I.
PENDAHULUAN
Gurame merupakan salah satu
komoditas perikanan tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan banyak
dibudidayakan oleh para pembudidaya. Keunggulan ikan gurame dikalngan para
pembudidaya gurame adalah ikan ini dapat berbiak secra alami, mudah dipelihara karena
bersifat pemakan segalanya, dan dapat hidup di air tergenang.
Permintaan ikan gurame dari tahun ke
tahunnya terus meningkkat baik dalam bentuk benih maupun dalam bentuk ukuran
konsumsi. Sebagai contoh kecil, pada tahun 2001 kebutuhan benih gurame umur 12
hari di Tasikmalaya mencapai 500.000 – 1.000.000 ekor/bulan (Khairuman, 2003).
Dengan melihat data di atas, maka
untuk meningkatkan produksi ikan gurame agar dapat memenuhi permintaan yang
terus meningkat, maka yang harus diperhatikan salah satunya adalah mengenai
kesehatan ikan, karena salah satu penghambat dalam proses peningkatan produksi
adalah hama dan penyakit, bahkan ada pendapat bahwa apabila ikan sehat maka
produksi akan meningkat.
I. DESKRIPSI
IKAN GURAME
1.1.
Klasifikasi
Dalam daftar klasifikasi, Gurame
termasuk dalam bansa Labirinthici dan suku Anabantidae. Klasifikasi Gurame
secra lengkap adalah sebagai berikut :
Ã
Filum : Chordata
Ã
Subfilum : Vertebrata
Ã
Kelas
: Pisces
Ã
Ordo : Labyrinthici
Ã
Famili : Anabantidae
Ã
Genus : Osphronemus
Ã
Spesies : Osphronemus
gouramy, Lac
Gambar 1. Ikan Gurame
1.2.
Morfologi
Gurame mempunyai bentuk badan agak
panjang, pipih, dan tertutup sisik yang berukuran besar, terlihat kasar, serta kuat.
Punggungnya tinggi dan mempunyai sirip perut dengan jari-jari yag sudah berubah
menjadi alat peraba.
Bagian kepala Gurame ujda berbentuk
lancip, dan akan menjadi tumpul bila sudah besar.Ikan Gurame memiliki mulut
yang kecil, dengan bibir bawah menonjol sedikt dibandingkan bibir atas dan
dapat disembulkan.
Badan Gurame pada umumnya berwarna
biru kehitaman dan bagian perut berwarna putih. Jari-jari pertama sirip erut
merupakan benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Ujung sirip
punggung dan sirip dubur dapat mencapai pangkal ekor. Sirip ekor berbentuk
busur, pada dasar sirip dada pada Gurame betina terdapat tanda berupa sebuah
lingkaran hitam.
1.3.
Penyebaran
Ikan gurame merupakan ikan asli
perairan Indonesia. Meskipun demikian, ada juga literature yang menyebutkan
bahawa Gurame merup[akn ikan asli perairan Asia Tenggara. Hal ini dengan
ditemukannya ikan ini selain di Indonesia, yakni di perairan Thailand dan
Malayasia.
Dari literature
disebutkan bahwa tahun 1808 ikan ini sudah ditulis orang. Dalam itu, ikan Gurame berasal dari kepulauan sunda
besar, selanjutnya disebarkan ke pulau lainnya, yakni ke Tornado di sulawesi
utara, ke Madurdan ke Filipina yaitu sekitar tahun 1916 bahkan gurame juga
telah menyebar ke arah utara seperti sri Langka, India, dan Cina.
Di Indonesia, ikan Gurame banyak
ditemukan di pulau sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Di alamnya, ikan Gurame
merujpakan penghuni asli perairan yang tenang, seperti rawa, danau, situ, atau
perairan tergenang lainnya.
II. TEKNIK PEMBENIHAN
IKAN GURAME
2.1. Pemilihan
Induk
Untuk menghasilkan benih yang
berkualitas, induk Gurame harus berasal dari populasi Gurame yang sehat, tidak
cacat, bergerak aktif atau lincah. Untuk membedakan induk Gurame jantan dan
betina, dapat dikenali dari cirri-ciri fisik seperti berikut ini :
CIRI-CIRI
FISIK
|
JANTAN
|
BETINA
|
Ukuran tubuh
Dahi
Dagu
Tutup insang
Dasar sirip dada
Bentuk perut
Ujung sirip ekor
|
Besar
Menonjol
Maju
Kekuningan
Agak terang
Kempis
Rata
|
Kecil
Rata
Normal (Rata)
Putih cokelat
Lebih gelap
Berisi
Membulat
|
2.2.
Persiapan Kolam Pemijahan
Sebelum digunakn, kolam pemijahan
sebaiknya sebaiknya dipersiapkan terlebih dulu sebaik mungkin. Persiapankolam
meliputi :
2.2.1. Pengeringan Kolam
Pengeringan kolam pemijahan dilakukan selama 2-3 hari.
Tujuan dari pengeringan kolam adalah untuk membunuh hama dan sumber penyakit
serta menghilangkan nitrit yang berada di dasar kolam serta untuk memberikan
suasana baru yaitu tanah yang sudah dikeringkan akan menimbulkan bau khas pada
saat diisi air yang akan merangsang Gurame untuk memijah. Setelah kolam
dikeringkan, kolam tersebut siap diisi air denga kualitasyang baik yaitu tidak
berwarna, jernih, tidak berwarna dan terbebas dari hama dan bibit penyakit.
2.2.2. Pemasanngan Sarang
Kolampemijahan yang telah terisi air, kemudian dibiarkan
minimum 4 hari. Selama itu, dilakukan pemasangan kerangka sarang yang berupa
sosog sebagai tempat untuk meletakan bahan pembentuk sarang. Kerangka sarang
diletakan di tengah dan di pingir-pinggir kolam. Sedangkan bahan pembentuk
sarang yang berupa ijuk diletakan di kolam sebelum induk dimasukan ke kolam.
Bahang sarang diletakan di tengah atau di
pinggir-pinggir kolam. Semakin banyak bahan pembentuk sarang maka akan semakin
baik.
2.3.
Penebaran Induk
Induk Gurame yang telah matang gonad
dan siap untuk memijah dapat segera dipindahkan ke kolam pemijahan. Pemindahan
induk harus dilakukan secar hati-hatiagar induk tidak stress.
Penebaran induk sebaiknya dilakukan
pada pagi atau sore hari. Perbandingan antara induk jantan dan betina yang akan
dipijahkan yaitu 1:3 (satu jantan dan tiga betina.
2.4.
Pemijahan
Seminggu setelah dilepaskan ke kolam
pemijahan, induk jantan sudah selesai menyiapkan satu sarang. Setelah itu induk
jantan akan mondar-mandir yang bertujuan untuk menarik perhatian induk betina.
Proses pemijahan ini terjadi di depan
mulut sarang dan umumnya terjadi sekitar dua hari setelah sarang dibuat.
Sementara itu, proses pembuahan akan berlangsung di dalam sarang. Selam proses
pemijahan ini tercium bau amis diserati munculnya bintik-bintik dipermukaan air
sekitar sarang. Hal ini menunjukan bahwa proses pemijahan telah berhasil.
2.5.
Penetasan Telur
Setelah proses pemijahan berlangsung
telur ikan gurame akan menetas sekitar 30-36 jam. Penetasn telur ikan gurame
bisa dilakukan di akuarium atau bak, di kolam pemijahan, pemijahan di sawah dan
lain-lain.
2.6. Pemeliharaan
Benih
Benih Gurame dapat dielihara di
aquarium, bak kayu yang dilapisi plastic, bak tembok atau ditebar langsung ke
kolam pendederan. Pemeliharaan benih pada wadah terkomtrol harus dilengkapi
dengan aerasi untuk suplai oksigen dan terhindar kontak langsung dengan hujan.
Pakan awal berupa cacing rambut,
Daphnia sp, Moina sp, atau sumber protein lainnya. Bahan-bahan nabati dapat
mulai diberikan setelah larva berumur 36-40 hari. Sedangkan pakan buatan
(pelet) dapat diberikan dengan menyesuaikan bukaan mulutnya.
Lama pemeliharaan dan benih yang
dihasilkan antara lain : benih berumur 40 hari dapat mencapai ukuran 1-2 cm
(setara ukuran kuku). Benih berumur 80 hari dapat mencapai ukuran 2-4 cm
(setara ukuran jempol). Benih berumur 120 hari dapat mencapai ukuran 4-6 cm
(setar ukuran silet). Dan benih berumur 16 hari dapt mencapi ukuran
6-8 cm (setar ukuran korek api di masyarakat).
III. PENYAKIT IKAN GURAME
Masalah hama dan
penyakit pada budidaya ikan Gurame merupakn kendala yang serius, karena dapat
menyebabkan tingkat kematian yang tinggi
yang nantinya akan mengakibatkan produksi ikan Gurame akan menurun,
terutama pada fase benih.
Berikut ini adalah penyakit yang
sering menyerang ikan Gurame :
1.
White Spot
Penyakit ini sering disebut juga
penyakit ich. Penyakit ini disebabkan
oleh Ichtyopthirius multifiliis.
Parasit ini menyerang ikan pada bagian sirip punggung dan sisiknya.
Ikan yang terserang oleh parasit ini
terlihat seperti bintik-bintik putih pada bagian-bagian sirip atau sisik.
Parasit ini sering menyerang pada
saat ikan mengalami stres dan pada saat daya tahan tubuhnya menurun. Terutama
pada saat suhu air rendah, parasit ini menyerang secara sporadis.
2.
Dactylogyrus dan
Gyrodactylus
Parasit Dactylogyrus dan Gyrodactylus
termasuk keluarga cacing (Monogenea ). Kedua jenis cacing ini berbentuk
bulat memanjang dan pada ujung tubuhnya terdapat alat penempel dan mulut
penghisap. Dactylogyrus menyerang
insang sedangkan Gyrodactylus
menyerang tubuh dan sirip
Gejala klinis ikan gurame yang
terserang penyakit ini adalah ikan menjadi lemah, kurang napsu makan, dan
mengap-mengap seperti kekurangan oksigen.
3.
Aeromonas hydrophila
Bakteri Aeromonas hydrophila ini bersifat pathogen yang dapat menyebabkan
penyakit sistematik serta dapat mengakibatkan kematian iakan secara masal.
Bakteri ini berbentuk batang pendek berukuran 2-3 mikron dan bersifat gram
neganif. Bakteri ini menginfeksi luka dan menyebabkan 80-100 % setelah satu
minggu ikan gurame terinfeksi. Selain pada luka, bakteri ini dapat ditemukan
juga di hati dan ginjal ikan gurame.
Ikan gurame yang terserang penyakit
ini akan memperlihatkan tanda-tanda seperti terdapat luka infeksi pada bagian
tubuh ikan, sisik terkuak, perut busung, lemah, dan sering berada dipermukaan
air dan dasar kolam.
4.
Argulus sp.
Argulus sp atau yang lebih
dikenal dengan kutu ikan air ini termasuk keluarga udang renik dengan badang
yang berbentuk bulat pipih. Kutu air ini menyerang kulit dan insang ikan lalu
mengisap darahnya. Telur argulus ditempelkan pada benda-benda dan tanaman dalam
air. Setelah menetas, kutu air ini akan berenang mencari mangsa atau inang yang
baru.
Gejala ikan yang terserang penyakit
ini adalah pada kulitdan insang ikan tanpak adanya kutu yang menempel kuat dan terjadinya
pendarahan pada bekas gigitan.
5.
Tricodina sp
Parasit ini termasuk protozoa yang
bertbentuk bult dan memiliki bulu getar. Gejala klinis ikan yang terserang
parasit ini adalah ikan terlihat lemah, warn tubuh pucat dan sering menggosokan
tubuhnya pada substrat, dinding, atau dasar kolam.
6.
Saprolegnia
Saprolegnia merupakan jamur yang
tumbuh di tubuh ikan. jamur-jamur ini tumbuh, sebagian besar karena adanya luka
yang terdapat pada ikan dan luka terrsebut tidak ditanggulangi sehingga
tumbuhlah jamur-jamur saprolegnia ini.
Berikut ini adalah tabel beberapa penyakit
yang sering menyerang ikan gurame dan cara pengendaliannya :
NO |
PENYAKIT
|
GEJALA-GEJALA
|
PENGANGGULANGAN
|
|
KIMIAWI
|
TREATMEN
ALAMI
|
|||
1.
|
Ichtyopthirius multifiliis
Penyakit White Spot
|
§ Banyak
mengeluarkan lendir
§ Terlihat
bintik putih pada sirip/ kulit/ insang
§ Sering
terdapat pada permukaan air
|
Perendaman
§ dalam
NaCl 25 % 10-15 menit
§ formalin
25mg/L ditambah malachite green 0,2 mg selama 24 jam
|
Menggunakan Lengkuas dengan dosis 1 gr/l air
|
NO |
PENYAKIT
|
GEJALA-GEJALA
|
PENGANGGULANGAN
|
|
KIMIAWI
|
TREATMEN
ALAMI
|
|||
2.
|
Gyrodactylus Sp, dan Dactylogyrus sp
Borok Ikan
|
§ Nafsu
makan ikan berkurang
§ Banyak
lendir pada bagian kulit luar
§ Kulit/
badan mengeluarkan darah
§ Ikan
seringberenang ke permukaan air dan tubuhnya sering molompat-lompat
|
Perendaman
dalam
§ Formalin
2,5 ml dalam 10 menit.
§ NH4Cl
25 gram = 1 lt ±15 menit
|
menggunkan kunyit dengan dosis 1 gr/l air
|
3.
|
Aeromonas hydrophila
Bercak Merah
|
§ Tedapat
luka infeksi di bagian tubuh
§ Sisik
terkuak
§ Perut
busung, lemah
§ Sering
berada di permukaan air atau dasar kolam
§ Napasnya
mengap-mengap
|
Perendamn
dalan larutan
§ Oxytetracycline
2-5 mg/L selama 24 jam yang dilakukan 3 kali berturut-turut
§ Malachite
green oxalate 0,5 mg/L selama 1 jam.
|
Menggunakan daun miana dengan dosis 10 lembar/100
liter air
|
NO |
PENYAKIT
|
GEJALA-GEJALA
|
PENGANGGULANGAN
|
|
KIMIAWI
|
TREATMEN
ALAMI
|
|||
4.
|
Argulus sp (kutu ikan)
|
§ Pada
kulit dan insang tampak adanya kutu yang menempel kuat
§ Terjadi
pendarahan pada bekas gigitan
|
Perendaman dalam
garam dapur sebanyak 10-15 kg/m3 atau 10-15 g/L.
|
Menggunakan
mahkota dewa dengan dosis 50 iris/3 gelas air (600 cc)
|
5
|
Trcodina sp
|
§ ikan
terlihat lemah
§ warna
tubuh pucat
§ terdapat
luka pada disertai infeksi sekunder
§ ikan
sering menggosokan tubuhnya pad substrat, dinding atau dasar kolam.
|
Perendaman
§ Formalin
sebanyak 40 mg/L.
|
Diberikan ekstrak daun sambiloto
|
6
|
Saprolegina dan Achlya
|
§ Adanya
benag-benang krem dan bergumpal menyerupai kapas pada tubuhnya.
|
Perendaman
§ Menggunakan
garam dapur sebanyak 400 gr/m3 atau 20 mg/L selama 1 jam.
§ Malachite
green oxalate dengan dosis 0,1-0,5 mg/L selama 12-24 jam
|
Menggunakan daun sirih dengan dosis 10 lembar/l air
|
DAFTAR
PUSTAKA
Gunawan A. dan
Syafei L.S, 2005. Buku
Seri Kesehatan Ikan “Gurame Sehat Produksi
Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan
Perikanan, Bogor.
Harmanto, Ning.
Menggempur Penyakit Hewan Kesayangan dengan Mahkota Dewa, Jakarta : Penebar
Swadaya, 2004.
Jangkaru, Z.
Memacu Pertumbuhan Gurame, Jakarta : Penebar Swadaya, 2003.
Khairuman dan
Khairul Amri. Pembenihan Dan Pembesaran Gurame Secar Intensif, Jakarta :
Agromedia Pustaka, 2003.
Sendjaja, Julius
Tirta. Usaha Pembenihan Gurame, Jakarta : Penerbit Swadaya,2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar