Senin, 27 Februari 2017

PEMBENIHAN IKAN NILA MERAH




          Dalam klasifikasi biologi, nila merah termasuk Ordo Perchomorphi, Famili Cichlidae, dan genus Oreochromis Ikan nila merah hidup di perairan yang tidak begitu dalam dengan arus air yang tidak begitu deras. Di danau – danau atau sungai – sungai ikan nila merah lebih suka menempati daerah tepi yang dangkal. Nila merah dapat menyesuaikan diri terhadap perairan yang kadar garamnya tinggi. Meskipun tidak dapat berkembang biak, nila merah dapat tumbuh dengan baik pada perairan yang kadar garamnya 35%o , tetapi kadar garam yang ideal untuk ikan nila merah berkisar antara 0–10%o. Ikan nila merah termasuk golongan pemakan segala (Omnivora). Cara makan ikan nila merah adalah dengan cara mengais menggunakan ujung mulutnya. Di kolam – kolam atau di perairan umum nila merah seringkali mengais – ngais makanan di tepi yang agak dangkal. Makanan yang ditemukan dicicipi terlebih dahulu kemudian baru ditelan setelah dirasakan sesuai dengan kesukaan.
KARAKTERISTIK SPESIFIK
  • Memiliki garis – garis warna ke arah vertical pada badan dan ekor serta sirip punggung dan sirip dubur.
  • Warnanya kemerah – merahan atau kekuning – kuningan atau keputih – putihan. 
  • Tubuhnya memanjang dan ramping.
  • Sisik berbentuk stenoid berukuran besar dan kasar. Jumlah sisik pada gurat sisi 34 buah.
  • Sirip punggung dan sirip perut mempunyai jari – jari lemah dan keras yang tajam seperti duri.
SISTEM PEMBENIHAN
  • Pematangan Gonad Induk
Induk nila merah dimatangkan gonadnya dalam bak semen berukuran (10 x 5 x 1 m3) dengan ketinggian air 0,8 m dan kepadatan 2 - 3 ekor/m3. Bak dilengkapi dengan aerasi dari blower sebanyak 10 titik per bak dengan kadar oksigen minimal mencapai 5 ppm. Bak diberi atap dengan tujuan untuk mengurangi sinar matahari yang masuk sehingga dapat menekan laju tumbuh plankton.
Pergantian air dilakukan sebanyak 20% tiap dua hari. Pemeliharaan induk untuk pematangan gonad dilakukan secara terpisah antara jantan dan betina. Pakan yang diberikan berupa pellet komersial untuk induk dengan kadar protein minimal 30% sebanyak 3% dari total biomassa dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore.
  • Seleksi Induk
Pengambilan induk yang matang gonad dilakukan setelah pemeliharaan selam 15 hari dengan cara menyeleksi. Induk betina diseleksi berdasarkan bentuk perutnya, yakni bagian perut kelihatan buncit, lembut bila diraba dan beratnya mini- mal 400 g/ekor. Sedangkan induk jantan diseleksi berdasarkan ukuran berat dan kondisi induk.
  • Pemijahan
Pemijahan ikan nila dilakukan secara alami dengan mencampurkan induk jantan dan betina hasil seleksi ke dalam bak semen (ukuran 10 x 5 x 1 m), bak yang digunakan adalah bak yang tidak diberi atap dengan tujuan untuk mempercepat pertumbuhan plankton sebagai sumber pakan alami bagi larva setelah menetas. Perbandingan induk jantan dan betina dalam pemijahan adalah 1 : 3. Bak pemijahan juga dilengkapi dengan aerasi sebanyak 10 titik. Lama pemijahan 15 hari dan panen larva dilakukan setelah hari ke 15. Selama pemijahan induk diberi pakan pellet induk sebanyak 1% dari biomassa dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari.
  • Panen Larva
Pemanenan larva dilakukan dengan cara mengurangi air bak hingga ketinggian 20 cm. Induk ditangkap terlebih dahulu dengan jaring induk (mesh size >0,5 inchi) dan  dipisahkan antara jantan dan betina untuk dimatangkan gonadnya kembali. Larva nila merah yang baru menetas mempunyai panjang 2 mm dengan berat rata-rata 0,02 mg/ekor. Penangkapan larva dilakukan dengan jaring larva (mesh size < 1 mm) sampai habis dan dihitung untuk mencari jumlah total larva yang dihasilkan dan selanjutnya dimasukkan dalam bak pendederan.
  • Pendederan
Pendederan larva dilakukan dalam bak semen dengan ukuran   (6 x 2 x 1 m3) dengan ketinggian air 0,8 cm. Lama pemeliharaan 30 hari dan diberikan pakan pellet komersial dengan kadar protein minimal 28% dengan cara menambah ukuran pellet setiap tahapan ukuran larva.
Pakan tepung untuk pemeliharaan larva pada minggu pertama, pakan crumble 1 (butiran) untuk minggu ke 2 dan crumble 3 untuk minggu ke 3 dan 4. Jadi pemberian pakan dilakukan dengan variasi 100% dari total biomassa pada minggu pertama, 75% pada minggu ke 2 dan 30% pada minggu ke 3 dan 4, frekuensi pemberian pakan sebanyak 4 kali sehari.
  • Panen Benih
Sebelum dilakukan pemanenan, benih tidak diberikann pakan selama satu hari. Pemanenan dilakukan dengan cara menjaring benih dalam bak dan selanjutnya panen total dengan cara mengeringkan bak.
Benih hasil panen diseleksi berdasarkan ukuran pasaran yaitu 1 - 3 cm, 3 - 5 cm dan 5-8 cm. Untuk mengurangi stress seleksi benih dilakukan menggunakan alat bantu berupa ember atau keranjang berlubang (grader). Lubang dengan diamtere 4 mm untuk benih 3 - 5 cm dan 8 mm untuk ukuran 5 - 8 cm.

Senin, 13 Februari 2017

TEKNIK PEMBENIHAN UDANG GALAH


Udang galah (Macrobrachium rosenbergii de man) merupakan salah satu komoditas yang bernilai ekonomis tinggi baik untuk konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Permintaan pasarnyapun semakin meningkat, sedangkan penangkapan udang galah di alam semakin sulit, sehingga perlu dikembangankan usaha pembudidayaaanya.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan benih dalam jumlah yang cukup dan kontinyuitas serta berkualitas yang baik, salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan melakukan pembenihan.

A.    BIOLOGI

Udang galah termasuk famili Palamonidae dengan species Macrobrachium rosenbergii. Badan udang terdiri atas 3 bagian : Kepala dan dada (cephalotorax), badan (abdomen) serta ekor (uropoda). Cephalotorax dibungkus oleh kulit keras, dibagian depan kepala terdapat tonjolan kerapas yang bergerigi disebut rostum pada bagian atas sebanyak 11 s.d 13 buah dan bagian bawah 8 s.d 14 buah. Pada udang jantan pasangan kaki jalan kedua tumbuh panjang dan cukup besar dapat mencapai 1,5 kali panjang badan, sedangkan pada betina relatip kecil.
Udang galah hidup pada dua habitat, pada stadia larva hidup di air payau dan kembali ke air tawar pada stadia juwana hingga dewasa. Pada stadia larva perubahan metamorfose terjadi sebanyak 11 kali dan berlangsung selama 30 s.d 35 hari. Udang galah bersifat omnivora, cendrung aktif pada malam hari.

B.    PEMBENIHAN

1.   Seleksi Induk

Beberapa persyaratan induk :
Ø  Ukuran induk bertina diatas 40 gram dan jantan diatas 50 gram.
Ø  Jumlah telur cukup banyak.
Ø  Badan bersih, baik dari kotoran maupun organisme yang bersifat parasit.
Ø  Umur induk antara 8 s.d 20 bulan
Ø  Memilih induk yang sudah matang telur untuk yang kedua kali dan saterusnya.
Ø  Berasal dari udang yang pertumbuhanya cepat. 

2.   Pemeliharaan Induk

Induk dipelihara di kolam dengan kepadatan 4 ekor/m2, diberi pakan berupa pellet dengan kandungan protein 30 % sebanyak 5 % dari berat tubuh. Pada pemeliharaan induk ini, induk jantan dan betina sebaiknya dipelihara secara terpisah, baik di kolam maupun di bak beton dilengkapi dengan pintu  pemasukan dan pengeluaran dengan kedalaman 80 s.d 100 cm.

3.   Pemijahan

Udang galah memijah sepanjang tahun, biasanya terjadi pada malam hari. Udang galah yang siap pijah dapat dilihat dari gonadnya dengan warna merah orange yang menyebar keseluruh bagian gonad sampai cephalatorax
Sebelum terjadi pemijahan udang betina terlebih dahulu berganti kulit (premating moult). Pada kondisi ini udang lemah, setelah pulih kembali terjadilah pemijahan. Pemijahan dapat dilakukan di kolam tanah, akuarium, bak beton atau fiberglass dengan padat tebar 4 ekor/m2. Perbandingan induk jantan dan betina 1 : 3. Selama proses pemijahan induk diberi pakan pellet dengan kandungan protein 30 % sebanyak 5 % per hari dari berat biomass dengan frekuensi pemberian pakan 4 kali sehari, lama pemijahan 21 hari.

4.   Penetasan Telur

Setelah dilakukan pemijahan selam 21 hari, induk dipilih yang matang telur dengan warna telur abu-abu. Induk tersebut diberi perlakuan dengan larutan Malachite Green sebanyak 1,5 mg/liter, dengan cara perendaman selama 25 menit.
Bak penetasan yang digunakan berukuan (1 x 1 x 0,5)m3 dengan media air payau bersalinitas 3 s.d 5 ppt, padat penebaran induk 25 ekor per bak. Selama penetasan telur, induk  diberi makanan berupa ketela rambat, singkong atau kentang dipotong-potong kecil. Hal ini untuk menghindari dampak negatif kualitas air. Pada suhu 280  C s.d 300 C telur akan menetas dalam waktu 6 s.d 12 jam.

5.   Pemeliharaan Larva

Pemeliharaan larva udang galah dilakukan pada bak bulat (conicle tank dari fiberglass). Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan tersebut antara lain kualitas air dan pemberian pakan. Ukuran pakan harus disesuaikan dengan bukaan mlut larva. Pada hari ketiga setelah menetas diberi pakan nauplii “artemia” dengan frekuensi 3 jam sekali. Pada hari kesebelas diberi pakan buatan smpai menjadi post larva dengan frekuensi pemberian pakan 3 jam sekali.
Pergantian air dilakukan setiap hari sebanyak 25 % s.d 50 %, sebelumnya kotoran dibersihkan dengan cara disipon. Salintas media pemeliharaan larva dipertahankan 10 s.d 12 ppt. Setelah menjadi juwana salinitas media diturunkan secara bertahap menjadi 0 ppt kemudian juwana siap dipasakan atau ditebar ke kolam untuk disebarkan sampai ukuran konsumsi.                   

6.   Penyakit

Penyakit merupakan salah satu faktor pembatas keberhasilan pembenihan udang galah. Penyakit yang biasa timbul adalah penyakit bakterial yang berasal dari air laut yaitu Vibrio sp. Dengan ditandai semacam stress, fluorisensi pada larva yang mati dan terjadi kematian massal dalam waktu yang singkat.
Untuk mencegah terjadinya serangan bakterial perlu adanya “Chlorinisasi” media dan pengeringan fasilitas selama 7 hari. Jika sudah terserang, pengobatannya menggunakan antibiotik dengan dosis 11 s.d 13 ppm, dengan cara perendaman selama 3 hari.

Rabu, 08 Februari 2017

PAKAN BUATAN DAN CARA PEMBUATANNYA


Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan pertimbangan kebutuhannya. Pembuatan pakan sebaiknya didasarkan pada pertimbangan kebutuhan nutrisi ikan, kualitas bahan baku, dan nilai ekonomis. Dengan pertimbangan yang baik, dapat dihasilkan pkan buatan yang disukai ikan, tidak mudah hancur dalam air, aman bagi ikan.
Walaupun pakan alami dan pakan tambahan tersedia bagi benih sejak awal masa pemeliharaan, tetapi untuk periode peme­liharaan berikutnya ikan membutuhkan pakan yang lebih baik dan jumlahnya lebih banyak guna mengimbangi masa - masa per­tumbuhannya. Pakan buatan itu mengandung semua nutrien, yaitu energi, protein, lemak, karbohidrat, mineral, maupun vitamin secara lengkap dalam jumlah yang tepat dan harus disesuaikan dengan cara dan kebiasaan makan dari masing - masing jenis ikan serta ukuran ikan. Bentuk pakan buatan yang bisa dibuat dan diberikan untuk ikan bias adalah sebagai berikut.
1.     Emulsi
Pakan dalam bentuk larutan emulsi dibuat khusus bagi anak - ­anak ikan berumur 3 - 2O hari. Pakan jenis ini sebaiknya diberikan langsung sesaat setelah jadi, jika akan diberikan kemudian tidak boleh lebib dan 10 jam. Oleh karena itu, pakan ini sebaiknya dibuat Se­tiap kali akan diberikan.
Cara membuat:
Sediakan sebutir telur itik yang hanya diambil kuning telurnya saja kemudian larutkan ke dalam air 200 cc, tambabkan 40 g tepung kedelai balus, 5 g tepung sagu, dan 1 g vitamin.
Campuran dan 4 bahan tadi diaduk hingga larut merata, lalu dipanaskan sambil tetap diaduk - aduk sampai terbentuk cairan kental seperti lem yang encer atau emulsi.
Dinginkan dulu selama 5 - 10 menit sebelum diberikan kepada benih ikan. Pakan dalam bentuk emulsi (1 resep) cukup untuk benih sebanyak 1.000 - 1.500 ekor yang beratnya masing-masing 1 g. Frekuensi pemberian adalah 3 - 5 kali sehari dengan cara disemprotkan merata di atas permukaan air.
2.     Lembaran (wafer)
Pakan berbentuk lembaran atau wafer dibuat dan sebutin kuning telur ayam, 20 g tepung terigu halus, dan 100 cc air.
Cara membuat:
Kuning telun dikocok dengan air lalu ditambabkan tepung terigu kemudian dikocok lagi sampai betul - betul merata.
Campuran itu dipanaskan di atas api sambil diaduk-aduk sam­pai terbentuk cairan kental atau menjadi emulsi.
Sediakan lempengan aluminium (loyang) dan oleskan emulsi seti­pis mungkin di atas permukaan loyang lalu segera panaskan di atas uap air sampai mengering. Dengan demikian, akan terben­tuk lembaran dan mengelupas sendiri. Lembaran - lembaran kering (wafer) dikumpulkan dengan cara mengeroknya. Dalam keadaan begitu mudah sekali pecah menjadi kepingan - kepingan kecil.
Pemberian jumlah ransum sebaiknya didasarkan pada penga­laman pemberian pakan sebelumnya sehingga diperoleh porsi yang tepat tidak kurang ataupun kelebihan. Sebagai pedoman, jumlah ransum harian adalah tidak lebih 1% dari berat total populasi yang diberikan 2 - 3 kali sehari. Sisa-sisa pakan harus segera dibuang agar tidak mengganggu keseimbangan alamiah dalam wadah pemeliharaan.
3.     Roti Kukus
Roti kukus merupakan pakan buatan yang baik bagi benih karena komposisi gizinya relatif lengkap yaitu mengandung protein, lemak, karbohidrat, beberapa macam vitamin, dan antibiotik.  Bahan terdiri dari satu butir telur bebek, tepung ikan, tepung te­rigu, dan tepung susu. Bahan tambahan berupa vitamin B dan C, vitamin AD - plex serta antibiotik tetrasiklin.
Cara membuat:
Telur bebek diambil putih maupun kuningnya kemudian diko­cok sempurna sampai menimbulkan buih. Berturut - turut cam­purkan tepung ikan, tepung terigu, dan tepung susu sedikit demi sedikit. Sambil diaduk, tuangkan air secara bertahap.
Campuran yang telah menjadi adonan dikukus selama 30 - 45 menit. Kini adonan telah masak dan menjadi roti. Sementara roti didinginkan, dibuat campuran kedua antara vitamin B dan C yang berbentuk tablet digerus halus, tambahkan antibiotik (tetrasiklin) lalu teteskan vitamin AD-plex beserta kals idol, di­aduk sampai betul-betul merata.
Roti yang sudah dingin dipisah - pisahkan menjadi bagian - bagian kecil, dan masing - masing bagian roti yang kecil diolesi campuran vi­tamin dan antibiotik tadi. Penggunaan roti kukus sebagai pakan anak ikan, terlebih dulu harus dijadikan suspensi. Roti dilarutkan dalam air dengan menggunakan saringan halus, baru cairan hasil saringannya diberikan kepada benih yang sedang dipelihara.
4.     Tepung dan remah

Pakan bentuk tepung terdiri dan berbagai ukuran sesuai de­ngan keperluannya. Benih ikan umur 20 - 40 hari diberi tepung halus, selanjutnya sampai umur 80 hari diberi tepung kasar, dan untuk anak ikan sampai umur 120 hari diberi tepung yang lebih kasar atau yang disebut remah. Bentuk tepung halus, kasar, mau­pun remah sebenarnya berasal dari pakan buatan berupa pelet. Untuk mendapatkan ketiga macam pakan tersebut, pelet kering di­giling menggunakan penggiling kopi kemudian diayak. Tepung halus bisa diperoleh dengan mengayak hancuran pelen hasil gilingan menggunakan ayakan bermata saningan 40 - 75 mikron atau 75 - 105 mikron, sedangkan tepung kasar dengan ayakan bermata saringan 105 mikron ke atas. Sisa pecahan pelet yang tidak bisa lolos pada kedua ayakan yang berbeda mata saringan itulah disebut remah.

Senin, 06 Februari 2017

BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN POLA TRADISIONAL PLUS





Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) atau sering disebut udang vaname adalah salah satu jenis udang introduksi yang belakangan ini banyak diminati untuk dibudidayakan karena potensinya yang sangat baik, memiliki keunggulan seperti tahan penyakit, pertumbuhannya cepat (masa pemeliharaan 100-110 hari), sintasan selama pemeliharaan tinggi dan nilai konversi pakan (FCR-nya) rendah (1:1,3). Namun dimikian pembudidaya udang yang modalnya terbatas masih menggangap bahwa udang vannamei hanya dapat dibudidayakan secara intensif. Anggapan tersebut ternyata tidalah sepenuhnya benar, karena hasil kajian menunjukan bahwa vannamei juga dapat diproduksi dengan pola tradisional. Bahkan dengan pola tradisional petambak dapat menghasilkan ukuran panen yang lebih besar sehingga harga per kilo gramnya menjadi lebih mahal.Teknologi yang tersedia saat ini masih untuk pola intensif dan semiintensif, pada hal luas areal pertambakan di indonesia yang mencapai sekitar 360.000 ha, 80% digarap oleh petambak yang kurang mampu. Informasi teknologi pola tradisional plus untuk budi daya udang vannamei sampai saat ini masih sangat terbatas. Diharapkan dengan adanya brosur ini dapat menambah wawasan pengguna dalam mengembangkanbudi daya udang vannamei pola tradisional plus.
PERSIAPAN TAMBAK
1.   Pengeringan/pengolahan tanah dasar
Air dalam tambak dibuang, ikan-ikan liar diberantas dengan saponin, genangaan air yang masih tersisa dibeberapa tempat harus di pompa keluar. Selanjutnya yambak dikeringkan sampai retak-retak kalau perlu di balik dangan cara ditraktor sehingga H²S menghilang karena teroksidasi. Pengeringan secara sempurna juga dapat membunuh bakteri patogen yang yang ada di pelataran tambak.
2.   Pemberantasan hama
Pemberantasan ikan-ikan dengan sapion 15-20ppm (7,5-10kg/ha) dengan tinggi air tembak 5cm
3.   Pengapungan dan pemupukan
Untuk menunjang berbaikan kualitas tanah dan air dilakukan pemberian kapur bakar (CaO), 1000 kg/ha, dan kapur pertanian sebanyak 320 kg/ha. selanjutnya masukkan air ketambak sehingga tambak menjadi macak-macak kemudian dilakukan pemupukan dengan pupuk urea (150 kg/ha), pupuk kandang (2000 kg/ha).
4.   Pengisian air
Pengisian air dilakukan setelah seluruh persiapan dasar tambak telah rampung dan air dimasukkan ke dalam tambak secara bertahap. Ketinggian air tersebut dibiarkan dalam tambak selama 2-3 minggu sampai kondisi air betul-betul siap ditebari benih udang. tinggi air di petak pembesaran diupayakan ≥1,0m.
 PENEBARAN

Penebaran benur udang vannamei dilakukan setelah plankton tumbuh baik (7-10 hari) sesudah pemupukan. Benur vanname yang digunakan adalah PL 10 – PL 12 berat awal 0,001g/ekor diperoleh dari hatchery yang telah mendapatkan rekomendasi bebas patogen, Spesific Pathogen Free (SPF). Kreteria benur vannamei yang baik adalah mencapai ukuran PL – 10 atau organ insangnya telah sempurna, seragam atau rata, tubuh benih dan usus terlihat jelas, berenang melawan arus.
Sebelum benuh di tebar terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi terhadap suhu dengan cara mengapungkan kantong yang berisi benuh ditambak dan menyiram dengan perlahan-lahan.
Sedangkan aklimatisasi terhadap salinitas dilakukan dengan membuka kantong dan diberi sedikit demi sedikit air tambak selama 15-20 menit. Selanjutnya kantong benur dimiringkan dan perlahan-lahan benur vannamei akan keluar dengan sendirinya. Penebaran benur vannamei dilakukan pada saat siang hari.
Padat penebaran untuk pola tradisional tanpa pakan tambahan dan hanya mengandalkan pupuk susulan 10% dari pupuk awal adalah 1-7 ekor/m². Sedangkan apabila menggunakan pakan tambahan pada bulan ke dua pemeliharaan, maka disarankan dengan padat tebar 8-10 ekor/m².
PEMELIHARAAN
Selama pemeliharaan, dilakukan monitoring kualitas air meliputi : suhu, salinitas, transparasi, pH dan kedalaman air dan oksigen setiap hari. Selain itu, juga dilakukan pemberian pemupukan urea dan TPS susulan setiap 1 minggu sebanyak 5-10% dari pupuk awal. (urea 150kg/ha) dan hasil fermentasi probiotik yang diberikan seminggu sekali guna menjaga kestabilan plangton dalam tambak. Pengapuran susulan dengan dolomit super dilakukan apabila pH berfluktuasi. Pakan diberikan pada hari ke-70 dimana pada saat itu dukungan pakan alami (plangton) sudah berkurang atau pertumbuhan udang mulai lambat. Dosis pakan yang di berikan 5-2% dari biomassa udang dengan frekuensi pemberian 3kali /hari yakni 30% pada jam 7.00 dan 16.00 serta 40% pada jam 22.00.Pergantian air yang pertama kali dilakukan setelah udang berumur >60 hari dengan volume pergantian 10% dari volume total, sedangkan pada bukan berikutnya hingga panen, volume pergantian air ditingkatkan mencapai 15-20% pada setiap periode pasang. Sebelum umur pemeliharaan mencapai 60 hari hanya dilakukan penambahan air sebanyak yang hilang akibat penguapan atau rembesan. Kualitas air yang layak untuk pembesaran vannamei adalah salinitas optimal 10-25 ppt (toleransi 50 ppt), suhu 28-31°C, oksigen >4ppm.
PANEN

Panen harus mempertimbangkan aspek harga, pertumbuhan dan kesehatan udang. Panen dilakukan setelah umur pemeliharaan 100-110 hari. Perlakukan sebelum panen adalah pemberian kapur dolomit sebanyak 80 kg/ha (tinggi air tambak 1m), dan mempertahankan ketinggian air (tidak ada pergantian air) selama 2-4 hari yang bertujuan agar udang tidak mengalami molting (ganti kulit) pada saat panen. Selain itu disiapkan peralatan panen berupa keranjang panen, jaring yang dipasang di puntu air, jala lempar, stiroform, ember, baskom, dan lampu penerangan dilakukan dengan menurunkan volume air secara gravitasi dan di bantu pengeringan dengan pompa.
Bersamaan dengan aktifitas tersebut juga dilakukan penangkapan udang dengan jala. Sebaiknya panen dilakukan pada malam hari yang bertujuan untuk mengurangi resiko kerusakan mutu udang, karena udang hasil panen sangat peka terhadap sinar matahari. Udang hasil tangkapan juga harus di cuci kemudian direndam es, selanjutnya dibawa ke cold storage. Dengan pola tradisional plus produksi udang vannamei 835-1050 kg/ha/musim tanam dengan sintasan 60-96%, ukuran panen antara 55-65 ekor/kg.

  MENGENAL IKAN SCORPION Mengingat permintaan ikan hias dari tahun ketahun terus meningkat, maka Ikan  Skorpion Volitan (Pterois ...