I. PENDAHULUAN
Kegiatan
budidaya ikan merupaka alternatif yang
dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat petani nelayan. Salah satu jenis ikan
yang sangat potensial untuk dibudadayakan adalah ikan baung. Ikan baung adalah
sejenis lele yang hidup di perairan umum, seperti sungai dan danau. Di
Indonesia, ikan baung cukup populer dan amat digemari oleh konsumen, khususnya
di Sumatera dan Kalimantan karena
dagingnya tebal dan memiliki rasa yang khas.
Karena nilai
ekonomisnya yang tinggi, ikan baung senantiasa diburu dan ditangkap. Sampai
saat ini kebutuhan ikan baung untuk konsumsi masih diperoleh dari penagkapan di
alam. Penangkapan tanpa memperhatikan
kelestarian tentunya akan dapat menurunkan populasi ikan baung,bahkan
dapat mengakibatkan kepunahan. Gejala kepunahan ini sudah dirasakan oleh
masyarakat Sumatra Tengah (Jambi, Riau, Bengkulu), Sumatera Selatan, dan
Kalimantan.
Alternati untuk
mencegah kepunahan ikan baung di alam
bebas dan meningkatkan pendapatan petani ikan, melalui kegiatan budidaya,
budidaya ikan baung dapat menggunakan karamba atau di kolam.
Ketersedian benih yang cukup dan bermutu, selain untuk
keperluan budidaya, dapat juga untuk restoking di perairan umum, sehingga
ketersediaan ikan tersebut tetap lestari.. untuk itu, perluadanya upaya
pembenihan antara lain melalui teknik pemijahan
ikan dengan sistem rangsangan hormon.
Hasil benih dari
pembenihan ternyata belum juga memenuhi kebutuhan untuk pembenihan atau
pembesaran. Usaha pembenihan dan pembesaran ikan baung masih mengalami berbagai
kendala, sehingga informasi tentang teknologi budidaya dan pencegahan hama
penyakitnya sangat diperlukan.
II. DISKRIPSI IKAN BAUNG
Gambar 1. Ikan baung
A. Taksonomi
Ikan baung
diklasifikasikan ke dalam :
Phylum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub–kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub–Ordo : Siluroidae
Famili : Bagridae
Genus : Macrones
Spesies : Macrones nemurus CV (Saanin, 1968)
Menurut Imaki et al. (1978), ikan baung dimasukkan dalam
Genus Mystus dengan spesies Mystus nemurus CV.
B. Marfologi
Ikan baung
mempunyai bentuk tubuh panjang, licin, dan tidak bersisik; kepalanya kasar dan
depres dengan tiga pasang sungut di sekeliling mulut dan dekat ubang
pernafasan, sedangkan panjang sungut rahang atas hamper mencapai sirip dubur.
Pada sirip dada dan sirip punggung, masing-masing terdapat duri patil. Ikan baung mempunyai
sirip lemak (adipose fin) di belakang
sirip pungung. Sirip ekor berpingiran tegak dan ujung ekor bagian atas
memanjang menyerupai bentuk sungut. Bagian atas kepala dan badan berwarna
coklat kehitam-hitaman sampai pertengahan sisi badan dan memutih kearah bagian
bawah. Panjang tubuh bisa mencapai 50 cm (Webber dande Beaufort,1965 dan Tang
2000).
C. Habitat
|
D. Pola Pertumbuhan
Pertumbuhan ikan
baung adalah allomtrik. Pertambahan
berat lebih cepat dari pada pertambahan panjang badan. Sedangkan berdasarkan
jenis kelamin, pertumbuhan ikan baung jantan berpola isometrik, dimana pertambahan berat sebanding dengan pertambahan
panjang badan. Dengan demikian , factor makanan memegang peranan yang sangat
penting. Jika ikan baung semakin banyak
mendapat makanan, maka pertumbuhan beratnya semakin tinggi. Karena itu ikan
baung berukuran besar cenderung agresif mencari makan sehingga pertumbuhannya berpola allometrik.
Factor lain yang
mempengaruhi pertumbuhan ikan baung adalah kematangan gonad. Ikan baung betina
memiliki pola pertumbuhan allometrik. Hamper 77% ikan baung betina mengandung telur
sehingga berat telur tersebut mempengaruhi pola pertumbuhannya. Hal ini juga
menyebabkan pola pertumbuhan ikan baung (jantan dan betina ) berpola
allometrik.
E. Kebiasaan Makan
Pada umumnya
ikan mempunyai kemampuan beradaptasi yang tinggi terhadap makanan dan
pemanfaatan makanan yang terserdia disuatu perairan. Dengan mengetahui
kebiasaan makan ikan, maka kita dapat mengetahui hubungan ekologi organisme dalam suatu perairan, misal
bentuk-bentuk pemangsaan persaiangan makanan dan rantai makanan.
Beberapa
penelitian menunjukan bahwa ikan baung termasuk jenis ikan karnivora dengan
susunan makanan terdiri atas ikan, insekta,udang, annelida, nematoda, detritus,
sisa-sisa tumbuhan, atau organik lainnya. Makanan utama ikan baung dewasa
terdiri atas ikan dan insekta, sedangkan makanan utama anakan ikan baung hanya
berupa insekta. Djajadiredja et al
.(1977) mengemukakan bahwa ikan baung termasuk jenis ikan omnivora dengan
makanan terdiri atas Dari
komposisi organisme yang dijumpai dalam isi lambung ikan baung ternyata bahwa
ikan initergolong jenis ikan pemakan segala (omnivora) dengan kecenderungan
pada jenis insekta air dan ikan ini mengarah kepemakan daging (karnivora).
III. PEMBENIHAN
A. Pemijahan/Penyuntikan
Pemijahan baung dilakukan
secara buatan (penyuntikan) atau semi alami. Induk ikan baung betina dan jantan
yang telah diseleksi dan disimpan dalam wadah yang terpisah. Untuk penyuntikan
ikan dalam pemijahan digunakan hormon ovaprim dengan dosis 0,6-0,9 ml/kg betina
dan jantan 0,5 ml/kg. Penyuntikan dilakukan 2 kali, yakni penyuntikan pertama ¼
bagian dan suntikan kedua ¾ bagian, interfal waktu penyutikan pertama dan kedua
antara 6-12 jam. Induk
betina yang telah ovulasi kurang lebih 6-8 jam setelah
penyuntikan kedua, dilakukan striping (pengurutan telur). Untuk mendapatkan
sperma, ikan jantan dibedah, kemudian testis dicuci/dibersihkan dari darah dan
lemak yang melakat. Selanjutnya sperma dilarutkan dalam larutan NaCl 0,9%
sebanyak setengah bagian. Bilaterlalu pekat, tmabahkan NaCl sampai larutan
berwarna putih susu agak encer. Campurkan sperma sedikit demi sedikit kedalam
telur aduk dengan rata.
|
B. Pemeliharaan Larva
Telur yang
telah menetas dipanen larva yang dihasilkan dipindahkan ke dalam akuarium
pemeliharaan larva. Faktor penting dalam penebaran atau pemeliharaan adalah
padat penebaran, padat penebaran untuk larva ikan baung berkisar antara 10-20
ekor/liter air. Penebaran larva dilakukan 1-5 hari setelah pengisian air pada
wadah pemeliharaan.hal ini dimaksudkan untuk menginkubasi air sehingga dapat
memotong siklus hidup organisme patogen yang mungkin terdapat pada media itu.
Larva ikan
baung berumur 1-5 hari dapat diberi pakan berupa Artemia salina atau Moina sp,
dengan kepadatan 1-2 ekor/ml. Pada saat berumur 3-8 hari, larva ikan baung
sudah dapat dibericincangan cacing Tubifex
sp dan Daphnia sp. Ketika umur
ikan baung 7/8 hari larva ikan baung dibrikan pakan cacing Tubifex sp. Sebanyak 10
mg/ekor. Pemeliharaan ini selama kurang lebih 14 hari.
C. Pendederan
Pendederan benih
baung merupakan salah satu tahap kegiatan pembenihan untuk mendapatkan benih
baung yang siap dibesarkan. Pendederan benih baung biasanya dilakukan dalam bak
atau kolam pendederan. Persiapan kolam, pemupukan maupun pemeliharaan benih
baung selama di kolam pendederan, sama seperti yang biasa dilakukan untuk
pendederan jenis – jenis ikan
Benih ditebar
pada pagi atau sore hari dengan kepadatan 100 ekor/m². Pakan diberikan setiap
hari berupa tepung pellet sebanyak 0,75gr/1000 ekor. Lama pemeliharaan benih
selama 1 bulan atau telah mencapai berat 10-20 gr.
Gambar 2. Bak pendederan
IV.
PENYAKIT
DAN PENGENDALIANYA
Ikan yang
dibudidayakan seringkali mengalami serangan penyakit. Penyakit dapat berkembang
akibat bermacam-macam faktor antara lain trauma pengangkutan, kekurangan pakan,
perubahan sifat fisik kimia air, serta epidemi dari suatu penyakit. Sebenarnya,
ikan mempunyai kekebalan terhadap serangan hama dan penyakit selama berada
dalam kondisi lingkungan yang baik dan
tidak ada faktor-faktor di atas yang memperlemah badannya.
A.
Tanda-tanda Umum Ikan Sakit
Serangan penyakit sering datang mendadak.Untuk itu,
gejala awal yang tampak perlu dideteksi agar masalah lebih lanjut dapat
ditangani dengan segera.Setelah gejalanya diketahui, selanjutnya dilakukan
diagnosa untuk mengetahui faktor penyebabnya, kemudian dilakukan tindakan
pengobatan dengan jenis obat dan dosis yang tepat.Untuk itu, tanda –tanda berikut
ini perlu dipahami.
1.
Tingkah laku
Ikan yang
sakit bisanya memperlihatkan tingkah laku menyimpang, misalnya
menggosok-gosokkan badanya pada benda-benda seperti batu, tanaman liar, atau
piunggiran pematang /dinding akuarium. Pada kasus lain iakn kehilangan
keseimbangan sehingga gerakan tidak terkontrol. Pada akhirnya ikan diam didasar
dengan kedua sirip dada terbuka atau sekali-kali muncul kepermukaan airseperti
menggantung.Ada pula ikan yang sakit membuka kedua tutup insangnya lebih lebar
dari biasanya, frekuensi pernafasannya meningkat, dan tampak terengah-engah dan
lamakelamaan ikan kurang nafsu makan.
2. Kelainan warna tubuh
Jika tubuh
ikan berubah menjadi pucat perlu dicurigai, barangkali sudah ditempeli parasit
tertentu.Namun ,perubahan warna tubuh itu juga dapat disebabkan oleh kondisi
terkejut karena terjadi pergantian intensitas cahaya dari gelap keterang. Jika
hal itu terjadi, biasanya warna ikan kembali normal dalam waktu yang tidak
terlalu lama.Perubahan warna tubuh juga sering terjadi jika ikan dalam keadaan
takut atau seaat setelah memijah (ikan betina).
Berdasarkan
hal itu ,perubahan warna tubuh ikan dapat disebabkan oleh serangan parasit
ataupun oleh faktor diluar penyakit. Kelainan warna dapat dianggap sebagai
gejala dari suatu penyakit bila tidak ada penyebab lainseperti takut, terkejut,
atau habis memijah. Perubahan warna yang disebabkan oelh penyakit biasanya
bersifat permanen (berlangsung lama).
3.
Produksi lendir
Ikan sakit
sering kali memproduksi lendir berlebihan.Hal ini jelas terlihat pada ikan yang
berwarna gelap.Sebaliknya, kelebihan lendir itu agak sulit duketahui pada ikan
yang berwarna terang karenawarna lendir itu bening hingga keabu-abuan.Produksi
lendir yang berlebihan biasanya disebabkab oleh parasit yang menyerang bagian
kulit.Banyaknya lendie tergantung pada intensitas serangan.
4. Kelainan bentuk
organ
Serangan parasit
tertentu akan menimbulkan kelainan pada bagian tubuh ikan, misalnya berupa
bintik-bintik putih pada sirip, sisik, maupun pada bagian lain. Kelainan bentuk
juga dapat terjadi pada perbatasan dua
keping tutup insang trdapat tonjolan atau bengkak. Bila serangan sangat hebat,
akan terjadi infeksi yang parah sehingga tonjolan itu menyebar keseluruh bagian
tubuh seperti insang, mta, dan bahgian kepala. Bagian kulit, termasuk juga
otot, tak luput dari resiko terkena serangan parasit yang mengakibatkan
bintik-bintik merah atau menunjukkan gejala adanya semacam tumor pada kulit.
5. Faktor kondisi
Tedapat korelasi
antara bobot seekor ikan dengan panjangnya dikaitkan dengan kondisi kesehatan ikan yang bersangkutan.
Bila perbandingan berat dan panjang ikan tidak seimbang dalam arti hasilnya lebih kecil dibandingkan dengan angka indeks faktor kondisi ikan sehat maka
ikan tersebut dikategorikan menderita sakit.
B.
Penyebab Ikan Sakit
Ikan
tidak sehat dapat juga diakibatkan oelh kondisi lingkungan seperti sifat fisika
dan kimia air yng tidak cocok bagi ikan atau karena pakan yang tidak cocok.
1. Kondisi pH
Kondisi pH yang
sangat rendah (sangat asam) atau sebaliknya terlalu tinggi (sangat basa)dapat
mengganggu kehidupan dan kesehatan ikan.Setiap jenis ikan memperlihatkan respon
berbeda terhadap fluktuasi perubahan pH, dan dampak yang ditimbulkannya
bermacam-macam.Oleh sebab itu,pengukuran pH untuk mengetahui pola
perkembangannya perlu dilakukan agar kesehatan ikan selalu terpantau.
2. Kekurangan oksigen
Gejala umum ikan yang kekurangan oksigen
akan terlihat setres.ikan sering muncul kepermukaan air mengambil oksigen dari
udara bebas dan berenang terhentak-hentak. Beberapa hal yang menjadi penyebab antara lain padat
penebaran yang terelalu tinggi, suhu tinggi, kurang ayau tidak ada tanaman air
sama sekali, kurang sinar matahari, dan tertimbunya bahan organik sari sisa
pakan ataupun tananman air yang mati.
Konsentrasi oksigen terlarut dalam wadah
budidaya yang sangat rendah menyebabkan ikan mudah terserang penyakit
danparasit, kadang-kadang tidak mau makan, dan tidak dapat berkembang dengan
baik pada konsentrasi oksigen kurang dari 4ppm (4 mg/liter).
3. Keracunan
Akibat keracunan biasanya fatal karena
kematian yang terjadi secara massal/serentak dan berlangsung cepat.Penyebab
keracunan biasanya berasal dari pakan yang busuk atau adanya gas beracun
seperti gas rawa, amoniak, dan asam belerang.
4. Pakan tidak baik
Pakan dapat menimbulkan kerugian jika
menjadi sumber infeksi penyakit, terutama bila komposisi gizinya buruk,
misalnya kekurangan vitamin atau
mengandung bahan yang busuk dan beracun. Kualitas pakan yang buruk seracara
pemberian ayng kurang tepat akan memacu peradangan yang serius pada saluran
pencernaan sehingga perut ikan terlihat membengkak dan terjadi pendarahan.
5. Perubahan suhu
Perubahan suhu yang menddak mengakibatkan
ikan mengalami shock dan menderita setres.Nafsu makan ikan berkurang sejalan
dengan penurunan suhu. Jika penurunannya besar dan drastis ikan akan berhenti
makan, pertumbuhannya lambat, bahkan terhambat. Sebaliknya,jika terjadi
kenaikan suhu yang ekstrim, ikanmenjadi sulit bernafas. Jika ini berlangsung
lama, ikan menjadi sangat rentan terhadap serangan penyakit dan parasit.
C.
Upaya Pencegahan
Ada pepatah kuno yang sangat populer yang menyebutkan
bahwa mwncegah lebih baik dari pada mengobati. Tindakan pencegahan bertujuan
untuk mencegah masuknya wabah penyakit kedalam wadah budidaya ikan, untuk
mencegah melusnya wilayah yang terkena penyakit, dan untuk mengurangi kerugian
produksi ikan akibat timbulnya penyakit.
1. Sanitasi Kolam
Sanitasi
kolam dilaksanakan melalui pengeringan, penjemuran, dan pengapuran bak/kolam
dengan kepur tembok Ca (OH)2 sebanyak
200g/m² yang ditebar merata di permukaan tanah dasar kolam. Kondisi ini
dibiarkan selama 7-10 hari, setelah itu baru kolam diairi dansiap ditebar ikan.
Bisa juga menggunak kalium permanganat (PK) yang ditebar pada kolam berair
sebanyak 10-20 g/m3 air dan dibiarkan selama 1 jam. Ikan dimasukan
setelah air berubah normal kembali karena adanya pergantian air.
2. Sanitasi Ikan Tebaran
Ikan
yang akan ditebarkan diperiksa dulu, apabila menunjukan adanya kelainan atau
sakit harus dikarantina untukpengobatan. Ikan tebaran yang dianggap sehat pun harus direndam dalam larutan PK (20g/m3
air), malachyte green (40 mg/10 liter air), atau dengan formalin (1 cc/10 liter
air) masing-masing selama 10-15 menit.
Sanitasi Perlengkapan dan peralatan: Perlengkapan atau peralatan kerja
sebaiknya selalu dalam keadaan suci hama
yaitu dengan cara merendamnya dalam larutan PK atau larutan kaporit selama
30-60 menit.
3. Menjaga
Lingkungan
Tempat Budidaya
Upaya
perlidungan dari gangguan hama dan parasit ikan adalah dengan menjaga
lingkungan budidaya dan perairan. Pematang kolam dibersihkan dari tumbuhan liar
yang sering menjadi tempat persembunyian hewan darat seperti ular dan kodok.
Pohon yang rindang dikurangi agar tidak mengurangi masuknya sinar matahari.
Setiap kolam/bak diusahakan mendapatkan pemasukan air yang baru dan segar.
Selain itu, bahan-bahan organik seperti sampah yang memungkinkan masuk kewadah
budidaya dikurangi.
D.
Penyakit yang Umum Menyerang Baung
1. Penyakit parasit
Parasit
merupakan hewan atau tumbuh-tumbuhan yang menggantungkan hidupnya pada
inangnya.Penyakit yan berasal dari bakteri, jamur, protozoa, ataupun cacing.
2.
Penyakit
yang diakibatkan oleh Bakteri
Penyakit yang diakibatkan oleh bakteri disebut penyakit
bakterial. Penyakit ini secara umum ditandai dengan adanya luka berwarna
kemerah-merahan atau bercak-bercak merah pada bagian tubuh luar ikan, seperti
bisul berisi cairan, sirip mengalami pembusukan sehingga rusak, insang pucat
dan rusak, perut mengalami pembengkakan, dan kadang-kadang ekor ikan putus.
Jenis bakteri yang menyerang ikan air tawar,
terutama lele dan baung adalah bakteri Aeromonas hydrophyla. Bakteri ini
dapat menyebabkan penyakit jika kondisi lingkungan ataupun ikan itu sendiri
menjadi buruk.
Pencegahan penyakit bakterial dapat dilakukan dengan
menggunakan oat-obatan seperti Malacheet Green. Malacheet Green berupa serbuk
hijau yang biasa dibeli di apotik atau toko-toko obat. Doseis yang digunakan
adalah 1-15mg/liter. Ikan yang sakit direndam dalam larutan Malacheet Green
selama ±10-15 menit.
3.
Penyakit
yang diakibatkan oleh jamur
Ikan yang terserang jamur ditandai dengan kulit ikan yang ditumbuhi
benang-benang halus seperti kapas berwarna putih kecoklat-colkatan. Jenis jamur
yang sering menyerang ikan air tawar (seperti catfish) adalah jamur Aphanomyces
(menyerang bagian dalan tubuh) dan Saprolegmia (menyerang bagian luar
tubuh)
Pencegahan dan pengobatan penyakit ini
dapat dilakukan dengan menjaga kebersiahan media pemeliharaan dan menghindari
perlakuan yang dapat menimbulkan luka pada ikan. Ikan yang terserabg penyakit
jamur dicelupkan ke dalam larutan Malacheet Green dosis 60 g/m³ selama 15
menit, atau dengan dosis 2-3 gram/m³air selama 1 jam atau dicelupkan dalam
larutan formalin (kadar 10%) dengan dosis 1,5-2 cc/liter air selama 15 menit.
4. Penyakit yang
disebabkan oleh Protozoa
Penyakit yang paling sering dijumpai pada larva
adalah penyakit bintik putih (whate spot). Penyakit ini disebabkan oleh parasit
dari jenis Ichthyophthirius multifilis. Penyakit ini nerusak sel-sel
lendir ikan dan dapat menyebabkan pendarahan yang sering terlihat pada sirip
dan insang ikan.
Pencegahan penyakait Ichthyophthirius
multifilis dapat dilakuka dengan menciptakan suasana kesegaran dan
kesehatan bagi ikan dengan mengusahakan kualiatas air tetap dalam kondisi
optimal yang disertai pemberian pakan yang baik.
Pengobatan atau pemberantasan penyakit ini dapat
dilakukan dengan:
·
Ikan yang sakit direndam dalam
larutan garam dapur (NaCI) dosis 10-15 g/liter air selama 20 menit atau
25g/liter selama 10-15 menit.
·
Ikan yang sakit direndam dalam
larutan Malacheet Green 0,05 mg/liter air selama 3-4 hari atau 0.15 mg/liter.
·
Suhu air pemeliharaan
ditingkatkan menjadi 30°c dan setiap hari diganti air 50%.
·
Ikan yang sakit direndam
dalamacriflavine (hydrochlrida) dosis 10mg/liter air.
5. Penyakit yang diakibatkan oleh Lernea
Parasit Lernea merupakan parasit yang menempel pada bagian luar tubuh
ikan. Parasit ini dapat menyebabkan luka-luka sehingga menjadi jalan masuk nagi
bakteri, jamur, atau virus. Timbulnya Lernia ini disebabkan oleh banyaknya
bahan organik berupa sampah, sisa makanan dan sisa pemupukan, pengairan kolam
yang tidak mengalir, suhu yang relatif tinggi,atau padat penebaran yang tinggi.
Gejala-gejala yang terserang penyakit Lernea
adalah pada bagian badan, sirip, dan mata ditemukan parasit yang menempel. Ikan
yang terserang penyakit ini juga sering mengalami luka-luka atau radang pada
tempat melekatnya parasit.
Pencegahan penyakit Lernea dapat
dilakukan dengan menyaring air terlebig dahulu sebelum dimasukan ke wadah
budidaya. Ikan yang sakit direndam dlm larutan PK (Kalium Permangana = KMn04)
dosis 20-25mg/liter air selama 2-3 jam. Pengendalian penyakit dapat juga
dilakukan dengan perendaman ikan dalam larutan formalin 10% dengan dosis 250
ml/m³ air selama 10-15 menit dan diulangi 2-3 kali dalam selang waktu 2-3 hari.
6. Penyakit yang diakibatkan oleh Argulus
Argulus hidup dengan cara menghisap darah ikan. Kutu ikan ini dapat
berpindah-pindah dari satu ekor ikan ke ikan yang lain. Tanda-tanda ikan yang
terserang sering mati karena disengat dan dihisap darahnya. Gerakan ikan
menjadi lambat dan pada badan kadang-kadang terdapat bintik merah.
Pencegahan kutu ikan dapat dilakukan dengan pengeringan kolam
secara berkala, sambil mengolah tanah, memupuk, mengapur kolam untuk memutuskan
telur-telur Argulus, serta pergantian air kolam sesering mungkin.
7. Penyakit yang diakibatkan oleh Gyrodactylus dan
Dactylogyrus
Gyrodactylus dan Dactylogyrus adalah sejenis cacing
sangat kecil yang hidup sebagai parasit ikan danmerusak insang serta kulit luar
ikan. Insang yang diserang Gyrodactylus dan Dactylogyrus menjadi luka, kemudian
timbul pendarahan akibat pernafasan ikan terganggu. Kulit ikan yang terserang
menjadi berlendir banyak.
Pengobatan terhadap
ikan yang terserang dapat dilakukan dengan menggunakan larutan formalin
25mg/liter air.
E.
Gejala Serangan dan Pengendalian Penyakit
NO
|
JENIS PENYAKIT & PENYEBABNYA
|
GEJALA SERANGAN
|
PENGENDALIAN
|
|
KIMIAWI
|
ALAMI
|
|||
1
|
Bakteri
Aeromonas hydrophyla
|
Luka berwarna kemerah-merahan atau bercak-bercak merah
pada bagian tubuh luar ikan,bisul berisi cairan,sirip rusak,insang pucat/
rusak, perut bengkak, ekor ikan rusak kadang-kadang putus.
|
Malacheet Green,dosis 1-15 mg/ltr. Ikan yang sakit
direndam selama 10-15 menit. Pengobatan dilakukan 3kali berturut-turut dengan
jarak.
|
Cangkang mahkota dewa 50 iris, daun sirih 10
lembar,direbus dalam 3 gelas air menjadi 1 gelas untuk
|
|
|
Serangan yang ringan pada selaput lendir mengakibatkan
ikan gatal-gatal dengan ciri ikan menggosokkan badan pada wadah budidaya.
|
2-3 hari.
|
50 liter air.
|
NO
|
JENIS PENYAKIT & PENYEBABNYA
|
GEJALA SERANGAN
|
PENGENDALIAN
|
|
KIMIAWI
|
ALAMI
|
|||
2
|
Protozoa
(white sport)
Ichthyopthyrius multifilis
|
Merusak sel-sel lendir ikan dan dapat menyebabkan
pendarahan sering terlihat pada sirip dan insang.
|
Ikan yang sakit direndam dalam larutan garam dapur
(NaCI) dosis 10-15gr/ltr air selama 20menit atau 25gr/ltr selama 10-15menit.
Direndam dalam larutan Malacheet Green dosis 0,05mg/ltr
selama 3-4 hari
|
Cangkang mahkota dewa 50 iris, daun ketapang 5 lembar. Bahan direbus dalam
3 gelas air ,menjadi 1 gelas untuk 50 liter air.
|
3
|
Jamur Aphanomyces
(menyerang dalam tubuh) Saprolegmia
(menyerang bagian luar tubuh)
|
Pada kulit ikan ditumbuhi benang-benang halus seperti
kapas berwarna putih atau putih kecoklat-coklatan.
|
Ikan yang sakit direndam dalam larutan Malacheet Green
dosis 60gr/m³ selama 15 menit atau dalam larutan formalin (kadar 10%) dosis
1,5-2cc/tlr air selama 15 menit.
|
Mahkota dewa 50 iris, 10 lembar daun sirih, rebus dalam
3 gelas air menjadi 1 gelas, tambahkan alkohol 70% sebanyak10 cc. Untuk
peremdaman atau diteteskan pada luka.
|
4
|
Lernia
|
Pada badan ikan ditemukan parasit yang menempel seperti
cacing,ikan yang terserang mengalami luka-luka atau radang pada
|
Ikan yang sakit direndam dalam larutan PK dosis
20-25mr/ltr selama 2-3 jam, atau larutan formalin
|
Daun ketapang 5 lembar direbus dengan air secukupnya
|
NO
|
JENIS PENYAKIT & PENYEBABNYA
|
GEJALA SERANGAN
|
PENGENDALIAN
|
|
KIMIAWI
|
ALAMI
|
|||
|
|
Tempat
menempelnya parasit. Bila parasitnya dijabut akan
terlihat bekas lubang pada tubuh ikan , sehingga ikan mudah terkena infeksi
kedua oleh virus, bakteri, atau jamur.
|
10% dosis 250ml/ m³ selama 10-15 menit diulang 2-3 kali
dalam selang waktu 2-3 hari.
|
cc alkohol 70%. Untuk perendaman atau diteteskan pada
badan ikan yang terkena learnea.
|
5
|
Argulus
|
Ikan menjadi kurus sehingga menyebabkan kematian karana
darah habis dihisap oleh argulus, gerakan ikan menjadi lamban.
|
Ikan direndam dalam larutan garan dapur dosis 20g/ltr
selama 5 menit
|
Rebus 50 iris cangkang mahkota dewa dalam 3 gelas air
menjadi 1 gelas untuk 50 liter air.
|
6
|
Cacing
Gyrodactylus dan Dactylogyrus
|
Timbul luka-luka sehingga terjadi pendarahan akibat
pernafasan terganggu,kulit
ikan menjadi
|
Ikan direndam dalam larutan formalin 25 ml/ltr selama
10-15menit.
|
30gr biji pinang yang sudah halus direbus
setelah
|
V. KANDUNGAN PADA BAHAN ALAMI
Kandungan
buah mahkota dewa terdiri dari golongan alkanoid, tanin, flavonoid, saponin,
lignan, minyak asiri, dan sterol. Senyawa ligna baru baru yang terdapat pada
ekstrak daging buah mahkota dewa berfungsi sebagai antikanker dan antioksidan.
Daun sirih (Piper betel linn)
Sirih sebagai
antiseptik mengandung dua jenis phenol, betel-phenol (chvibetol) dan chavicol
yang sifat antiseptiknya lima kali lebih efektif dibandingkan dengan feno;
biasa.
Biji pinang
Biji mengandung 0,3-0,6
alkaloid,arekain,guvakin.Red tannin 15%,lemak 14%,kanji dan resin
DAFTAR PUSTAKA
Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi Jl. Salabintana 17, Tlp (0266)225211
Fax.(0266)225240 Email: bbats@telkom.net
Daelami Deden A.S. Usaha Pembenihan
Ikan Hisa Air Tawar, Jakarta, Penebar Swadaya, 2001.
Harmanto Ning, Menggempur Penyakit
Hewan Kesayangan Dengan Mahkota Dewa,
Jakarta, Penebar Swadaya, 2004.
Syofan dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri
Kesehatan Ikan “Baung Sehat Produksi
Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan
Perikanan, Bogor.
Tang, U.M. Teknik Budidaya Ikan
Baung,Kanisius, 2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar