I. PENDAHULUAN
Seperti
halnya udang dan ikan, rumput laut juga dapat terserang hama dan penyakit. Hama
tanaman budidaya rumput laut umumnya merupakan organisme laut yang memangsa
tanaman rumput laut.Hama dapat menimbulkan kerusakan secara fisik pada tanaman
budidaya, seperti tanaman terkelupas, patah atau habis dimakan.
Penyakit rumput laut dapat
didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsi atau terjadinya perubahan anatomi
atau struktur yang normal, seperti terjadinya perubahan dalam laju pertumbuhan,
warna dan bentuk. Yang pada akhirnya berpengaruh pada tingkat produktivitas hasil. terjadinya
penyakit umumnya disebabkan oleh interaksi antara faktor lingkungan (suhu,
kecerahan, salinitas dan lain-lain) dengan jasad patogen. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa timbulnya penyakit dimulai dari adanya penurunan/perubahan
lingkungan.
Dengan semakin berkembangnya usaha
budidaya rumput laut di Indonesia segala permasalahan dan hambatan mungkin
terjadi terutama terhadap kemungkinan serangan hama dan penyakit pada tanaman
rumput laut juga perlu diperhatikan.oleh karena itu perlu diketahui jenis hama
dan penyakit yang menyerang rumput laut serta berapa besar pengaruhnya terhadap
produksi, sehingga dapat diambil langkah-langkah penaggulangannya atau paling
tidak dapat memperkecil kerugian. Data mengenai dampak panyakit terhadap
produksi budidaya rumput laut masih
sangat terbatas. Walaupun demikian hal ini sudah cukup digunakan sebagai bukti
awal dalam mendefinisikan konsep tentang penyakit pada tanaman rumput laut.
II. DISKRIPSI RUMPUT LAUT
A. TAKSONOMI
Taksonomi dari Euchema cottoni Lin dapat dikalsifikasikan sebagai berikut :
Phylum
: Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Sub
Kelas : Florideophycidae
Ordo :
Gigartinales
Famili :
Soliericeae
Genus : Euchema
Spesies : Euchema cottoni Lin (Kappapphycus
alvarezii)
B. MORFOLOGI
Rumput
laut adalah ganggang yang berukuran besar atau macro algae yang merupakan
tanaman tingkat rendah dan termasuk kedalam divisio thallophyta. Morfologi
tanaman ini hanya terdiri dari thallus, tidak mempunyai akar, batang dan daun
sejati. Fungsi dari ketiga tersebut digantikan oleh thallus.
Euchema
cottoni Lin mempunyai morfologi thallus yang tegak lurus, silendris dengan dua
sisi yang tidak sama lebarnya. Terdapat tonjolan-tonjolan (nodule) dan duri
(spine), thallus terbentuk silendris atau pipih, bercabang-cabang tidak
teratur, warna hijau kemerahan bila hidup dan bila kering berwarna kuning
kecoklatan.
C.
DAERAH PENYEBARANNYA
Rumput
laut pertama kali ditemukan hidup bukan secara almi bukan hasil budidaya dan
hidup tersebar di perairan sesuai lingkungan yang dibutuhkannya. Daerah
penyebaran rumput laut secara alami dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel
2. Daerah Penyebaran Rumput Laut Secara Potensial
JENIS
|
LOKASI
|
PRODOPHYCEAE
1. Acanthopora
Sp
|
Kep.Kangean, Lombok, Sumut, Kep. Seribu, Bawean
|
2. Corralopsisi
minor
|
Bali
|
3. Euchema
cottoni
|
Bali, Maluku, Selat Alas.
|
4. Euchema
edule
|
Kep.Seribu, Bali, Jateng, Madura, Sumut, Riau,
Sulawesi, Maluku, Lombok.
|
5. Euchema
muricatum
|
Seram, P. Komodo, Bali, Sulawesi, Kep.Seribu.
|
6. Euchema
spinosum
|
Sumut, Riau, Sulawesi, Kep. Seribu, Maluku.
|
7. Euchema
stritum
|
Kepulauan Seribu.
|
8. Gelidiopsis
rigida
|
Lingga
|
9. Gelidium
Sp
|
Jawa, Ambon, Riau, Sumut, Bali,
NTT,NTB.
|
D. REPRODUKSI
1.
Reproduksi Generatif
Rumput laut
dapat berkembang secara generatif atau secara kawin. Pada peristiwa perbanyakan
secara generatif rumput laut yang diploid menghasilkan spora yang haploid spora
ini kemudian menjadi dua jenis rumput laut yaitu jantan dan betina yang
masing-masing haploid yang tidak mempunyai alat gerak. Selanjutnya rumput laut jantan akan
menghasilkan sperma dan betina menghasilkan sel telur. Apabila kondisi
lingkungan memenuhi syarat akan menghasilkan perkawinan dengan terbentuknya
zigot yang akan tumbuh menjadi tanaman rumput laut.
2. Reproduksi Vegetatif
Proses perbanyakan secara vegetatif
berlangsung tanpa melalui perkawinan, setiap bagian rumput laut yang dipotong
akan tumbuh menjadi rumput laut muda yang mempunyai sifat seperti induknya, atau perkembangbiakannya
bisa dilakukan dengan cara stek Dari cabang-cabang rumput laut dengan syarat
potongan rumput laut tersebut merupakan thallus yang muda, masih segar,
berwarna cerah, dan mempunyai percabangan yang banyak, tidak tercampur dengan
lumut dan kotoran serta bebas dari penyakit.
III. PENYAKIT YANG MENYERANG RUMPUT LAUT
JENIS BAKTERI
|
GEJALANYA
|
1. Penyakit Bakterial
|
ü Jamur banyak dijumpai
pada beberapa jenis rumput laut seperti pada jenis Thalassia dan Sar-gassum
sp. Jamur yang dijumpai adalah: Hydra thalassiae yaitu sejenis jamur
Ascomicetes.
ü Pada thalassia jamur ini
dapat menembus daun dari ujung bagian atas dan menyebabkan perubahan warna.
Pada Sargassum sp. Hydra thalassiae menyerang bagian gelembung udara yang
meyebabkan gelembung berwarna cokelat tua, lembek dan megkerut seperti
kismis. Oleh karena itu penyakit ini dinamakan “penyakit kismis”.
ü Jamur yang menyerang
Laminaria adalah : phycomelaina laminariae. Jamur ini meng- hasilkan getah
berupa getah bulatan-bulatan pada bagian tangkai mata dan meyebabkan
perubahan menjadi hitam pada stomata atau benang jamur, serta menyebar
seperti bisul. Ascocarp dan spermogonia tumbuh dibagian pseudostroma,
berwarna hitam dan berbentuk lingkaran atau oval pada tanaman.
|
JENIS BAKTERI
|
GEJALANYA
|
2. Penyakit
Jamur
|
ü Jamur banyak dijumpai
pada beberapa jenis rumput laut seperti pada jenis Thalassia dan Sargassum
sp. Jamur yang dijumpai adalah: Hydra thalassiae yaitu sejenis jamur
Ascomicetes.
ü Pada thalassia jamur ini
dapat menembus daun dari ujung bagian atas dan menyebabkan perubahan warna.
Pada Sargassum sp. Hydra thalassiae menyerang bagian gelembung udara yang
meyebabkan gelembung berwarna cokelat tua, lembek dan megkerut seperti
kismis. Oleh karena itu penyakit ini dinamakan “penyakit kismis”.
|
3. Penyakit
Ice-Ice
|
ü Ice-ice” adalah penyakit
yang banyak menyerang tanaman rumput laut jenis Euchema Sp yang ditandai
dengan timbulnya bintik putih/ bercak-bercak pada sebagian thallus yang lama
kelamaan kehilangan warna dan berangsur-angsur menjadi putih dan terputus.
Penyakit “ice-ice” timbul karena adanya mikroba yang menyerang tanaman rumput
laut yang lemah.
ü Gejala yang
diperlihatkan adalah tumbuhan yang lambat dan terjadinya perubahan warna
menjadi pucat atau berwarna tidak cerah, seluruh thallus pada beberapa cabang
menjadi putih dan membusuk. Euchema dapat terserang “ice-ice” : terutama
disebabkan karena adanya perubahan lingkungan seperti: arus, suhu dan
kecerahan dilokasi budidaya. Tingkat penyerangannya terjadi dalam waktu yang
cukup lama. Hal ini sesuai dengan pendapat Trono (1974). Bahwa penyebab
“ice-ice ini ” adalah perubahan lingkungan yang tidak sesuai untuk
pertumbuhan yang menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh rumput laut
tersebut. Sedangkan Uyenco et al (1981) mengatakan bahwa : kemungkinan penyebab
terjadinya penyakit “ice-ice ini karena adanya bakteri pathogen tertentu
terutama pada saat serangan penyakit pada tanaman rumput laut. Hal ini
menunjukkan bahwa sebenarnya timbulnya bakteri tersebut merupakan serangan
skunder. Kemungkinan efektifitas serangan serangan bakteri yang hanya terjadi
pada saat pertumbuhan tidak efektif.
|
JENIS BAKTERI
|
GEJALANYA
|
4. Penyakit White Spot
|
ü Penyakit white spote
terdapat pada jenis rumput laut Laminara Japonica di Cina. Seperti halnya
penyakit “ice-ice” gejala awal peyakit ini ditandai denga terjadinya
perubahan warna thallus dari cokelat kekuning-kuningan menjadi putih kemudian
menyebar dan pada akhirnya seluruh bagian tanaman membusuk dan rontok dari tali gantungan.
ü Penyakit “ice-ice dan
White spote biasanya terjadi pada bulan April atau Mei di daerah-daerah
dengan kecerahan perairan tinggi. Pada kondisi ini tingkat kelarutan unsur
nitrat
|
IV. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
PENYAKIT
|
PENCEGAHAN
DAN PENGOBATAN
|
Ice-Ice
|
Pencegahan
·
Pemilihan
lokasi yang tepat
Lokasi terlindung, suhu
20-28 oC, salinitas 23-34 ppt, kecerahan lebih dari 1,5 m dan
kecepatan arus 20-80 cm/detik.
· Pemilihan bibit yang
baik dengan tingkat pertumbuhan dan ketahanan penyakit yang tinggi.
· Penentuan teknologi yang
tepat dan cara penanaman yang berkaitan dengan jarak tanam serta musim yang
tepat.
· Pengambilan
sampel dan pengontrolan yang rutin.
·
Pencegahan
dengan bahan-bahan alami yaitu dengan menggunakan ekstrak daun sirih . Dengan
dosis 1 gram daun sirih dan 10 liter air Ini dilakukan dengan cara merebus
daun sirih kemudian diambil ekstraknya. Perlakuan ini dilakukan dengan jalan
merendam bibit rumput laut sebelum ditebar.
Pegobatan
Hingga saat ini pengobatan rumput
laut dengan menggunakan bahan kimia belum pernah dilakukan.
|
DAFTAR
PUSTAKA
Balai Budidaya Laut
Lampung, 2001. Teknologi Budidaya Rumput
Laut. Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta
Sulistijo, 1998.Perkembangan budidaya Rumput Laut di
Indonesia, dalam WS.Atmadja dkk.
Tahang
H. dan Syafei L.S, 2005. Buku
Seri Kesehatan Ikan “Rumput Laut Sehat Produksi
Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan
Perikanan, Bogor.
Tim Penulis PS, 1999. Budidaya, pegolahan dan PemasaranRumput Laut,
PT. Penebar Swadaya, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar