Selasa, 16 Oktober 2018

PEMBENIHAN TERIPANG


I.        PENDAHULUAN
Kebutuhan dan kepentingan manusia telah menempatkan teripang dalam fungsi ekonomi sebagai komoditi perikanan perdagangan. Beberapa jenis teripang menjadi target perburuan sebagai produk perikanan yang menjadi komoditi perdagangan. Untuk memenuhi permintaan pasar, eksploitasi teripang cenderung berlebihan. Pemulihan populasi alami (recruitment) teripang relatif lambat dan tidak mengejar laju eksploitasinya. Bila hal demikian berlanjut terus maka depleting resources tak terhindari. Oleh karenanya produksi teripang tidak bisa mengandalkan ketersediaan stok populasi alami, dan harus berbasis pada budidaya.
Beberapa spesies teripang yang mempunyai nilai ekonomis panting diantaranya: teripang putih Holothuria scabra, teripang koro Microthele nobelis, teripang pandan Theenota ananas, teripang dongnga Stichopu ssp. dan beberapa jenis teripang lainnya.

II.      DESKRIPSI TERIPANG
1.1  Sistematika Teripang
Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi teripang adalah sebagai berikut :
·         Filum
:
Echinofermata
·         Kelas
:
Holothuroidea
·         Ordo
:
Aspidochirotda
·         Famili
:
Holothuriidae
·         Genus
:
Holothuria
·         Spesies
:
Holothuria scaba

1.2  Morfologi
Teripang memiliki tubuh yang lunak dengan bentuk bulat panjang seperti saus dan ditutupi oleh lapisan lunak yang terdiri atas ossicle yang sangat kecil. Teripang adalah hewan yang bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran maupun dalam lingkungan terumbu
  • Mulut terletak dibagian anterior dikelilingi oleh 10 sampai 30 buah tentakel yang dapat disamakan dengan kaki tabung bagian oral.
  • Cucumaria frondosa memiliki otot yang melingkar dan otot yang memendek yang memungkinkan Cucumaria frondosa melakukan pergerakan seperti cacing dan memiliki alat pencernaan yang terdiri atas mulut, esophagus, lambung, intestine, kloaka dan anus.
  • Alat respirasi dan ekskresinya dengan menggunakan respiratory tree.
  • Sistem pembuluh darah lebih nyata dibandingkan dengan Echinodermata lainnya karena pembuluh darahnya sepanjang intestine.
  • Alat reproduksinya terpisah, gonad mempunyai bentuk seperti sikat dengan saluran-saluran yang dihubungkan oleh sebuah saluran ke lubang kelamin yang terletak dekat tentakel.


 Gambar 1. Morfologi Teripang


II.         PEMBENIHAN TERIPANG
3.1. Pemeliharaan dan Seleksi Induk
Induk teripang yang akan digunakan biasanya diperoleh dari tangkapan alam. Pengumpulan calon induk teripang dari laut dapat dilakukan dengan penyelaman pada siang hari. Apabila dilakukan pada malam hari, harus dibantu dengan alat penerang berupa obor atau lampu patromak. Dengan cara ini, induk teripang dapat diambil langsung dengan tangan. Pada perairan yang agak dalam, induk teripang dapat diambil dari atas perahu dengan bantuan alat semacam tombak bermata dua yang tumpul.


Gambar 2. Alat Penangkap Induk Teripang

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih induk teripang yang baik adalah:
  1. Tubuh tidak cacat.
  2. Ukuran besar dengan berat 400 gr dan panjang tubuh minimal 20 cm.
  3. 3
     
    Berkulit tebal.
3.2. Sarana Pembenihan
Sarana yang diperlukan untuk pembenihan teripang terdiri dari beberapa buah bak sebagai tempat penampungan induk pemeliharaan larva, kultur larva dan kultur plankton. Bak-bak ini sebaiknya dibuat dari beton, namun demikian dapat pula dibuat dari kayu yang dilapisi plastik. Beberapa sarana lain yang diperlukan adalah sebagai berikut :
  1. Saringan pasir untuk menyaring air laut agar betul-betul bersih.
  2. Bak penampungan air dilengkapi dengan saringan pasir. Ukuran bak disesuaikan dengan kebutuhan air laut untuk penggantian air pada seluruh unit pembenihan. Penempatan bak diatur supaya gravitasi bisa menyalurkan air dari satu bak ke bak lainnya.
  3. Pipa penyalur air yang dilengkapi dengan beberapa saringan berbagai ukuran 1,5  – 2 mikron.
  4. Bak  penampungan  induk  dengan  kapasitas  1,5  ton  air  berjumlah  2  atau  3 buah dengan kedalaman sekitar 50 cm.
  5. Bak pemliharaan larva berjumlah 10 - 15 buah dengan ukuran (1 x 2 x 0,5)m³.
  6. Bak pemeliharaan juvenil berjumlah 8 - 10 buah dengan ukuran (2 x 4 x 0,6)m³.
  7. Bak plankton berjumlah 3 - 5 buah dengan ukuran ( 2 x 4 x 0,75)m³.


     Gambar 3.  Skema Hatchery (Panti Benih)

Keterangan:
A.  Saringan pasir
B.  Bak penampungan air (volume 1 ton).
C. Pipa penyuplai air.
D. Saringan bertingkat.
E.  Bak induk (volume 3 ton).
F.   Bak pemijahan (volume 1,5 ton).
G. Bak pemeliharaan larva.
H.  Bak pemeliharaan juvenil.
I.   Bak plankton.

3.3. Pembenihan
Menurut Darsono dan Putro (2002), bahwa pembenihan dimulai dari pengumpulan dan pengelolaan induk, rangsang pijah (induced spawning), pemeliharaan larva, sampai dengan penggelondongan (nursery) secara skematis disajikan dalam Gambar 4.


Sumber : Darsono dan Putro, 2002)
Gambar 4. Tahapan pembenihan teripang mulai koleksi induk   
                  sampai dengan panen benih teripang

Pemijahan teripang dapat dilakukan dengan beberapa cara, secara alami dengan pembedahan, perangsangan dengan temperatur dan perangsangan dengan penyemprotan air.
1. Pemijahan alami
Setelah mengalami matang gonad penuh, induk teripang yang dipelihara di bak pemijahan biasanya akan memijah secara alami tanpa adanya rangsangan buatan. Pemijahan akan terjadi pada malam hari antara pukul 22.00 - 23.00. Induk jantan akan mengeluarkan sperma terlebih dahulu yang akan merangsang induk betina untuk mengeluarkan telur. Kurun waktu pemijahan biasanya berlangsung antara 20-60 menit. Setelah induk betina selesai bertelur, segera induk dipindahkan ke tempat lain.
2. Pemijahan dengan Pembedahan
Metode pembedahan dapat dilakukan dengan cara menggunting bagian bawah teripang mulai dari anus hingga kedepan. Dalam pembelahan gonad ini apabila didapatkan kantong telur, berarti teripang tersebut betina. Gonad jantan (testis) juga dipotong menjadi beberapa bagian sehingga sperma keluar dan ditampung di dalam wadah lain yang berisi air laut. Kemudian secara pelan-pelan wadah yang berisi sperma dituangkan kedalam wadah yang berisi telur sambil diaduk secara perlahan, lalu didiamkan. Sehingga terjadi pembuahan. Telur yang terbuahi akan mengendap didasar bak selanjutnya dipanen dengan saringan dan dipindahkan ketempat pemeliharaan larva.
3. Perangsangan dengan Temperatur
Prinsip pemijahan dengan perangsangan temperatur ini adalah mengupayakan agar temperatur air naik 3 – 5ºC dari temperatur air asal, dalam waktu selama lebih kurang 30-60 menit suhu air dinaikkan dengan cara penambahan air panas atau menggunakan alat pemanas (heater) atau dijemur terik matahari. Induk teripang ditempatkan didalam keranjang plastik yang diletakkan beberapa sentimeter di bawah permukaan air. Perlakuan ini dilakukan pada siang hari. Pada sore harinya induk dimasukkan ke bak pemijahan dan selanjutnya induk teripang akan memperlihatkan perilaku pemijahan yang ditandai dengan tubuh menggeliat dan muncul dipermukaan sambil bertumpu di dinding bak. Induk jantan akan mengeluarkan sperma yang berwarna putih dan terlihat seperti asap di dalam air, selang waktu setengah hingga dua jam berikutnya induk betina akan mengeluarkan telurnya. Cara ini memberikan hasil lebih baik yakni dengan tingkat penetasan mencapai 90 - 95%.
Induk teripang yang sudah dewasa dan matang gonad siap untuk dipijahkan secara rangsang (induced spawning). Rangsang pijah dilakukan dengan tehnik "manipulasi lingkungan" (Notowinarto & Putro 1992; Darsono et al. 1996) yang merupakan  modifikasi  dari  metoda  thermal  shock  terhadap  sekelompok (4 atau 6 individu) induk teripang. Perlakuan berkelompok ini dilakukan karena tidak diketahui dengan pasti jenis kelaminnya. Pada teripang tidak jelas adanya dimorfisma kelamin. Pengamatan efektifitas tehnik rangsang pijah dilakukan tiap bulan, pada hari-hari: gelap bulan pada kuarter awal atau akhir bulan komariah.
4. Perangsangan dengan Penyemprotan Air
Setelah induk dipelihara selama 2-4 hari pada bak pemeliharaan, maka induk diberikan perlakuan pada sore hari biasanya dimulai pada pukul 17.00. Pertama-tama induk teripang yang akan dipijahkan dikeluarkan dari bak dan diletakkan ditempat yang kering selama 0,5-1 jam. Semprotan air laut yang bertekanan tinggi selama 5-10 menit, lalu induk dimasukkan kembali kedalam bak pemijahan. Sekitar 1,5-2 jam kemudian induk akan mulai menggerakkan badannya ke dinding. Biasanya induk jantan akan memijah yang kemudian disusul induk-induk betina 30 menit kemudian. Prosentase keberhasilan cara ini mencapai 95-100%.
5. Pemeliharaan Larva (Fase Planktonik dan Fase Bentik)
Telur-telur hasil pemijahan dipelihara dalam bak fiber empat persegi panjang bervolume satu ton. Asumsi kepadatan stocking telur dihitung sebanyak 400 butir I liter. Telur-telur fertil akan berkembang menjadi larva teripang melalui fase planktonik dan fase bentik. Dalam pemeliharaan, larva teripang ini akan mengalami metamorfose dalam proses pertumbuhannya melalui fase auricularia, doliolaria, pentactula yang kemudian menjadi “juwana" (juveniles) teripang atau “post larva". Pada fase planktonik (larva auricularia dan larva doliolaria awal), diberi pakan fitoplankton Dunaliella sp., Chaetoceros sp., Isochrysis sp. dan Skeletonema sp.
Menjelang fase doliolaria telah disiapkan spat collector sebagai substrat penempelan. yang telah diperkaya dengan diatom bentik sebagai makanannya sejak fase tersebut. Pada fase kehidupan bentik ini larva diberi pakan diatom bentik (perifitic diatome) Navicula sp.
 Juwana teripang yang berukuran berat inisial rata-rata kurang dari 0,01 gram dipelihara terus dalam proses pendederan (penggelondongan) untuk menjadi "benih" teripang dalam ukuran berat tertentu. Penggelondongan ini berlangsung selama 4 sampai 5 bulan pemeliharaan. 

6. Pemeliharaan Post-larva (Penggelondongan)
Post-larva teripang pada bulan ketiga dipindahkan pemeliharaannya kedalam bak fiber yang diberi substrat pasir karang. Pemindahan dilakukan dengan grading (Battaglene & Seymour 1998), dipilih individu yang kelihatan tumbuh baik. Pemeliharaan dilakukan dengan pemberian pakan diatom bentik dan pakan artifisial untuk larva ikan dengan merk dagang “Algamac 2000 bio-marine" dan "FRIPPAK". Disamping itu masih tetap diberikan juga substitusi alga planktonik Chaetoceros dan Isochrysis. Target penggelondongan ini sampai anakan teripang berukuran berat lebih dari 10 gram hingga 30 gram, yaitu ukuran anakan teripang yang didefinisikan sebagai “benih teripang" siap untuk growing out.



Gambar 5. Perkembangan pasca larva menjadi anakan (benih)  
     teripang. (Sumber : Darsono dan Putro, 2002)

1.     Pasca larva teripang (terlihat bintik-bintik hitam) berumur sekitar sebulan
2.   Anakan teripang, pada dasar bak pemeliharaan, berumur sekitar 3 bulan
3.   Anakan teripang, berumur sekitar 5 bulan, kelihatan masih lembut
4.   Anakan teripang, berumur sekitar 6 bulan, kelihatan sudah agak "kenyal"
5.   Anakan teripang, berumur sekitar 7 bulan, kelihatan "Iebih kenyal"
6.   Anakan teripang, berumur sekitar 8 bulan, bandingkan dengan korek yang terlihat, tekstur tubuh sudah lebih kuat, siap untuk dilepas growing out


DAFTAR PUSTAKA

Battaglene, S.C. and J.E. Seymour 1998. Detachment and grading of the tropical sea cucumber sandfish, Holothuria scabra, juveniles from settlement substrates. Aquaculture 159: 263 - 274.

Darsono, P. dan Putro, D., 2002. Aplikasi Tehnik Pembenihan Untuk Produksi Massal Benih Teripang Pasir, Holothuria scabra Jaeger. Prosiding Seminar Riptek  Kelautan Nasional.Balai Budidaya Laut Lampung, Ditjen Perikanan Budidaya DKP. 153-159.

Martoyo B., Aji, N., dan Winanto, T., 2007. Seri Agribisnis: Budi Daya Teripang (edisi revisi). Jakarta: Penebar Swadaya.

http://dunia-perairan.blogspot.com/2012/10/teripang-si-ketimun-laut.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  MENGENAL IKAN SCORPION Mengingat permintaan ikan hias dari tahun ketahun terus meningkat, maka Ikan  Skorpion Volitan (Pterois ...