I.
PENDAHULUAN
Kebutuhan
dan kepentingan manusia telah menempatkan teripang dalam fungsi ekonomi sebagai
komoditi perikanan perdagangan. Beberapa jenis teripang menjadi target
perburuan sebagai produk perikanan yang menjadi komoditi perdagangan. Untuk
memenuhi permintaan pasar, eksploitasi teripang cenderung berlebihan. Pemulihan
populasi alami (recruitment) teripang relatif lambat dan tidak mengejar
laju eksploitasinya. Bila hal demikian berlanjut terus maka depleting
resources tak terhindari. Oleh karenanya produksi teripang tidak bisa
mengandalkan ketersediaan stok populasi alami, dan harus berbasis pada
budidaya.
Beberapa
spesies teripang yang mempunyai nilai ekonomis panting diantaranya: teripang
putih Holothuria scabra, teripang koro Microthele nobelis,
teripang pandan Theenota ananas, teripang dongnga Stichopu ssp.
dan beberapa jenis teripang lainnya.
II.
DESKRIPSI TERIPANG
1.1 Sistematika Teripang
Dalam
ilmu taksonomi hewan, klasifikasi teripang adalah sebagai berikut :
·
Filum
|
:
|
Echinofermata
|
·
Kelas
|
:
|
Holothuroidea
|
·
Ordo
|
:
|
Aspidochirotda
|
·
Famili
|
:
|
Holothuriidae
|
·
Genus
|
:
|
Holothuria
|
·
Spesies
|
:
|
Holothuria
scaba
|
1.2 Morfologi
Teripang memiliki tubuh yang lunak dengan bentuk bulat panjang seperti
saus dan ditutupi oleh lapisan lunak yang terdiri atas ossicle yang sangat
kecil. Teripang adalah hewan yang bergerak lambat, hidup pada dasar substrat
pasir, lumpur pasiran maupun dalam lingkungan terumbu
- Mulut terletak dibagian anterior dikelilingi
oleh 10 sampai 30 buah tentakel yang dapat disamakan dengan kaki tabung
bagian oral.
- Cucumaria frondosa memiliki otot yang
melingkar dan otot yang memendek yang memungkinkan Cucumaria frondosa
melakukan pergerakan seperti cacing dan memiliki alat pencernaan yang
terdiri atas mulut, esophagus, lambung, intestine, kloaka dan anus.
- Alat respirasi dan ekskresinya dengan
menggunakan respiratory tree.
- Sistem pembuluh darah lebih nyata dibandingkan
dengan Echinodermata lainnya karena pembuluh darahnya sepanjang intestine.
- Alat reproduksinya terpisah, gonad mempunyai
bentuk seperti sikat dengan saluran-saluran yang dihubungkan oleh sebuah
saluran ke lubang kelamin yang terletak dekat tentakel.
II.
PEMBENIHAN
TERIPANG
3.1. Pemeliharaan dan Seleksi Induk
Induk
teripang yang akan digunakan biasanya diperoleh dari tangkapan alam.
Pengumpulan calon induk teripang dari laut dapat dilakukan dengan penyelaman
pada siang hari. Apabila dilakukan pada malam hari, harus dibantu dengan alat
penerang berupa obor atau lampu patromak. Dengan cara ini, induk teripang dapat
diambil langsung dengan tangan. Pada perairan yang agak dalam, induk teripang
dapat diambil dari atas perahu dengan bantuan alat semacam tombak bermata dua
yang tumpul.
Gambar 2.
Alat Penangkap Induk Teripang
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih induk teripang yang
baik adalah:
- Tubuh
tidak cacat.
- Ukuran
besar dengan berat 400 gr dan panjang tubuh minimal 20 cm.
-
3
3.2. Sarana
Pembenihan
Sarana yang
diperlukan untuk pembenihan teripang terdiri dari beberapa buah bak sebagai
tempat penampungan induk pemeliharaan larva, kultur larva dan kultur plankton.
Bak-bak ini sebaiknya dibuat dari beton, namun demikian dapat pula dibuat dari
kayu yang dilapisi plastik. Beberapa sarana lain yang diperlukan adalah sebagai
berikut :
- Saringan
pasir untuk menyaring air laut agar betul-betul bersih.
- Bak
penampungan air dilengkapi dengan saringan pasir. Ukuran bak disesuaikan
dengan kebutuhan air laut untuk penggantian air pada seluruh unit
pembenihan. Penempatan bak diatur supaya gravitasi bisa menyalurkan air
dari satu bak ke bak lainnya.
- Pipa
penyalur air yang dilengkapi dengan beberapa saringan berbagai ukuran
1,5 – 2 mikron.
- Bak penampungan induk
dengan kapasitas 1,5
ton air berjumlah 2
atau 3 buah dengan kedalaman
sekitar 50 cm.
- Bak
pemliharaan larva berjumlah 10 - 15 buah dengan ukuran (1 x 2 x 0,5)m³.
- Bak
pemeliharaan juvenil berjumlah 8 - 10 buah dengan ukuran (2 x 4 x 0,6)m³.
- Bak
plankton berjumlah 3 - 5 buah dengan ukuran ( 2 x 4 x 0,75)m³.
Gambar 3.
Skema Hatchery (Panti Benih)
Keterangan:
A. Saringan pasir
B. Bak penampungan air (volume 1 ton).
C. Pipa penyuplai air.
D. Saringan bertingkat.
E. Bak induk (volume 3 ton).
F. Bak pemijahan (volume 1,5 ton).
G. Bak pemeliharaan larva.
H. Bak pemeliharaan juvenil.
I. Bak plankton.
3.3. Pembenihan
Menurut
Darsono dan Putro (2002), bahwa pembenihan dimulai dari pengumpulan dan
pengelolaan induk, rangsang pijah (induced spawning), pemeliharaan
larva, sampai dengan penggelondongan (nursery) secara skematis disajikan
dalam Gambar 4.
Sumber :
Darsono dan Putro, 2002)
Gambar 4.
Tahapan pembenihan teripang mulai koleksi induk
sampai dengan panen benih
teripang
Pemijahan
teripang dapat dilakukan dengan beberapa cara, secara alami dengan pembedahan, perangsangan dengan temperatur dan
perangsangan dengan penyemprotan air.
1. Pemijahan alami
Setelah
mengalami matang gonad penuh, induk teripang yang dipelihara di bak pemijahan
biasanya akan memijah secara alami tanpa adanya rangsangan buatan. Pemijahan
akan terjadi pada malam hari antara pukul 22.00 - 23.00. Induk jantan akan
mengeluarkan sperma terlebih dahulu yang akan merangsang induk betina untuk
mengeluarkan telur. Kurun waktu pemijahan biasanya berlangsung antara 20-60 menit.
Setelah induk betina selesai bertelur, segera induk dipindahkan ke tempat lain.
2. Pemijahan dengan Pembedahan
Metode
pembedahan dapat dilakukan dengan cara menggunting bagian bawah teripang mulai
dari anus hingga kedepan. Dalam pembelahan gonad ini apabila didapatkan kantong
telur, berarti teripang tersebut betina. Gonad jantan (testis) juga dipotong
menjadi beberapa bagian sehingga sperma keluar dan ditampung di dalam wadah
lain yang berisi air laut. Kemudian secara pelan-pelan wadah yang berisi sperma dituangkan kedalam wadah yang berisi
telur sambil diaduk secara perlahan, lalu didiamkan. Sehingga terjadi
pembuahan. Telur yang terbuahi akan mengendap didasar bak selanjutnya dipanen
dengan saringan dan dipindahkan ketempat pemeliharaan larva.
3. Perangsangan dengan Temperatur
Prinsip
pemijahan dengan perangsangan temperatur ini adalah mengupayakan agar
temperatur air naik 3 – 5ºC dari temperatur air asal, dalam waktu selama lebih
kurang 30-60 menit suhu air dinaikkan dengan cara penambahan air panas atau
menggunakan alat pemanas (heater)
atau dijemur terik matahari. Induk teripang ditempatkan didalam keranjang
plastik yang diletakkan beberapa sentimeter di bawah permukaan air. Perlakuan
ini dilakukan pada siang hari. Pada sore harinya induk dimasukkan ke bak
pemijahan dan selanjutnya induk teripang akan memperlihatkan perilaku pemijahan
yang ditandai dengan tubuh menggeliat dan muncul dipermukaan sambil bertumpu di
dinding bak. Induk jantan akan mengeluarkan sperma yang berwarna putih dan
terlihat seperti asap di dalam air, selang waktu setengah hingga dua jam
berikutnya induk betina akan mengeluarkan telurnya. Cara ini memberikan hasil
lebih baik yakni dengan tingkat penetasan mencapai 90 - 95%.
Induk
teripang yang sudah dewasa dan matang gonad siap untuk dipijahkan secara
rangsang (induced spawning). Rangsang pijah dilakukan dengan tehnik
"manipulasi lingkungan" (Notowinarto & Putro 1992; Darsono et
al. 1996) yang merupakan
modifikasi dari metoda
thermal shock terhadap
sekelompok (4 atau 6 individu) induk teripang. Perlakuan berkelompok ini
dilakukan karena tidak diketahui dengan pasti jenis kelaminnya. Pada teripang
tidak jelas adanya dimorfisma kelamin. Pengamatan efektifitas tehnik rangsang
pijah dilakukan tiap bulan, pada hari-hari: gelap bulan pada kuarter awal atau
akhir bulan komariah.
4. Perangsangan dengan Penyemprotan
Air
Setelah induk
dipelihara selama 2-4 hari pada bak pemeliharaan, maka induk diberikan
perlakuan pada sore hari biasanya dimulai pada pukul 17.00. Pertama-tama induk
teripang yang akan dipijahkan dikeluarkan dari bak dan diletakkan ditempat yang
kering selama 0,5-1 jam. Semprotan air laut yang bertekanan tinggi selama 5-10
menit, lalu induk dimasukkan kembali kedalam bak pemijahan. Sekitar 1,5-2 jam
kemudian induk akan mulai menggerakkan badannya ke dinding. Biasanya induk
jantan akan memijah yang kemudian disusul induk-induk betina 30 menit kemudian.
Prosentase keberhasilan cara ini mencapai 95-100%.
5. Pemeliharaan Larva (Fase
Planktonik dan Fase Bentik)
Telur-telur
hasil pemijahan dipelihara dalam bak fiber empat persegi panjang bervolume satu
ton. Asumsi kepadatan stocking telur dihitung sebanyak 400 butir I liter.
Telur-telur fertil akan berkembang menjadi larva teripang melalui fase
planktonik dan fase bentik. Dalam pemeliharaan, larva teripang ini akan
mengalami metamorfose dalam proses pertumbuhannya melalui fase auricularia,
doliolaria, pentactula yang kemudian menjadi “juwana" (juveniles) teripang
atau “post larva". Pada fase planktonik (larva auricularia dan
larva doliolaria awal), diberi pakan fitoplankton Dunaliella sp.,
Chaetoceros sp., Isochrysis sp. dan Skeletonema sp.
Menjelang
fase doliolaria telah disiapkan spat collector sebagai substrat
penempelan. yang telah diperkaya dengan diatom bentik sebagai makanannya sejak
fase tersebut. Pada fase kehidupan bentik ini larva diberi pakan diatom bentik (perifitic
diatome) Navicula sp.
Juwana teripang yang berukuran
berat inisial rata-rata kurang dari 0,01 gram dipelihara terus dalam proses
pendederan (penggelondongan) untuk menjadi "benih" teripang
dalam ukuran berat tertentu. Penggelondongan ini berlangsung selama 4 sampai 5
bulan pemeliharaan.
6. Pemeliharaan Post-larva (Penggelondongan)
Post-larva
teripang pada bulan ketiga dipindahkan pemeliharaannya kedalam bak fiber yang
diberi substrat pasir karang. Pemindahan dilakukan dengan grading (Battaglene
& Seymour 1998), dipilih individu yang kelihatan tumbuh baik. Pemeliharaan
dilakukan dengan pemberian pakan diatom bentik dan pakan artifisial untuk larva
ikan dengan merk dagang “Algamac 2000 bio-marine" dan "FRIPPAK".
Disamping itu masih tetap diberikan juga substitusi alga planktonik Chaetoceros
dan Isochrysis. Target penggelondongan ini sampai anakan teripang
berukuran berat lebih dari 10 gram hingga 30 gram, yaitu ukuran anakan teripang
yang didefinisikan sebagai “benih teripang" siap untuk growing out.
Gambar 5. Perkembangan pasca larva menjadi anakan (benih)
teripang. (Sumber :
Darsono dan Putro, 2002)
1.
Pasca larva teripang (terlihat bintik-bintik hitam) berumur
sekitar sebulan
2.
Anakan teripang, pada dasar bak pemeliharaan, berumur sekitar 3
bulan
3.
Anakan teripang, berumur sekitar 5 bulan, kelihatan masih lembut
4.
Anakan teripang, berumur sekitar 6 bulan, kelihatan sudah agak
"kenyal"
5.
Anakan teripang, berumur sekitar 7 bulan, kelihatan "Iebih
kenyal"
6. Anakan
teripang, berumur sekitar 8 bulan, bandingkan dengan korek yang terlihat,
tekstur tubuh sudah lebih kuat, siap untuk dilepas growing out
DAFTAR PUSTAKA
Battaglene,
S.C. and J.E. Seymour 1998. Detachment and grading of the tropical sea cucumber
sandfish, Holothuria scabra, juveniles from settlement substrates. Aquaculture
159: 263 - 274.
Darsono, P.
dan Putro, D., 2002. Aplikasi Tehnik
Pembenihan Untuk Produksi Massal Benih Teripang Pasir, Holothuria scabra Jaeger. Prosiding Seminar Riptek Kelautan Nasional.Balai Budidaya Laut
Lampung, Ditjen Perikanan Budidaya DKP. 153-159.
Martoyo B.,
Aji, N., dan Winanto, T., 2007. Seri Agribisnis: Budi Daya Teripang (edisi
revisi). Jakarta: Penebar Swadaya.
http://dunia-perairan.blogspot.com/2012/10/teripang-si-ketimun-laut.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar