Rabu, 29 November 2017

PENGOLAHAN BANDENG TANPA DURI



Ikan Bandeng merupakan jenis ikan yang mempunyai cita rasa yang khas, digemari banyak orang dan dikenal luas oleh masyarakat baik dalam maupun luar negeri. Pemanfaatan ikan bandeng selama ini diantaranya adalah dalam bentuk segar, presto, pindang dan asap. Namun banyaknya duri dalam daging ikan bandeng merupakan masalah yang membuat sebagian masyarakat enggan mengkonsumsinya. Salah satu upaya untuk meningkatkan konsumsi bandeng adalah dengan membuang semua duri yang ada melalui penerapan teknologi pengolahan bandeng tanpa duri. Proses pengolahan bandeng tanpa duri bukan merupakan teknologi yang rumit, tetapi memerlukan ketelitian dan ketelatenan yang cukup. Dari produk bandeng tanpa duri ini dapat dibuat diversifikasi olahan lainnya sehingga dapat meningkatkan daya jual dari produk bandeng tanpa duri.

Pengolahan Bandeng Tanpa Duri

1. Bahan Baku: Bandeng Segar ukuran sedang

2. Peralatan: Pisau, Talenan, Pinset dan Baskom kecil. 

3. Cara Pengolahan :



a. Pembersihan sisik

Ikan dibersihkan sisiknya terlebih dahulu, dengan cara dikerok mulai dari pangkal ekornya menuju ke bagian kepala menggunakan pisau atau alat khusus pembuang sisik.

b. Pembelahan

Pembelahan (filleting) dilakukan dengan menyayat bagian punggung dengan pisau mulai dari bagian ekor sampai membelah ke kepala. Setelah itu isi perut dan insang dibuang. Kemudian ikan yang dibelah dilakukan dengan menggunakan air bersih untuk menghilangkan sisa darah, lemak maupun kotoran lainnya.

c. Pembuangan duri
  • Tulang punggung dibuang dengan mematahkan tulang di bagian ekor dan ditarik ke arah depan dengan bantuan pisau.
  • Tulang-tulang pada permukaan dinding perut sebanyak 16 pasang tulang besar dicabut menggunakan pinset.
  • Pencabutan duri pada bagian punggung, dengan cara dibuat irisan memanjang pada guratan daging punggung bagian tengah dan bagian perut menggunakan ujung pisau. Irisan dilakukan dengan hati-hati agar duri-duri tidak terputus. Selanjutnya duri dicabut dengan cara memasukkan ujung pinset pada bagian irisan tersebut, kemudian dicabut satu persatu. Bagian punggung terdapat 42 pasang duri halus yang berbentuk cabang pada bagian punggung.
  • Pencabutan duri pada bagian tengah depan (ventral) duri dicabut satu persatu dengan menggunakan pinset yang dimulai dari belakang kepala ke arah ekor. Ada 12 pasang duri halus dan bercabang di daerah ini.
  • Pencabutan duri di bagian bawah belakang (anal), buatlah goresan memanjang pada guratan daging bagian bawah belakang (anal), lakukan pencabutan dimulai dari belakang menuju ke depan, ada 12 pasang duri berbentuk lurus agak keras.
  • Selesai pencabutan duri, ikan dicuci dengan menggunakan air bersuhu dingin untuk menghilangkan kotoran yang masih terdapat pada ikan.

d. Pengemasan

Ikan yang telah bersih dari duri dikemas dalam kantong plastik dan dibekukan.


Sumber : Direktorat Pengolahan Hasil, Ditjen Pengolahan Dan Pemasaran Hasil 
               Perikanan; dan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau.



Rabu, 22 November 2017

PENGOLAHAN IKAN PATIN ASAP


Ikan patin yang banyak dibudidayakan saat dikenal dengan nama latin Pangasius sutchi. Ikan ini merupakan salah satu hasil perikanan perairan umum yang besar potensinya untuk dikembangkan.
Secara tradisional ikan patin telah diolah menjadi produk asap. Data dari dinas perikanan provinsi Sumatera Selatan tahun 1998 menyebutkan bahwa jumlah total produksi 3.054.3 ton ikan patin, telah dihasilkan sebanyak 506.9 ton ikan asap. Dengan perkiraan rendemen sebesar 40% maka dari jumlah hasil produksi ikan patin, sebagian besar (45.9%) diserap untuk produksi ikan asap.

PENANGANAN DAN CARA MEMATIKAN IKAN
Pada pengolahan semua produk perikanan masuk pembuatan bakso dan sosis, bahan mentah harus betul-betul segar agar diperoleh produk akhir yang bermutu tinggi untuk memperoleh bahan ikan yang bermutu tinggi, penanganan ikan basah harus dimulai segera setelah ikan diangkat dari air saat hidupnya dengan perlakuan suhu rendah. Ikan yang masih hidup dimatikan dengan direndamnya dalam air es/dingin selama 10 menit.
Ikan harus disiangi segera mungkin setelah ikan mati karena apabila darahnya mulai keluar, maka daging akan mengalami diskolorasi (perubahan warna) sehingga akan mempengaruhi kesegaran ikan tersebut.

PENYIANGAN DAN PREPARASI
Pada pembuatan ikan patin asap, selain mutu kesegarannya hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah keseragaman ukuran. Hal ini dimaksudkan agar pada proses pengasapan berlangsung pada waktu dan pola yang sama. Penyiangan ikan patin yang akan digunakan sebagai bahan baku ikan asap dilakukan dengan cara membuang isi perutnya saja tanpa membuang kepalanya. Untuk ukuran ikan yang kecil tidak dilakukan pembelahan, tetapi bila ukurannya cukup besar maka dilakukan pembelahan. Pembelahan ini dapat dilakukan melalui bagian ekor kearah perut atau kearah punggung, sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Setelah penyiangan sesegera mungkin dilakukan pencucian, untuk menghilangkan kotoran dan darah ikan.

PROSES PEMBUATAN IKAN ASAP

Pada pengolahan ikan asap, selain ikan sebagai bahan baku, hanya diperlukan larutan garam 2,5%, sabut serta tempurung kelapa. Sedangkan peralatan yang diperlukan antara lain pisau, panci atau baskom, tali, lidi, rak serta rumah pengasap.
Tahapan proses pengasapan ikan patin adalah sebagai berikut;
  1. Perendaman dengan larutan garam 2,5%
ikan bersih yang telah dibelah ditiriskan terlebih dahulu, selanjutnya ikan dimasukkan ke dalam larutan garam sambil sesekali di aduk dan dibiarkan terendam dalam larutan tersebut selama 30 menit. Proses perendaman ini bertujuan untuk mencuci noda-noda darah yang mengotori permukaan daging ikan. Setelah perendaman ini ikan di angkat dan dicuci kembali.
  1. Penyusunan ikan pada rak pengasap
sebelum dimasukkan kedalam rumah pengasap, ikan patin diikat pada ekornya dengan menggunakan tali dan disusun tergantung pada rak alat pengasap. Untuk mencegah terlipatnya belahan ikan selama pengasapan, pada bagian rongga perut diletakkan lidi secara melintang.
  1. Pengasapan
Setelah almari asap disiapkan dengan membakar sabuk dan tempurung kelapa dan dihasilkan asap yang tebal, ikan yang tergantung pada rak pengasap dimasukkan kedalam almari pengasap.
Lama proses pengasapan tergantung ikan, untuk ikan patin ukuran 4-5 ekor per/kg dibutuhkan waktu 10 jam proses pengasapan. Proses pengasapan ini dilakukan dengan mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut:
·         tahap pertama, ikan patin diasap dengan suhu yang diatur antara 35-550 dengan intensitas cukup tebal. Tahap ini berlangsung selama 2 jam.
·         Tahap kedua, suhu dinaikan antara 55-750C dengan intensitas asap tebal. Pada tahap ini pengasapan berlangsung selama 8 jam dan setiap 2 jam dilakukan penggeseran letak rak. Rak paling atas turun ke posisi paling bawah, rak nomer dua naik ke posisi paling atas dan seterusnya.
·         Tahap ketiga, nayala api diperbesar sehingga suhu naik dan diatur sekitar 75-900C, dengan intensitas asap tipis. Tahap ini berlangsung selama 2 jam. Setelah tahap ini berakhir maka bara api yang ada dalam tungku dikeluarkan dan dibiarkan hingga dingin.
Pada akhirnya proses pengasapan ini, ikan patin terlihat berwarna coklat keemasan, berbau asap                tajam dan sukup kering dengan tekstur yang padat. Ikan asap dengan spesifikasi di atas siap                      untuk disajikan.
  1. Penyajian
Pada umumnya, ikan asap disajikan dalam bentuk masakan seperti mangut, oseng dsb. Meskipun demikian ikan asap juga dapat dinikmati langsung dengan dilengkapi sambal.

 5. Skema pembuatan ikan patin asap

Ikan
Patin    ......... Disiangi ............isi perut
Segar


   Ditiriskan
 

    Direndam (30 menit) Dalam lar. Garam 25%

 Dicuci, ditiriskan

Digantung pada rak pengasap

Diasap selama 10 jam

Dibiarkan hingga dingin

IKAN PATIN ASAP



Sumber: Pusat Riset Pengolahan Produk Sosial Ekonomi, DKP 

Senin, 20 November 2017

PENGOLAHAN IKAN PINDANG PASO (PINDANG BERGARAM)




Pemindangan ikan adalah teknik pengolahan dan pengawetan dengan cara merebus ikan dalam air garam selama jangka waktu tertentu dalam suatu wadah. Berdasarkan cara pembuatan dan wadah yang digunakan ada yang disebut dengan Pindang Paso, yaitu pindang bergaram yang biasanya diolah dalam wadah paso, bandeng, dan pendil. Penambahan garam dimaksudkan untuk memperbaiki tekstur ikan agar lebih kompak, memperbaiki citarasa, dan memperpanjang daya awet. Pindang bergaram mempunyai kadar garam lebih tinggi dan lebih awet dibandingkan dengan pindang air garam.

BAHAN DAN ALAT

Bahan: 

- Ikan segar (ikan kembung, laying, tongkol kecil bandeng, layur, tanjan, dll) 

- Bumbu jika suka (lengkuas, asam jawa, kunyit dan daun salam) 

- Garam halus 

- Air bersih 

Peralatan: 

Pisau, talenan, baskom plastik, besek, panci/ paso/ badeng, besek/ naya/ keranjang, panci perebus, kompor minyak. 

Cara Pembuatan: 

1. Penyiangan dan Pencucian 

Ikan yang akan diolah dilakukan penyiangan dengan cara membuang insang, isi perut, serta kotoran yang lainnnya. Kemudian dicuci bersih hingga bebas dari kotoran dan tiriskan. 

2. Penyusunan Ikan 

Setelah pencucian, ikan ditimbang terlebih dahulu untuk menentukan jumlah garam yang diperlukan. Pada umumnya jumlah garam yang ditambahkan antara 20-30%. Kemudian ikan disusun dalam wadah badeng, paso dan pendil. Ikan dan garam disusun secara berlapis-lapis. Air dimasukkan ke dalam wadah sebagai media dalam proses pemanasan. 

3. Pemanasan 

Pemanasan pertama menggunakan api besar selama 1-2 jam dengan tujuan untuk mematangkan ikan. Setelah matang, ikan ditiriskan dengan cara membuka sumbat pada saluran pembuangan yang terdapat pada bagian bawah wadah. Selanjutnya garam ditambahkan ke dalam wadah kemudian ditutup kembali dan dipanaskan (pemanasan kedua) dengan api kecil selama 0,5-3 jam. Tujuan pemanasan kedua ini untuk menguapkan sebagian air dari tubuh ikan sehingga ikan menjadi lebih awet. 

4. Pengemasan 

Ikan pindang yang dihasilkan selanjutnya didinginkan pada suhu ruang, disortasi dan dikemas. Pengemasan dapat dilakukan menggunakan kemasan plastik dan disimpan pada suhu refrigerator supaya lebih awet. 


Alur Proses Pembuatan Ikan Pindang 


Ikan segar 

Penyiangan (insang, isi perut) 

Pencucian 

Penirisan 

Pembumbuan (garam, asam kunyit, salam) 

Penyusunan ikan diatas besek 

Perebusan 30-60 menit 

Pendinginan 




Sumber : Direktorat Pengolahan Hasil, DJP2HP

Kamis, 16 November 2017

PENGOLAHAN ABON IKAN




Abon ikan adalah produk olahan ikan yang menyerupai abon daging. Akan tetapi kelebihan dari abon ikan adalah kandungan gizinya tidak kalah dari abon daging, rasa yang lebih gurih karena kandungan protein dan lemaknya yang relative tinggi.

BAHAN DAN ALAT

Bahan:

- Daging ikan - Bawang merah

- Bawang putih -ketumbar, gula pasir

- Garam - Asam jawa

- Lengkuas - Daun salam

- Kelapa - Daun sereh

Peralatan:

Dandang pengukus dan sarangan, talenan, Loyang, pisau, lumping/cobek besar, wajan, alat pengepres/kain belacu, saringan dan kompor.

Cara Pembuatan:

1. Daging ikan dipotong-potong, dikukus sampai masak selama 60 menit.

2. Dinginkan, bungkus dengan kain blacu dan dipres sampai airnya keluar.

3. Daging yang sudah dipres dicabik-cabik sehingga menjadi serat-serat.

4. Bawang merah, bawang putih, ketumbar dan garam dihaluskan.

5. Kelapa diparut, ditambah air sedikit dan diambil santan kentalnya. Selanjutnya dimasukkan ke dalam wajan, ditambah lengkuas, daun salam, sereh, gula dan asam.

6. Bumbu-bumbu yang sudah dihaluskan dimasukan ke dala santan, diaduk-aduk dan dipanaskan sampai mendidih.

7. Selanjutnya masukkan daging ikan yang berupa serat-serat dipanaskan sampai mengering, selanjutnya digongseng tanpa minyak sampai berwarna coklat.

8. Abon yang sudah setengah jadi tersebut kemudian digoreng lagi sampai kering dan matang.

9. Abon yang sudah matang kemudian dipres sampai minyaknya keluar, dan diangin-anginkan.

10. Abon yang sudah matang dikemas dalam kantong-kantong plastik, kemudian disimpan dalam tempat yang bersih dan kering.

    Alur Proses Pembuatan Abon Ikan

        Ikan segar (ikan tenggiri)
Pemfilletan
 
Pencucian
 
Pengukusan
Pendinginan
 
Penyayatan
 
Pembumbuan
 
Penambahan santan dan perebusan
(1 kg : 1 ltr, 1:2, 1:4)

Penyangraian



Pengemasan:

Pengemasan abon ikan dapat dilakukan menggunakan plastik dan sealer. Dengan bahan plastik yang tertutup rapat maka abon ikan dapat disimpan lama sebagai stok untuk dipasarkan ke berbagai daerah.


Sumber : Direktorat Pengolahan Hasil, DJP2HP

Selasa, 14 November 2017

PEMILIHAN KEMASAN PRODUK PERIKANAN


Ikan merupakan salah satu bahan makanan berprotein tinggi, ikan mempunyai peranan yang sangat dominan, karena secara nasional baik produksi maupun konsumsi hasil perikanan sangat tinggi. Tetapi ikan adalah bahan pangan yang mudah rusak, sehingga sering terjadi kemunduran mutu produk dan harga jual. Tingginya tingkat konsumsi ikan di Indonesia, yang diiringi dengan besarnya produksi budidaya ikan, perlu diimbangi dengan pengolahan dan pengemasan produk perikanan.

Pengemasan bertujuan untuk melindungi produk, penyimpanan, informasi dan promosi produk serta pelayanan kepada konsumen. Pengemasan produk perikanan ini sejalan dengan factor kunci dalam konsep industrialisasi perikanan yaitu peningkatan nilai tambah (value added), efesiensi dan daya saing (bargaining position), dimana ke-tiga factor tersebut akan mampu mendorong terciptanya iklim usaha yang positif sebagai upaya dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Menurut Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, hal yang wajib disampaikan dalam kemasan pangan antara lain :

1. Ijin edar

2. Merek dagang

3. Nama produk

4. Daftar bahan yang digunakan atau komposisi

5. Berat/isi

6. Nama dan alamat yang memproduksi

7. Tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa

8. Keterangan tentang halal

Secara umum di Indonesia, beberapa keterangan lain yang sebaiknyaadadalamkemasan :
  • Petunjuk penyimpanan
  • Petunjuk penggunaan
  • Nilai gizi
  • Pernyataan khusus (susu, babi, makanan bayi, pemanis buatan, pengganti asi, bahan tambahan, bahan iradiasi)
  • Klaim diusahakan sedekat mungkin dengan fakta untuk menjaga integritas brand
  • Barcode

Kemasan sebagai bahan pelindung dan pembatas terhadap lingkungan dapat membantu melindungi mutu produk selama distribusi, menambah ketertarikan konsumen terhadap produk (tampilan fisik), dan mempermudah pemberian informasi mengenai produk. Kemasan yang langsung berhubungan dengan produk disebut sebagai kemasan primer.
Ada berbagai jenis kemasan yaitu dari kertas (termasuk karton), plastik, metal seperti aluminium atau stainless steel, komposit (campuran), dan foil berupa lapisan tipis baik dari metal seperti aluminium atau plastik. Dari berbagai jenis kemasan tersebut plastik semakin mendominasi karena dapat dibentuk dalam berbagai ukuran dan bentuk sesuai kebutuhan, ringan, kuat sekaligus fleksibel.

Kemasan primer untuk produk ikan ditentukan oleh jenis produk yang hendak dikemas. Kemasan untuk ikan curah berbeda dengan ikan di tingkat eceran. Untuk ikan segar curah, kemasan berupa wadah yang terbuat dari plastik Polyetilen (HDPE) densitas tinggi memberikan berbagai kemudahan yaitu kuat sekaligus ringan, mudah dibersihkan dan tahan terhadap bahan-bahan kimia. HDPE dapat dipakai untuk mengemas beragam bobot ikan beserta es untuk pendingin untuk jarak distribusi yang cukup jauh. Untuk ikan bentuk fillet yang dikemas dalam wadah PE, harus disusun dengan tumpukan tipis dan diberi pembatas plastik. Kemasan dari plastik polystiren sulit dibersihkan dan dipakai ulang, sedangkan stirofoam memiliki kelemahan tidak kuat dan mudah pecah.


Referensi :



Senin, 06 November 2017

OLAHAN RUMPUT LAUT



PENDAHULUAN
Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan dalam revitalisasi perikanan (selain tuna dan udang) yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Potensi rumput laut sangat besar untuk dikembangkan dan memiliki pangsa pasar cukup tinggi, yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat serta meningkatkan devisa negara. Sebagian besar produksi rumput laut indonesia diekspor ke Cina, Denmark, Hongkong, Jepang, Amerika Serikat dan Filipina. Sayangnya bentuk yang diekspor masih dalam bentuk produk bahan baku seperti agar-agar, karaginan dan alginate malah diimpor, sehingga nilai tambah dari pengolahan rumput laut tidak kita peroleh dan menjadi perolehan bagi negara-negara yang menjadi tujuan ekspor rumput laut.
Untuk itu upaya meningkatkan nilai tambah hasil usaha rumput laut nelayan/pengolah skala kecil/menengah sangat perlu dilakukan terutama pada sentra-sentra produksi.
Adapun teknologi penanganan rumput laut dan beberapa cara pengolahannya diantaranya minuman rumput laut, manisan, cendol dan dodol rumput laut.

PENANGANAN
Rumput laut hendaknya dipanen cukup umur pada saat cuaca cerah dan panas. Untuk jenis:
·      Gracillaria, penghasil agar-agar dipanen setelah berumur 3 bulan dan panen berikutnya setelah 2 bulan.
·      Eucheuma, penghasil karaginan, jelly, manisan, dodol dan minuman, dipanen setelah berumur 1,5 bulan     dengan memanfaatkan sebagian besar thallus (batang).
·      Sargassum, penghasil alginat masih dipanen dari alam.
Jenis Sargassum setelah dipanen, disortasi selanjutnya dicuci untuk menghilangkan kotoran seperti lumpur, karang dan benda asing lainnya. Untuk jenis yang dibudidayakan pencucian menggunakan air dimana rumput laut dibudidayakan.
Pada jenis Eucheuma, kualitas jendalnya dapat ditingkatkan dengan merendamnya pada larutan basa KOH (Kalium hidroksida: pelarut), 0.5-3% selama 2 jam. Untuk jenis Sargassum menggunakan larutan KOH 0,1-0,2%. Setelah itu dicuci sampai netral. Selanjutnya rumput laut dapat dikeringkan. Produk kering yang diperoleh biasanya lebih bersih.

PENGOLAHAN
Jenis olahan berupa minuman, manisan, dodol dan cendol yang akan dijelaskan berikut menggunakan bahan rumput laut jenis Cottoni (Eucheuma cottonii).


Minuman Rumput Laut

a.    Rumput laut kering dicuci bersih, direndam dalam air tawar sebanyak 10 kali berat rumput laut.
b.    Perendaman pertama dilakukan selama 2-3 hari sampai lunak, setiap hari air perendaman diganti dan   volume air perendaman ditingkatkan 2 kali lipat seiring dengan pengembangan volume rumput laut akibat penyerapan air. Perendaman kedua dilakukan dengan air kapur sirih 1% selama 1 jam agar lebih baik teksturnya, aseptis dan hilang bau amisnya. Rumput laut ini selanjutnya dicuci bersih.
c.    Hasil rendaman yang telah bersih tersebut ditiriskan, dipotong-potong 3-4 cm.
d.    Siapkan larutan gula (1:1) dan ditambahkan pewarna makanan.
e.    Campurkan potongan rumput laut dalam larutan gula hingga meresap.
f.     Campuran larutan gula dan rumput laut selanjutnya dapat dikonsumsi atau dijual dalam kemasan gelas plastik.

Manisan Rumput Laut

a.    Pencucian rumput laut kering sama dengan pada pembuatan minuman rumput laut.
b.    Perlakuan perendaman sama dengan pada pembuatan minuman rumput laut.
c.    Rumput laut hasil rendaman yang telah dicuci bersih ditiriskan ditambahkan gula dengan perbandingan (1 bagian gula : 2 bagian rumput laut), asam sitrat 0,5% dan natrium benzoat sebanyak 0,1-0,2% serta pasta (pewarna makanan) 1%. Rumput laut tersebut kemudian dibiarkan pada suhu kamar selama satu hari supaya gula meresap, setelah itu dijemur sinar matahari hingga agak kering dan terakhir ditaburi gula pasir.
d.    Untuk membuat manisan rumput laut basah prosesnya sama dengan manisan rumput laut kering namun pada manisan basah gula dilarutkan/direbus dalam air dengan perbandingan 1:1. air gula tersebut didinginkan ditambah dengan asam sitrat (citrun) 0,5%, natrium benzoate (pengawet) 0,1-0,2% serta pasta (pewarna makanan) 1%. Rumput laut yang telah direndam dimasukkan larutan gula dengan perbandingan 1:1. manisan ini dapat dikemas dalam gelas plastik supaya lebih menarik.

Cendol Rumput Laut

a.    Pencucian 50 gram rumput laut kering sama dengan pada pembuatan minuman rumput laut.
b.    Setelah dicuci dilakukan perendaman dalam air atau air beras sampai bau amis hilang selama 1-2 hari, setiap 12 jam air perendaman diganti dengan yang baru.
c.    Setelah direndam, rumput laut direbus dengan perbandingan air : rumput laut = 2:1, selama 30-60 menit.
d.    Setelah perebusan kemudian dilakukan pemblenderan sampai halus, kemudian rumput laut direbus kembali dan tambahkan pewarna secukupnya, essence 1%, susu secukupnya, garam 0,2%, tepung sagu 15%, tepung beras 20%.
e.    Setelah semua bahan tercampur rata dan adonan kental, cetak menjadi bentuk cendol. Selama proses pencetakan, ditampung dalam air es.

 Dodol Rumput Laut

a.    Pencucian rumput laut kering sama dengan pada pembuatan  minuman rumput laut.
b.    Perlakuan perendaman sama dengan pada pembuatan minuman rumput laut

Rumput laut yang telah dicuci ditiriskan kemudian direbus dalam larutan gula dengan perbandingan rumput laut : gula : air = 1:1:1 sampai rumput laut hancur semua (bisa juga dibantu dengan blender kemudian dimasukkan lagi ke larutan gula). Supaya dodol kenyal dapat ditambahkan ketan 10%. Pamanasan dodol rumput laut dengan api kecil sampai tidak lengket. Kemudian ditambahkan natrium benzoat 0,1-0,2% serta pasta pandan atau esens 1%. Adonan dituang dalam cetakan, setelah dingin iris-iris dan dijemur kemudian dikemas dalam plastik.

  MENGENAL IKAN SCORPION Mengingat permintaan ikan hias dari tahun ketahun terus meningkat, maka Ikan  Skorpion Volitan (Pterois ...