasprijo, 1993.  Pedoman Teknis Pembenihan Ikan Bandeng Seri Pembangunan Hasil Penelitian Perikanan, No. PHP / KAN / 24, Badan Penelitian Pengembangan Pertanian, Jakarta.
Anonymous, 1979. Budidaya Bandeng ( Chanos  chanos forks ), Departemen Pertanian,  Jakarta.
Cholik, F., Azwar, Z.I, Prijono, A. Sumiarsa, G., Badraeni dan Lianti, S.N. 1990. Teknologi Pembenihan Ikan Bandeng ( Chanos  chanos F ) SBPBP, Gondol Bali.
Martosudarmo, B., E.  Sudarmini, B.  Salahmoen dan B.S.  Ramoeniharjo, 1984.  Biologi Bandeng ( Chanos chanos ).  Direktorat Jenderal Perikanan.  Departemen Pertanian Jakarta.
Niken, N.  A., 1990.  Pengelolaan Pembenihan Ikan Bandeng ( Chanos chanos ) di Sub Balai Penelitian Budidaya Gondol Bali.  Jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan.  Fakultas perikanan IPB.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  MENGENAL IKAN SCORPION Mengingat permintaan ikan hias dari tahun ketahun terus meningkat, maka Ikan  Skorpion Volitan (Pterois ...