Teknik budidaya ikan secara intensif telah berkembang dengan pesat di
masyarakat antara lain budidaya ikan dalam keramba jaring apung di waduk. Padat
penebaran yang tinggi dan pemberian pakan secara intensif merupakan ciri dari
budidaya ini. Masalah yang dapat terjadi akibat kegiatan ini adalah penurunan kualitas perairan dan kurang
terjaminnya kelestarian dari usaha yang dilakukan. Hal ini antara lain terjadi
apabila pemberian pakan yang dilakukan kurang tepat baik kualitas maupun
kuantitasnya.
Dalam budidaya ikan,
pakan mempunyai peranan yang sangat penting. Pakan yang diberikan akan
dimetabolisme untuk memperoleh energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
aktivitas hidup ikan. Kualitas dan kuantitas pakan akan mempengaruhi sisa
metabolisme, pakan yang tidak
dicerna akan dikeluarkan dalam bentuk feses sedangkan pakan yang dicerna akan
dimetabolisme. Sisa metabolisme ini akan dikeluarkan ikan melalui insang dan
ginjal dalam bentuk ammonia, urine dan bahan buangan lainnya. Sisa pakan yang
tidak termakan yang baik jumlah maupun caranya akan menumpuk di dasar perairan.
Pembusukan bahan organik di dasar perairan baik yang berasal dari hail
metabolisme organisme maupun penguraian bahan organik menyebabkan tercemarnya
lingkungan perairan. Sampai batas tertentu, secara alami perairan maupun
menanggulangi pengaruh kontaminan tersebut tetapi bila daya dukungnya terlewati
maka akan mengakibatkan perairan tercemar. Selain itu, akan dihasilkan gas
beracun yang mengakibatkan kehidupan ikan terganggu bahkan dapat mengakibatkan
kematian secara massal.
Kualitas Pakan
Pakan
yang baik untuk pembesaran ikan dalam keramba jaring apung adalah bentuk pellet
yang tidak mudah hancur, tidak cepat tenggelam serta mempunyai aroma yang
merangsang nafsu makan ikan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melilih
pakan yaitu kandungan gizi pakan, sifat fisik, warna, dan aromanya. Berdasarkan
hasil penelitian, kadar protein 26-28% dan kadar lemak 6-8% cukup baik untuk
pembesaran ikan mas, nila dan gurame.
Sifat fisik pakan antara lain yaitu
permukaan pellet halus dan licin serta bagian yang hancur (debu) dalam kemasan
kurang dari 5%. Warna pellet tidak peputih-putihan (berjamur) dan tidak berbau
tengik atau apek yang menandakan pellet telah disimpan lama atau dibuat dari
bahan yang kurang baik kualitasnya. Pakan harus disimpan dalam tempat yang
kering, tertutup dan lamanya penyimpanan tidak lebih dari 6 minggu.
Kuantitas Pakan
Jumlah pakan yang diberikan
harus dapat dikonsumsi ikan secara utuh (keseluruhan) karena dapat mengurangi
pencemaran perairan dan kepastian ikan memperoleh pakan sesuai dengan
kebutuhannya pada setiap satu kali pemberian. Pemberian pakan harus
memperhatikan agar pakan tidak lolos ke luar keramba, diberikan sedikit demi
sedikit merata di permukaan air dengan luasan yang cukup. Selain itu, apabila
suhu air relatif rendah, oksigen rendah, kesehatan terganggu atau ikan
mengalami stres maka nafsu makan atau konsumsi pakan akan menurun.
Pengaruh Penggunaan Pakan Pada Lingkungan
Hasil buangan
metabolisme pada ikan maupun penguraian sisa pakan akan meningkatkan
konsentrasi nitrogen (N) dan fosfor (dalam bentuk fosfat) yang ada dalam
perairan yang nilainya ditentukan oleh jumlah pakan yang masuk ke dalam
perairan tersebut. Meningkatnya N dan P di perairan tenang akan merangsang
terjadinya kelimpahan plankton. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya
persaingan antara ikan dan plankton dalam memperoleh oksigen di perairan
menjadi rendah dan keadaan ini membahayakan ikan.
Nitrogen yang dibuang ikan
ke perairan, 60-90% dalam bentuk ammonia yang sangat toksik dan berbahaya bagi
ikan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan secara massal terutama pada saat
terjadi pembalikan air (umbalan). Kadar oksigen yang rendah dalam air akan
mengakibatkan daya racun ammonia meningkat. Pada budidaya ikan konsentrasi
ammonia bergantung pada kepadatan populasi, metabolisme ikan, pergantian air
dan suhu.
Fosfor
dan kalsium dibutuhkan ikan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan
mineral penting lainnya baik untuk keperluan metabolisme maupun pertumbuhannya.
Setiap jenis ikan memiliki kemampuan cerna fosfor yang berbeda dan ditentukan
pula oleh sumber fosfor yang dikonsumsi. Penyerapan fosfor pada ikan yang
berlambung lebih baik dibandingkan dengan ikan yang tidak berlambung seperti
ikan mas. Fosfor merupakan salah satu mineral penting dalam mengatur
produktivitas atau kesuburan perairan.
Sebagian besar fosfor yang dibutuhkan ikan
berasal dari pakan yang diberikan. Demikian pula, kadar ammonia yang dibuang ikan
ke perairan dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan. Usaha budidaya dapat
lestari apabila kualitas pakan, jumlah, frekuensi dan cara pemberiannya serta
penentuan jumlah keramba sesuai daya dukung perairan diperhatikan.
Sumber : Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar