Ikan Baronang bagi masyarakat nelayan merupakan ikan yang berbisa karena duri-duri pada sirip dapat menyengat sehingga menimbulkan rasa sakit. Mereka kenal beberapa jenis sehingga namanya berbeda-beda satu dengan lainnya. Ikan ini mempunyai bentuk yang lebar dengan tanda-tanda khusus, sirp punggung (dorsal fin) terdiri dari 13 duri keras (spine) dan 10 jari lemah (rays), kecuali siganus gutatus yang mempunyai 13 sampai 17 buah. Sirip dubur (anal fin) terdiri dari 7 buah dan 9 jari lemah.
Klasifikasi menurut GAGLER et al. (1962) adalah:
v Kelas : Ostheichhyies
v Ordo : Perciformes
v Sub Ordo : Acanturoidei
v Family : Siganidae
v Genus : Siganus
v Species : Siganus spp
PEMIJAHAN ALAMI
Induk – induk ikan yang matang telur hasil pembesaran dalam kurungan terapung dipindahkan kedalam bak-bak pemijahan. Perbandingan induk jantan dan betina yang ideal adalah 1:1, dengan berat 1 sampai 1,5 kg/ekor. Induk ikan biasanya memijah pada bulan gelap, antar 5-9 hari setelah bulan gelap bulan gelap dan waktu memijah sekitar petang menjelang malam
FEKUNDITAS
Ikan Baronang mempunyai fekunditas yang relative tinggi jumlah telur yang di kandung tergantung pada besarnya ikan. Siganus canaliculatus yang panjang totalnya antara 11-14 cm mempunyai telur sebanyak 300.000-400.000 butir Monacop, 1937 dan LAM, 1974). Siganus vermiculatus mempunyai telur sebanyak 300.000 butir Popper, 1976). Pemijahan rangsangan yang dilakukan terhadap ikan siganus canaliculatus yang panjangnya 22-25 cm mengeluarkan telur sebanyak 210.000-460.000 butir (Tanaka dan Basyari, 1981). Telur dalam ovary ikan yang berukuran 22-27 cm, yaitu sebanyak 200.000-1.300.000 butir (Tanaka dan Basyari 1981).
PEMELIHARAAN LARVA
Telur akan menetas 22-24 jam setelah pembuahan, pada suhu air 26-29oc. Larva ikan ini sangat peka terhadap perubahan – perubahan fisik dan kimia air seperti salinitas, suhu, kadar oksigen terlarut, amoniak dan kandungan kimia lainya, sehingga penanganan terhadap kualitas air sangat diutamakan agar larva yang sudah menetas menjadi sehat dan mempunyai rasio kelangsungan hidup yang tinggi. Untuk itu diperlukan persiapan-persiapan yang mantap sebelum terjadi penetasan.
Suhu air yang ideal antara 26-30oc. Suhu air akan mempengaruhi laju metabolism dalam tubuh ikan sehingga pertumbuhan ikan pun akan terpengaruh. Bila suhu air lebih rendah maka pertumbuhan akan terhambat, bila suhu air terlalu tinggi larva akan mengalami stress dan meningkatkan mortalitas.
Hindari perubahan suhu secara mendadak khususnya waktu pergantian air pH air selalu dikontrol. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa, nilai pH 7,6-8,0 adalah cukup baik untuk pertumbuhan larva ikan Baronang.
Oksigen terlarut setidak-tidaknya 4 ppm, dengan tingkat kejenuhan lebih kecil dari 100% dan kadar nitrat harus dibawah 0,5 ppm. Salinitas yang umum untuk pemeliharaan adalah sekitar 30-31%. Khusus untuk ikan baronang (siganus spp). Larva yang berumur 1-20 hari berada pada salinitas 25-28%o sedang pada umur 20-30 hari berada pada 28-30%o dan diatas umur 30 hari menyukai salinitas diatas 30 o/oo.
PAKAN DAN CARA PEMBERIANNYA
Ikan Baronang adalah pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora), hal ini diketahui dari gigi dan saluran pencernaannya yaitu, mulutnya kecil mempunyai gigi seri pada masing- masing rahang dan mempunyai permukaan yang luas.
Di alam ikan beronang dewasa memakan jenis rumput laut yaitu padinasp, cladophropsis, Gelidium. Sedang Baronang juwana lebih menyukai algae. Namun Baronang yang tertangkap dan dibudidayakan mampu memakan makanana apasaja yang di berikan. Jenis makanan yang diberikan tidak hanya tergolong tumbuhan saja tetapi juga makanan buatan seperti pellet, tepung tapioka, tepung ikan, dan daging ikan dan moluska, slada dan kangkung.
Larva ikan baronang umumnya di beri pakan yang terdiri dari phytoplankton yang umum di berikan adalah : chlorella sp, Tetrsselmessuecia, Pheodacthylum dan jenis zooplankton yang diberikan adalah rotifera, Nauplius, Artemia, Copepoda.
Dari beberapa macam jenis jasad pakan tersebut tidak diberikan pada waktu yang bersamaan melainkan disusun menurut jadwal yang tertentu sesuai dengan perkembangan mulutnya.
Setelah larva berumur 15-17 hari, dimana perkembangan larva mempunyai tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan perkembangan larva, yaitu perkembangan lebar mulut dan perkembangan pencernaanya. Berbeda dengan ikan baronang dewasa, tahapan-tahapan yang dilakukan adalah jumlah pakan yang harus disesuaikan dengan berat ikan. Sedang pada larva, ukuran dan jenis jasad pakan yang harus di sesuaikan dengan perkembangan mulutnya.
Setelah larva berumur 15-17 hari, dimana perkembangan mulut sudah semakin membesar, pada saat itu pakan ditambah dengan artemia. Tiga hari kemudian yaitu pada hari ke-20, copepoda (Tignopussp) ditambahkan walaupun jasad pakan lain masih tersisa dalam tangki. Pada minggu ketiga sudah bias diberikan daging udang atau daging ikan yang dicincang.
Biasanya larva berenang setelah berumur 3-4 hari mulutnya mulai terbuka, pada saat itu mereka aktif mencari makanan. Oleh karena itu makanan alami (phyto dan zooplankton) harus tersedia sebelum larva membuka mulutnya.
Pada umur 0-5 hari jenis makanan yang diberikan adalah larva bivalve dengan jumlah 2-5 ekor/ml. Sedangkanrotofera yang dinokulasi sebelumnya mempunyai kepadatan 5-10 ekor/ml. Pada hari ke 20-30 densitas rotifera dijaga agar tetap pada densitas 50 ekor/ml.
Naupli dan copepod ditambahkan dengan densitas 0,5ekor/ml, pada saat larva berumur 15-30 hari. Pada hari ke 20-35 densitas naupli dan copepod ditingkatkan menjadi 1-2 ekor/ml. Daging udang yang dicincang dapat di berikan setelah hari ke 20. Pada hari 35-60 makanan yang diberikan adalah daging udang /ikan yang dicincang seanyak 80-100% dari bobot berat larva, dan jumlah tersebut adalah jumlah total dalam satu hari (4-5 kali sehari). Pada saat ini perlu dilakukan sampling. Untuk mengetahui berat rata-rata larva dan sehubungan dengan penentuan jumlah pakan.
DAFTAR PUSTAKA
Basyari, A. dan E Dan akusumah, 1985, Sub Balai Penelitian Budidaya Pantai Bojonegoro Serang.
Basyari, A. dan Tanaka.H, 1985. Pengaruh perbedaan kandungan protein dalam diet pada Budidaya Laut Lampung.
Tumurang A dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Baronang Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan PERIKANAN, Bogor.