Budi daya ikan nila tergolong tidak sulit, ikan ini
potensi adaptasi lingkungan dengan baik juga mempunyai kemampuan reproduksi
cukup tinggi. Ikan nila berumur 2 sampai 3 bulan sudah mampu menghasilkan telur
setiap bulan satu kali. Sifat ikan nila yang cepat sekali berkembang biak
menyebabkan pertumbuhan ikan nila tidak bias rata. Ketika panen ukuran ikan
nila ada yang besar, ukuran sedang ada juga yang masih kecil.
I.
BIOLOGI IKAN NILA
Klasifikasi ikan nila :
Philum
|
: Chordata
|
Subphilum
|
: Vertebrata
|
Kelas
|
: Pisces
|
Sub kelas
|
: Acanthopterigii
|
Suku
|
: Cichlidae
|
Marga
|
: Oreochromis
|
Species
|
: Oreochromis niloticus
|
Perbedaan jantan dan betina
Jantan
|
Betina
|
Warna tubuh cerah dan memiliki satu buah lubang kelamin
yang bentuknya memanjang dan berfungsi sebagai tempat keluarnya sperma dan
air seni. Warna sirip memerah terutama pada saat matang kelamin.
|
Warna tubuh agak pucat dan memiliki dua buah lubang
kelamin. Lubang pertama berada dekat anus, bentuknya seperti bulan sabit dan berfungsi
sebagai tempat keluarnya telur. Luabgn kedua berada dibelakangnya berfungsi
sebagai tempat keluarnya air seni.
|
II.
PEMBENIHAN
Kondisioning
Kondisioning induk dimaksudkan untuk menjaga kualitas
induk betina baik dari segi bobot tubuh, fekunditas dan kualitas telur yang
dihasilkan. Sebab selama masa pemijahan sebagian besar waktu dan kesempatan
yang dimilki oleh induk betina hanya untuk kawin dan mengerami telur di dalam
mulut, sedangkan waktu untuk mengkonsumsi pakan kurang sehingga hanya induk
jantan yang bertambah bobot tubuhnya. Untuk seekor induk betina dengan bobot
tubuh antara 300 – 450 gram bisa menghasilkan telur antara 1.000 – 2.000 butir
(SNI 01-6138-1999 dalam Anonimous 2005).
Kondisioning induk dilakukan pada tahap pemijahan, yaitu
dilakukan dalam kolam pemijahan, adapun prosedur yang dilakukan sebagai
berikut:
Kolam pemijahan disekat dengan menggunakan hapa hijau
selebar kurang lebih 2 meter dari arah inlet, seperti yang terlihat dalam
gambar.
Sepanjang hapa penyekat dibuat tanggul kecil dari tanah
dan diberi pintu selebar kurang lebih 30 cm.
Dasar kolam dimodifikasi membentuk kubangan, sehingga pada
saat mengeringkan air untuk panen larva masih ada air yang tersisa didalam
tempat kondisioning.
2 paket induk betina (600 ekor) dimasukkan dalam tempat
kondisioning, sedangkan 2 paket induk betina lainnya dikawinkan dengan 2 paket
induk jantan (200 ekor) dengan cara pemijahan missal.
Setiap 4 siklus panen larva (2 bulan), dilakukan
pergantian induk betina dengan induk yang ada dalam tempat kondisioning. Induk
yang ada dalam masa kondisioning diberi pakan 5% dari biomasa, sedangkan induk
yang ada dalam masa pemijahan diberi pakan 2% dari biomasa.
III.
PEMIJAHAN
Kegiatan pemijahan untuk menghasilkan larva dilakukan dengan cara pemijahan masal, yaitu
dengan menyatukan induk betina dan jantan dalam kolam pemijahan. Dalam satu
kolam pemijahan, induk yang dikawinkan sebanyak 1 paket (100 jantan dan 300
betina) dengan nisbah kelamin jantan : betina = 1:3.
Kualitas air media pemijahan dan penetasan telur:
Suhu
|
: 250C – 300C
|
Nilai pH
|
: 6,5 – 8,5
|
Kandungan oksigen terlarut
|
: minimal 5 mg/l
|
Ketinggian air
|
: 70 cm – 100 cm
|
Kecerahan sechi disk
|
: > 50 cm.
|
Prosedur kegiatan pemijahan sebagai berikut:
- Persiapan kolam meliputi pengeringan, perbaikan dan pengolahan dasar kolam.
- Pemijahan dilakukan di kolam seluas kurang lebih 500 m2. Konstruksi dasar kolam dibuat miring 2-5 % dan dilengkapi dengan kubangan tempat panen ukuran kurang lebih 2x1x0,5 m2.
- Tiap kolam pemijahan di isi 2 paket induk betina (600 ekor) dan 1 paket induk jantan (100 ekor).
- Setelah 4 siklus (2 bulan) masa panen larva, dilakukan pergantian induk betina dalam kolam pemijahan dengan yang ada di tempat kondisioning.
- Selama pemijahan diberi pakan buatan berupa pellet dengan dosis 2% dari bobot total induk ikan per hari dengan frekuensi pemberian 2 kali/hari.
- Setelah kurang lebih 14 hari (2 minggu), dilakukan pemanenan larva dengan cara mengeringkan kolam.
- Selanjutnya larva yang telah dipanen dipindahkan ke tahap pendederan.
- Pendederan dan pemberian pakan dan panen
Tahapan pendederan meliputi pendederan satu (PI),
pendederan dua (PII) dan pendederan tiga (PIII) dilakukan dan pemberian pakan
adalah sebagai berikut:
IV.
PENDEDERAN
Setelah kolam pendederan siap, dilakukan penebaran larva
dengan padat tebar 75-100 ekor/m2. Pemeliharaan berlangsung kurang lebih 21
hari. Masa pendederan melalui 4 tahap, yaitu pendederan I untuk menghasilkan
benih ukuran 1-3 cm.
- Pendederan II (PDTR = 50-70) untuk menghasilkan benih ukuran 3-5 cm.
- Pendederan III (PDTR = 15-20) untuk menghasilkan benih ukuran 5-8 cm.
- Pendederan IV (PDTR = 5-10) untuk menghasilkan benih ukuran 8-12 cm.
V.
PEMBERIAN PAKAN
- Pendederan I
- Pendederan II
Kandungan protein Min 30%, pakan berbentuk remahan
(digiling kasar atau diameter 1 mm), dosis pakan 10% dari berat badan biomas
ikan, frekuensi 3 kali sehari.
- Pendederan III
Kandungan protein Min 30%, pakan berbentuk remahan
(digiling kasar atau diameter 1mm), dosis pakan 5% dari berat biomas ikan,
frekuensi 3 kali sehari.
VI.
PANEN
Panen dilakukan pada pagi hari, dengan cara menurunkan
permukaan air kolam. Bila air mulai surut dan benih berkumpul didepan pintu
monik (outlet), maka dilakukan panen dengan cara menyerok menggunakan waring
dan seser. Benih ditampung dalam jarring/kerangkeng, kemudian disortir dalam
berbagai ukuran dan dihitung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar