Jumat, 24 Agustus 2018

MONITORING IKAN HIAS LAUT


PENDAHULUAN
                Pendataan dan monitoring sangat diperlukan untuk mengetahui berapa banyak jumlah dan jenis ikan yang telah dimanfaatkan, sehingga dapat mengantisipasi pengambilan ikan yang melampaui ambang batas aman untuk ditangkap.
                Saat ini terdapat beberapa daerah yang memiliki pemanfaatan ikan hias laut namun belum memiliki data lengkap terkait pemanfatan ikan hias yang ada di daerahnya, misalnya Medan, Banyuwang, Makassar, Lampung, Padang dan Manado. Hanya ada 2 daerah yang sudah menerapkan pendataan dan monitoring ikan hias laut yaitu Bali dan Kepulauan Seribu. Kepulauan Seribu memulai pendataan tahun 2005 yang dilakukan oleh nelayan, pengumpul dan Suku Dinas Kelautan dan Pertanian. Survei populasi ikan di alam dilakukan pada tahun 2005, 2007 dan 2009 oleh yayasan TERANGI bekerjasama dengan Suku Dinas Kelautan dan Pertanian Kepulauan Seribu.
                Adanya kegiatan pendataaan dan monitoring, membantu pemerintah daerah atau pengelola kawasan memiliki gambaran aktual potensi dan intensitas pemanfaatan ikan hias di wilayahnya. Gambaran itu misalnya tentang jenis dan jumlah ikan hias yang ada di alam serta jenis dan julmah ikan yang ditangkap termasuk jumlah nelayan. Analisis lanjutan bisa dilakukan sehingga bisa didapatkan data Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan (JTB) untuk suatu wilayah.
                Informasi tersebut akan berguna bagi pemerintah dan pengelola kawasan untuk membuat kebijakan atau pengaturan pemanfaatan ikan hias antara lain jenis ikan yang boleh ditangkap, waktu penangkapan atau waktu larang tangkap, serta jumlah tangkapan.

SISTEM MONITORING POPULASI IKAN HIAS LAUT
                Monitoring atau pemantauan ikan hias adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk mengetahui ststus/kondisi ikan hias yang terdapat di habitatnya meliputi jumlah populasinya termasuk mengetahui jumlah ikan hias yang boleh ditangkap pada setiap jenisnya. Jenis data dan informasi yang dikumpulkan dalam monitoring, antara lain : lokasi, tanggal dan jam pemantauan, serta jenis, jumlah dan ukuran panjang ikan.
Metode Monitoring Untuk Ikan Hias Laut
1. Penentun lokasi dan pemasangan transek
Lokasi pengamatan dan pemasangan transek dilakukan pada lokasi penangkapan ikan hias dengan keterwakilan yang sesuai dengan luasan wilayah penangkapan yang dilakukan oleh nelayan.
2. Prosedur umum
  • Sebelum melakukan pengamatan, hendaknya melakukan pre monitoring untuk mendaftar jenis yang dominan pada lokasi tersebut, kemudian list dari jenis tersebut dimasukkan kedalam datasheet yang digunakan pada saat pengamatan, hal ini dilakukan untuk meminimalisir waktu yang diperlukan untuk menulis nama jenis pada datasheet, sehingga meningkatkan kemampuan surveyor untuk mengingat jenis-jenis ikan
  • Dahulukan jenis ikan yang mudah di identifikasi
  • Pengamatan dilakukan untuk kepadatan ikan hias secara kuantitatif untuk tiap jenis.

3. Metode Underwater Visual Sensus
                Metode yang digunakan untuk memonitoring ikan hias adalah metode transek sabuk dengan UVC (gambar 1). Pemantauan dilakukan dengan kedalaman sekitar 3-7 m. Dengan metode ini, pemantauan dilakukan terbatas hanya siang hari, sehingga target pemantauan juga terbatas pada ikan-ikan diurnal (ikan yang mencari makan pada siang hari). Taksonomi dilakukan hingga taksonomi terendah yang memungkinkan (level jenis).

Ada beberapa jenis ikan yang memiliki tempat hidup dan waktu khusus, seperti ikan Jabing ( Cryptocentrus cintus)  dan Mandarin Asli (Pterosynchiropus splendidius). Ikan Mandarin Asli hidup di dalam goa-goa dan celah-celah di terumbu karang. Selain itu, ikan ini juga cenderung muncul pada sore atau pagi hari atau cuaca mendung. Ikan Jabing termasu ikan yang memiliki habitat yang berbeda dibandingkan dengan kebanyakan ikan hias yang lain yang hidup di lereng terumbu. Ikan ini biasanya berada di daerah dataran atau laguna. Untuk memantau ikan mandarin dan ikan Jabing akan menggunakan metode yang sama, yaitu underwater visual sensus hanya disesuaikan dengan karakteristik masing-masing, yaitu pemantauan diakukan pada pagi atau sore hari untuk ikan Mandarin, sedangkan pemantauan dilakukan di daratan atau laguna untuk ikan jabing.

 4. Cara Kerja di lapangan
                Pengamatan ikan karang menggunakan metode UVC.  Metode ini menggunakan bidang pengamatan berbentuk sabuk atau belt seluas 20 x 5 dan 20 x 2 meter persegi.
  • Pada lokasi pengamatan diletakkan transek garis pda kedalaman yang sesuai dengan wilayah dan kedalaman yang sama saat nelayan melakukan penangkapan ikan hias.
  • Panjang transek pengamatan ikan karang dalam kegiatan ini adalah sepanjang 100 meter.
  • Pengamatan dilakukan pada sepanjang garis transek dengan jarak observasi sejauh 2,5 meter di kiri dan kanan untuk ikan-ikan relatif besar dan bergerak cepat (acanthuridae, scaridae dan serranidae) serta 1 meter di kiri dan kanan untuk ikan-ikan relatif kecil dan bergerak lambat (jenis pomacentridae)
  • Pengamat mencatat semua jenis ikan, ukuran dan jumlah kehadiran ikan yang ditemukan dalam area pengamatan.

 Gambar 1. UVC menggunakan transek


5. Kelebihan Metode UVC
  • Salah satu metode yang umum digunakan meliputi pengamatan metode kualitatif dan kuantitatif.
  • Waktu yang diperlukan untuk pengamatan tergolong cepat, tidak merusak ekosistem terumbu karang serta biayanya murah.
  • Sedikit tenaga yang dibutuhkan dan tidak membutuhkan peralatan khusus.
  • Dapat digunakan untuk menngamati daetah yang sama pada sepanjang waktu.
  • Potensial untuk menghasilkan data yang banyak dan cepat dalam hal menduga stok yang ada di alam.
6. Kekurangan Metode UVC
·         Surveyor harus memiliki kemampuan dan pengalaman yang banyak.
·         Cukup membingungkan surveyor karena ikan yang selalu bergerak.
·         Sering terjadi bias dalam menduga jumlah dan ukuran ikan.
·         Terbatas dengan kedalaman karena terkait dengan dekompresi.

Tips mengatasi kekurangan pada UVC :
§  Untuk ikan-ikan yang bergerombol dalam jumlah banyak pengamat harus membuat 4 kuadran maya dan menghitung jumlah ikan dalam satu kuadran dan seterusnya sampai kuadran ke-4 kemudian dijumlahkan.
§  Dalam pendugaan ukuran ikan, pengamat harus berlatih dengan ikan-ikan atau benda-benda yang sudah diketahui ukurannya sebelumnya, sehingga dapat mengetahui ukuran maksimal beberapa marga atau famili ikan.
§  Ikan yang berenang melebihi jarak pandang mata tidak perlu dicatat dan tidak perlu sampai menoleh ke belakang.

7. Peralatan dan Sumberdaya Manusia
·         Peralatan
>> Perahu motor yang dilengkapi dengan peralatan keamanan seperti : pelampung dan radio komunikasi untuk keselamatan dalam navigasi.

>>  Meteran /roll meter



>> Peralatan scuba


Fungsi alat selam : membantu pergerakan dan pernafasan dalam air

>> Global Positioning System (GPS)



>> Pensil, datasheet (dengan kertas yang tahan air)

 


Fungsi mencatat hasil survei


PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

                Pengolahan data hasip pemantauan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel. Ata-data yang sudah dituliskan dalam data sheet kemudian dimasukkan ke dalam basis data pada Microsoft Excel yang berisikan nama, tanggal  monitoring, pengambil data, lokasi monitoring, ulangan, nama famili ikan hias, nama jenis ikan hias, indeks panjang-bobot ikan hias, ukuran ikan dan jumlah (tabel 1).

Analisis data akan menggunakan persamaan-persamaan untuk menduga kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman dan dominansi.
Populasi ikan hias dihitung berdasarkan jumlah ikan yang teramati di dalam transek. Penghitungan tersebut dilakukan berdasarkan luasan transek dan luasan seluruh area survey di wilayah tersebut, seperti dalam rumus berikut.


Text Box:           N  =   ni    x  A
                     L
 


Dimana :
N : Kelimpahan ikan jenis i;
ni : Jumlah jenis ikan i yang teramati dalam transek
L  : Luas total transek (400m²)
A : Luas total area survei.

                Selain itu akan dihitung pula indeks-indeks kelimpahan, seperti indeks keanekaragaman, indeks kemerataan dan indeks dominansi. Indeks keanekaragaman  (H’) akan dapat menejlaskan tingkat keanekaragaman ikan karang, rumus dari indeks keanekaragaman adalah :
 

Text Box:                  s
H’  =   ∑ pi ln pi
           i=l




Dimana :
H’ : indeks keanekaragaman
S  : jumlah jenis yang teramati
pi : proporsi jumlah individu setiap jenis ikan karang

kriteria  untuk indeks keanekaragaman adalah jika
H’ ≤ 2,00 : kenekaragaman rendah;
2,00 < H’ ≤ 3,00 : keanekaragaman sedang;
H’ > 3,00 : keanekaragaman tinggi.

Indeks kemerataan (E) digunakan untuk melihat keseimbangan komunitas ikan karang, dilakukan dengan cara mengukur besarnya kesamaan total jumlah individu antar jenis. Semakin merata penyebaran individu antar jenis maka keseimbangan komunitas akan semakin baik. Rumus yang digunakan adalah :


Text Box:           E  =        H’    
                   H’maks

 Dimana :
E : Indeks keanekaragaman
H’ : indeks keanekaragaman
H’maks : indeks keanekaragaman maksimum ln S

Kisaran indeks kemerataan
 0,0 < E  ≤ 0,5 : komunitas tertekan
0,5 < E  ≤ 0,75 : komunitas labil
0,75 < E  ≤ 1,0 : komunitas stabil.

Bila nilai indeks kemerataan (E) menurun, maka indeks keanekaragaman  (H’) akan menurun, berarti ada jenis tertentu yang mendominasi. Besarnya dominasi akan mengarah kepada komunitas yang tertekan atau labil. Nilai indeks dominansi (D) dapat diukur dengan rumus :

Text Box:                  s
D’  =  - ∑ pi²
           i=l


Dimana :
D : Indeks Dominansi
pi : proporsi jumlah individu setiap jenis ikan karang
S  : jumlah jenis yang teramati

Kriteria untuk indeks dominansi (D)
 0,0 < D ≤ 0,5 : dominasi rendah
0,5 < D ≤ 0,75 : dominasi sedang
0,75 < D ≤ 1,0 : dominasi tinggi.

Tabel 1. Contoh data sheet monitoring ikan hias
Data Sheet
Hari/Tanggal      :
Jam                        :
Ulangan ke-        :
Lokasi                    :
Pengambil data :

Jenis Ikan Hias
Jumlah
Ukuran Ikan










DAFTAR PUSTAKA
Ewald Lieske and Robert Myers. 1994. Coral Reef Fishes, Indo-Pacific and Caribbean. Harper Collins pub- lishers, 77-85 Fulham Palace Road, London W6 8JB, UK. ISBN 0-00-219974-2.
FishBase 2000. CD ROM. c/o ICLARM, MCPO Box 2631, 0718 Makati City, Philippines. (This data- base can also be consulted on the Internet at the following URL: http://www.fishbase.org).
Hodgson, G and D. Ochavillo. 2006. MAQTRAC Marine Aquarium Trade Coral Reef Monitoring Protocol Field Manual. Reef Check Foundation. Pacific Palisades, California USA. 39 pp.
Idris. S. Timotius,. M. Syahrir. 2010. Pengelolaan dan Praktik Bijak dari Pengeloaan Perikanan Ikan hias Terumbu karang di Kepulauan Seribu. Pembelajaran Pengeloaan Terumbu Karang Di Kepulauan Seribu 2002-2009. Yayasan Terumbu Karang Indonesia (TERANGI). Jakarta
ISBN 0-8248-1895-
John E. Randall, Gerald R. Allen and Roger C. 4 (1997). Steene. Fishes of the Great Barrier Reef and Coral Sea. University of Hawaii Press, 2840 Kolowalu Street, Honolulu, Hawaii 96822.
Kuiter, R.H. and H. Debelius. 1997. Southeast Asia tropical fish guide. IKAN-Unterwasserarchiv. Frankfurt.
Kuiter, R.H. and T. Tonozuka. 2004. Pictorial Guide To Indonesian Reef Fishes. PT. Dive and Dive’s. Denpasar. Bali
Letourneur,Y., M. Kulbicki, and P. Labrosse. (1998). Length-Weight Relationship of Fishes from Coral Reefs and Lagoons of New Caledonia An Update. NAGA, the ICLARM quarterly (21)4: 39-46
Lieske, Ewald dan Robert Myers. 1994. Reef Fishes Of The World. Reprinted 1997. Periplus Edition. Singapore. 400 h.
Ludwig, J.A. & J. F. Reynolds. 1998. Statistical Ecology : A Primer Methods And Computing. John Wiley & Sons, New York : xvii + 337 hlm.
Munro, J.L & Pauly, D. 1983. A Simple Method For Comparing The Growh Of Fishes And Invertebrates. Fishbyte. 1(1):5-6
Munro, J.L. 1982. Estimation Of The Parameters Of The Von Bertalanffy Growth Equation From Recapture Data At Variable Time Intervals. J.Cons. CIEM, 40: 199-200.
Patrick L. Colin and Charles Arneson. (1995). Tropical Pacific Invertebrates.  Coral Reef Press, 270 North Canon Drive, Suite 1524, Beverly Hills, California 90210, USA. ISBN 0-9645625-0-2
Robert F. Myers. (1999). Micronesian Reef Fishes. Coral Graphics, P.O. Box 21153, Guam Main Facility, Barrigada,Territory of Guam 96921, USA. ISBN 0-3621564-5-0
TERANGI, 2004. Activity Report : Marine Ornamental Certification In Panggang Island, Seribu Islands. Yayasan terumbu karang indonesia, jakarta : 31 pp.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  MENGENAL IKAN SCORPION Mengingat permintaan ikan hias dari tahun ketahun terus meningkat, maka Ikan  Skorpion Volitan (Pterois ...