Senin, 02 Juli 2018

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA RUMPUT LAUT


I. PENDAHULUAN

          Seperti halnya udang dan ikan, rumput laut juga dapat terserang hama dan penyakit. Hama tanaman budidaya rumput laut umumnya merupakan organisme laut yang memangsa tanaman rumput laut.Hama dapat menimbulkan kerusakan secara fisik pada tanaman budidaya, seperti tanaman terkelupas, patah atau habis dimakan.
          Penyakit rumput laut dapat didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsi atau terjadinya perubahan anatomi atau struktur yang normal, seperti terjadinya perubahan dalam laju pertumbuhan, warna dan bentuk. Yang pada akhirnya berpengaruh  pada tingkat produktivitas hasil. terjadinya penyakit umumnya disebabkan oleh interaksi antara faktor lingkungan (suhu, kecerahan, salinitas dan lain-lain) dengan jasad patogen. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa timbulnya penyakit dimulai dari adanya penurunan/perubahan lingkungan.
          Dengan semakin berkembangnya usaha budidaya rumput laut di Indonesia segala permasalahan dan hambatan mungkin terjadi terutama terhadap kemungkinan serangan hama dan penyakit pada tanaman rumput laut juga perlu diperhatikan.oleh karena itu perlu diketahui jenis hama dan penyakit yang menyerang rumput laut serta berapa besar pengaruhnya terhadap produksi, sehingga dapat diambil langkah-langkah penaggulangannya atau paling tidak dapat memperkecil kerugian. Data mengenai dampak panyakit terhadap produksi  budidaya rumput laut masih sangat terbatas. Walaupun demikian hal ini sudah cukup digunakan sebagai bukti awal dalam mendefinisikan konsep tentang penyakit pada tanaman rumput laut.

II. DISKRIPSI RUMPUT LAUT

A. TAKSONOMI
          Taksonomi dari Euchema  cottoni  Lin dapat dikalsifikasikan sebagai berikut :
Phylum         : Rhodophyta
Kelas            : Rhodophyceae
Sub Kelas      : Florideophycidae
Ordo            : Gigartinales
Famili           : Soliericeae
Genus           : Euchema
Spesies         : Euchema cottoni Lin (Kappapphycus  alvarezii)

B. MORFOLOGI
          Rumput laut adalah ganggang yang berukuran besar atau macro algae yang merupakan tanaman tingkat rendah dan termasuk kedalam divisio thallophyta. Morfologi tanaman ini hanya terdiri dari thallus, tidak mempunyai akar, batang dan daun sejati. Fungsi dari ketiga tersebut digantikan oleh thallus.
          Euchema cottoni Lin mempunyai morfologi thallus yang tegak lurus, silendris dengan dua sisi yang tidak sama lebarnya. Terdapat tonjolan-tonjolan (nodule) dan duri (spine), thallus terbentuk silendris atau pipih, bercabang-cabang tidak teratur, warna hijau kemerahan bila hidup dan bila kering berwarna kuning kecoklatan.

C. DAERAH PENYEBARANNYA
          Rumput laut pertama kali ditemukan hidup bukan secara almi bukan hasil budidaya dan hidup tersebar di perairan sesuai lingkungan yang dibutuhkannya. Daerah penyebaran rumput laut secara alami dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Daerah Penyebaran Rumput Laut Secara Potensial
JENIS
LOKASI
PRODOPHYCEAE
1.    Acanthopora Sp

Kep.Kangean, Lombok, Sumut, Kep. Seribu, Bawean
2.    Corralopsisi minor
Bali
3.    Euchema cottoni
Bali, Maluku, Selat Alas.
4.    Euchema edule
Kep.Seribu, Bali, Jateng, Madura, Sumut, Riau, Sulawesi, Maluku, Lombok.
5.    Euchema muricatum
Seram, P. Komodo, Bali, Sulawesi, Kep.Seribu.
6.    Euchema spinosum
Sumut, Riau, Sulawesi, Kep. Seribu, Maluku.
7.    Euchema stritum
Kepulauan Seribu.
8.    Gelidiopsis rigida
Lingga
9.    Gelidium Sp
Jawa, Ambon, Riau, Sumut, Bali, NTT,NTB.

D. REPRODUKSI
1. Reproduksi Generatif
Rumput laut dapat berkembang secara generatif atau secara kawin. Pada peristiwa perbanyakan secara generatif rumput laut yang diploid menghasilkan spora yang haploid spora ini kemudian menjadi dua jenis rumput laut yaitu jantan dan betina yang masing-masing haploid yang tidak mempunyai alat gerak. Selanjutnya rumput laut jantan akan menghasilkan sperma dan betina menghasilkan sel telur. Apabila kondisi lingkungan memenuhi syarat akan menghasilkan perkawinan dengan terbentuknya zigot yang akan tumbuh menjadi tanaman rumput laut.
2. Reproduksi Vegetatif
Proses perbanyakan secara vegetatif berlangsung tanpa melalui perkawinan, setiap bagian rumput laut yang dipotong akan tumbuh menjadi rumput laut muda yang mempunyai sifat seperti induknya, atau perkembangbiakannya bisa dilakukan dengan cara stek Dari cabang-cabang rumput laut dengan syarat potongan rumput laut tersebut merupakan thallus yang muda, masih segar, berwarna cerah, dan mempunyai percabangan yang banyak, tidak tercampur dengan lumut dan kotoran serta bebas dari penyakit.

III. PENYAKIT YANG MENYERANG RUMPUT LAUT

JENIS BAKTERI
GEJALANYA
1. Penyakit Bakterial
ü Jamur banyak dijumpai pada beberapa jenis rumput laut seperti pada jenis Thalassia dan Sar-gassum sp. Jamur yang dijumpai adalah: Hydra thalassiae yaitu sejenis jamur Ascomicetes.
ü Pada thalassia jamur ini dapat menembus daun dari ujung bagian atas dan menyebabkan perubahan warna. Pada Sargassum sp. Hydra thalassiae menyerang bagian gelembung udara yang meyebabkan gelembung berwarna cokelat tua, lembek dan megkerut seperti kismis. Oleh karena itu penyakit ini dinamakan “penyakit kismis”.
ü Jamur yang menyerang Laminaria adalah : phycomelaina laminariae. Jamur ini meng- hasilkan getah berupa getah bulatan-bulatan pada bagian tangkai mata dan meyebabkan perubahan menjadi hitam pada stomata atau benang jamur, serta menyebar seperti bisul. Ascocarp dan spermogonia tumbuh dibagian pseudostroma, berwarna hitam dan berbentuk lingkaran atau oval pada tanaman.


JENIS BAKTERI
GEJALANYA
2. Penyakit Jamur
ü Jamur banyak dijumpai pada beberapa jenis rumput laut seperti pada jenis Thalassia dan Sargassum sp. Jamur yang dijumpai adalah: Hydra thalassiae yaitu sejenis jamur Ascomicetes.
ü Pada thalassia jamur ini dapat menembus daun dari ujung bagian atas dan menyebabkan perubahan warna. Pada Sargassum sp. Hydra thalassiae menyerang bagian gelembung udara yang meyebabkan gelembung berwarna cokelat tua, lembek dan megkerut seperti kismis. Oleh karena itu penyakit ini dinamakan “penyakit kismis”.
3. Penyakit Ice-Ice
ü Ice-ice” adalah penyakit yang banyak menyerang tanaman rumput laut jenis Euchema Sp yang ditandai dengan timbulnya bintik putih/ bercak-bercak pada sebagian thallus yang lama kelamaan kehilangan warna dan berangsur-angsur menjadi putih dan terputus. Penyakit “ice-ice” timbul karena adanya mikroba yang menyerang tanaman rumput laut yang lemah.
ü Gejala yang diperlihatkan adalah tumbuhan yang lambat dan terjadinya perubahan warna menjadi pucat atau berwarna tidak cerah, seluruh thallus pada beberapa cabang menjadi putih dan membusuk. Euchema dapat terserang “ice-ice” : terutama disebabkan karena adanya perubahan lingkungan seperti: arus, suhu dan kecerahan dilokasi budidaya. Tingkat penyerangannya terjadi dalam waktu yang cukup lama. Hal ini sesuai dengan pendapat Trono (1974). Bahwa penyebab “ice-ice ini ” adalah perubahan lingkungan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan yang menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh rumput laut tersebut. Sedangkan Uyenco et al (1981) mengatakan bahwa : kemungkinan penyebab terjadinya penyakit “ice-ice ini karena adanya bakteri pathogen tertentu terutama pada saat serangan penyakit pada tanaman rumput laut. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya timbulnya bakteri tersebut merupakan serangan skunder. Kemungkinan efektifitas serangan serangan bakteri yang hanya terjadi pada saat pertumbuhan tidak efektif.
JENIS BAKTERI
GEJALANYA
4. Penyakit White Spot
ü Penyakit white spote terdapat pada jenis rumput laut Laminara Japonica di Cina. Seperti halnya penyakit “ice-ice” gejala awal peyakit ini ditandai denga terjadinya perubahan warna thallus dari cokelat kekuning-kuningan menjadi putih kemudian menyebar dan pada akhirnya seluruh bagian tanaman membusuk  dan rontok dari tali gantungan.
ü Penyakit “ice-ice dan White spote biasanya terjadi pada bulan April atau Mei di daerah-daerah dengan kecerahan perairan tinggi. Pada kondisi ini tingkat kelarutan unsur nitrat


IV. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

PENYAKIT
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
Ice-Ice
Pencegahan
·      Pemilihan lokasi yang tepat
Lokasi terlindung, suhu 20-28 oC, salinitas 23-34 ppt, kecerahan lebih dari 1,5 m dan kecepatan arus 20-80 cm/detik.
·      Pemilihan bibit yang baik dengan tingkat pertumbuhan dan ketahanan penyakit yang tinggi.
·      Penentuan teknologi yang tepat dan cara penanaman yang berkaitan dengan jarak tanam serta musim yang tepat.
·      Pengambilan sampel dan pengontrolan yang rutin.
·      Pencegahan dengan bahan-bahan alami yaitu dengan menggunakan ekstrak daun sirih . Dengan dosis 1 gram daun sirih dan 10 liter air Ini dilakukan dengan cara merebus daun sirih kemudian diambil ekstraknya. Perlakuan ini dilakukan dengan jalan merendam bibit rumput laut sebelum ditebar.
Pegobatan
Hingga saat ini pengobatan rumput laut dengan menggunakan bahan kimia belum pernah dilakukan.


DAFTAR PUSTAKA

Balai Budidaya Laut Lampung, 2001. Teknologi Budidaya Rumput Laut. Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta
Sulistijo, 1998.Perkembangan budidaya Rumput Laut di Indonesia, dalam WS.Atmadja dkk.
Tahang H. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Rumput Laut Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Tim Penulis PS, 1999. Budidaya, pegolahan dan PemasaranRumput Laut, PT. Penebar Swadaya, Jakarta





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  MENGENAL IKAN SCORPION Mengingat permintaan ikan hias dari tahun ketahun terus meningkat, maka Ikan  Skorpion Volitan (Pterois ...