Kamis, 27 Juli 2017

BUDIDAYA IKAN BARONANG




        Ikan Baronang bagi masyarakat nelayan merupakan ikan yang berbisa karena duri-duri pada sirip dapat menyengat sehingga menimbulkan rasa sakit. Mereka kenal beberapa jenis sehingga namanya berbeda-beda satu dengan lainnya. Ikan ini mempunyai bentuk yang lebar dengan tanda-tanda khusus, sirp punggung (dorsal fin) terdiri dari 13 duri keras (spine) dan 10 jari lemah (rays), kecuali siganus gutatus yang mempunyai 13 sampai 17 buah. Sirip dubur (anal fin) terdiri dari 7 buah dan 9 jari lemah.

Klasifikasi menurut GAGLER et al. (1962) adalah:

v Kelas : Ostheichhyies

v Ordo : Perciformes

v Sub Ordo : Acanturoidei

v Family : Siganidae

v Genus : Siganus

v Species : Siganus spp


PEMIJAHAN ALAMI

       Induk – induk ikan yang matang telur hasil pembesaran dalam kurungan terapung dipindahkan kedalam bak-bak pemijahan. Perbandingan induk jantan dan betina yang ideal adalah 1:1, dengan berat 1 sampai 1,5 kg/ekor. Induk ikan biasanya memijah pada bulan gelap, antar 5-9 hari setelah bulan gelap bulan gelap dan waktu memijah sekitar petang menjelang malam

FEKUNDITAS

     Ikan Baronang mempunyai fekunditas yang relative tinggi jumlah telur yang di kandung tergantung pada besarnya ikan. Siganus canaliculatus yang panjang totalnya antara 11-14 cm mempunyai telur sebanyak 300.000-400.000 butir Monacop, 1937 dan LAM, 1974). Siganus vermiculatus mempunyai telur sebanyak 300.000 butir Popper, 1976). Pemijahan rangsangan yang dilakukan terhadap ikan siganus canaliculatus yang panjangnya 22-25 cm mengeluarkan telur sebanyak 210.000-460.000 butir (Tanaka dan Basyari, 1981). Telur dalam ovary ikan yang berukuran 22-27 cm, yaitu sebanyak 200.000-1.300.000 butir (Tanaka dan Basyari 1981).

PEMELIHARAAN LARVA

         Telur akan menetas 22-24 jam setelah pembuahan, pada suhu air 26-29oc. Larva ikan ini sangat peka terhadap perubahan – perubahan fisik dan kimia air seperti salinitas, suhu, kadar oksigen terlarut, amoniak dan kandungan kimia lainya, sehingga penanganan terhadap kualitas air sangat diutamakan agar larva yang sudah menetas menjadi sehat dan mempunyai rasio kelangsungan hidup yang tinggi. Untuk itu diperlukan persiapan-persiapan yang mantap sebelum terjadi penetasan.

         Suhu air yang ideal antara 26-30oc. Suhu air akan mempengaruhi laju metabolism dalam tubuh ikan sehingga pertumbuhan ikan pun akan terpengaruh. Bila suhu air lebih rendah maka pertumbuhan akan terhambat, bila suhu air terlalu tinggi larva akan mengalami stress dan meningkatkan mortalitas. 

       Hindari perubahan suhu secara mendadak khususnya waktu pergantian air pH air selalu dikontrol. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa, nilai pH 7,6-8,0 adalah cukup baik untuk pertumbuhan larva ikan Baronang.

         Oksigen terlarut setidak-tidaknya 4 ppm, dengan tingkat kejenuhan lebih kecil dari 100% dan kadar nitrat harus dibawah 0,5 ppm. Salinitas yang umum untuk pemeliharaan adalah sekitar 30-31%. Khusus untuk ikan baronang (siganus spp). Larva yang berumur 1-20 hari berada pada salinitas 25-28%o sedang pada umur 20-30 hari berada pada 28-30%o dan diatas umur 30 hari menyukai salinitas diatas 30 o/oo.

PAKAN DAN CARA PEMBERIANNYA

        Ikan Baronang adalah pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora), hal ini diketahui dari gigi dan saluran pencernaannya yaitu, mulutnya kecil mempunyai gigi seri pada masing- masing rahang dan mempunyai permukaan yang luas.

      Di alam ikan beronang dewasa memakan jenis rumput laut yaitu padinasp, cladophropsis, Gelidium. Sedang Baronang juwana lebih menyukai algae. Namun Baronang yang tertangkap dan dibudidayakan mampu memakan makanana apasaja yang di berikan. Jenis makanan yang diberikan tidak hanya tergolong tumbuhan saja tetapi juga makanan buatan seperti pellet, tepung tapioka, tepung ikan, dan daging ikan dan moluska, slada dan kangkung.

        Larva ikan baronang umumnya di beri pakan yang terdiri dari phytoplankton yang umum di berikan adalah : chlorella sp, Tetrsselmessuecia, Pheodacthylum dan jenis zooplankton yang diberikan adalah rotifera, Nauplius, Artemia, Copepoda.

Dari beberapa macam jenis jasad pakan tersebut tidak diberikan pada waktu yang bersamaan melainkan disusun menurut jadwal yang tertentu sesuai dengan perkembangan mulutnya.

         Setelah larva berumur 15-17 hari, dimana perkembangan larva mempunyai tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan perkembangan larva, yaitu perkembangan lebar mulut dan perkembangan pencernaanya. Berbeda dengan ikan baronang dewasa, tahapan-tahapan yang dilakukan adalah jumlah pakan yang harus disesuaikan dengan berat ikan. Sedang pada larva, ukuran dan jenis jasad pakan yang harus di sesuaikan dengan perkembangan mulutnya.

          Setelah larva berumur 15-17 hari, dimana perkembangan mulut sudah semakin membesar, pada saat itu pakan ditambah dengan artemia. Tiga hari kemudian yaitu pada hari ke-20, copepoda (Tignopussp) ditambahkan walaupun jasad pakan lain masih tersisa dalam tangki. Pada minggu ketiga sudah bias diberikan daging udang atau daging ikan yang dicincang.

         Biasanya larva berenang setelah berumur 3-4 hari mulutnya mulai terbuka, pada saat itu mereka aktif mencari makanan. Oleh karena itu makanan alami (phyto dan zooplankton) harus tersedia sebelum larva membuka mulutnya.

      Pada umur 0-5 hari jenis makanan yang diberikan adalah larva bivalve dengan jumlah 2-5 ekor/ml. Sedangkanrotofera yang dinokulasi sebelumnya mempunyai kepadatan 5-10 ekor/ml. Pada hari ke 20-30 densitas rotifera dijaga agar tetap pada densitas 50 ekor/ml.

       Naupli dan copepod ditambahkan dengan densitas 0,5ekor/ml, pada saat larva berumur 15-30 hari. Pada hari ke 20-35 densitas naupli dan copepod ditingkatkan menjadi 1-2 ekor/ml. Daging udang yang dicincang dapat di berikan setelah hari ke 20. Pada hari 35-60 makanan yang diberikan adalah daging udang /ikan yang dicincang seanyak 80-100% dari bobot berat larva, dan jumlah tersebut adalah jumlah total dalam satu hari (4-5 kali sehari). Pada saat ini perlu dilakukan sampling. Untuk mengetahui berat rata-rata larva dan sehubungan dengan penentuan jumlah pakan.


DAFTAR PUSTAKA

Basyari, A. dan E Dan akusumah, 1985, Sub Balai Penelitian Budidaya Pantai Bojonegoro Serang.

Basyari, A. dan Tanaka.H, 1985. Pengaruh perbedaan kandungan protein dalam diet pada Budidaya Laut Lampung.

Tumurang A dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Baronang Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan PERIKANAN, Bogor.

Rabu, 19 Juli 2017

MEMACU PERTUMBUHAN IKAN GURAME


            Gurame (Osphronemus gouramy) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang banyak dipilih petani untuk dipelihara.  Keunggulan gurame bagi petani antara lain ikan ini dapat berbiak secara alami, mudah dipelihara karena bersifat pemakan segala, dan dapat hidup di air tergenang.  Selain itu harganya relatif mahal.  Habitat asli gurame adalah rawa dataran rendah yang berair dalam.  Ikan ini bersifat sangat peka terhadap suhu rendah dan memiliki organ pernapasan tambahan sehingga dapat mengambil oksigen dari luar air.
Ikan konsumsi yang satu ini mempunyai banyak penggemar.  Direstoran-restoran, masakan gurame dikenal sebagai hidangan yang cukup eksklusif.  Tak mengherankan jika harga ikan ini relatif tinggi dibandingkan dengan ikan lainnya.  Namun dikalangan petani ada anggapan bahwa gurame termasuk jenis ikan yang lambat pertumbuhannya.  Anggapan ini sepenuhnya tidak benar.  Berikut ini ada beberapa kiat untuk memacu pertumbuhan gurame.

v  Memilih Lokasi yang Produktif dengan Wadah Pemeliharaan yang Sesuai
Habitat asli gurame adalah rawa didataran rendah (bersuhu tinggi).  Berkaitan dengan suhu, gurame akan tumbuh sangat baik pada air yang bersuhu 25o-28oC.  Gurame sangat peka terhadap suhu rendah, dan pada suhu < 15oC tidak dapat berkembang biak.  Masalah ini dapat ditanggungi dengan memanipulasi lingkungan, misalnya dengan  memperdalam badan air sehingga terjadi kesetabilan suhu.

v  Menggunakan Benih yang Efisien
Untuk meproduksi gurame ukuran konsumsi (500 gram/ekor), dianjurkan untuk menggunakan benih yang berumur > 1 tahun (100 gram/ekor).  Benih yang akan dibesarkan di lingkungan pemeliharaan di dataran rendah sebaiknya berasal dari daerah dataran rendah juga agar waktu adaptasi yang diperlukan tidak terlalu lama dan resiko kematian dapat dikurangi. 

v  Memberi Pakan yang Tepat
Gurame merupakan ikan pemakan segala (omnivor).  Sifat tersebut memungkinkan gurame untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan ikan yang hanya bersifat herbivor atau karnivor saja.  Jika dilapangan gurame dikenal sebagai ikan yang lambat tumbuh, hal ini disebabkan akibat kekurangan pakan yang berasal dari hewan.

v  Menjaga serangan Hama dan Penyakit
Mengendalikan parasit ikan dimulai saat persiapan lahan atau wadah pemeliharaan, pengadaan benih, sampai pembesaran.  Untuk lahan yang dapat dikeringkan sebaiknya dikeringkan lebih dulu selama 7-10 hari dan diberi kapur (100-200 gr/m2). Wadah pemeliharaan, seperti kantong jaring, keramba, dan sangkar dijemur dibawah sinar matahari selama beberapa hari sebelum digunakan.  Alat-alat disucihamakan dengan cara merendam selama 24 jam dalam air yang mengandung KMnO4  10-20 mg/liter atau kaporit 15-20 mg/liter.  Ikan yang akan dipelihara didesinfeksi  terlebih dahulu dalam larutan betadin (50-200 mg/liter selama 15-60 menit), larutan formalin (100-200 mg/liter selama 1-3 jamt), atau larutan KMnO4 (10-20 mg/liter selama 30-60 menit).

v  Kiat Penunjang dalam Pembesaran Gurame

Untuk menunjang keberhasilan pembesaran gurame, berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: gunakan wadah pemeliharaan yang tinggi dan dalam, jangan menampung gurame dalam wadah yang tertutup atau menutup permukaan tempat pemeliharaan, menghindarkan keberadaan kantong-kantong plastik di dalam kolam, menyediakan ruang gerak minimal bagi gurame, dan mengantisifasi gerakan gurame yang lamban.

Senin, 17 Juli 2017

TEKNIK BUDIDAYA IKAN LOU HAN (Red Flower Horn)




Pada dasarnya, lou han merupakan jenis ikan yang tahan ‘banting’ dari pengaruh temperatur atau kesadahan yang rendah. Namun, yang namanya mahluk hidup tetap saja bisa terganggu kesehatannya, terutama saat kondisinya lemah. Lemahnya kondisi lou han bisa diakibatkan kondisi air yang buruk atau serangan bakteri patogen. Lemahnya kondisi ikan bisa semakin parah jika pengetahuan tentang fisiologi ikan serta pengobatan penyakit tidak dikuasai, karena itu pengetahuan tentang sifat penyakit, serta pengobatan harus dikuasai secara jelas.

Pemeliharaan lou han sebenarnya tergantang pada selera pemiliknya, yang penting adalah teknik atau cara-caranya harus diketahui terlebih dahulu. Hal yang harus diperhatikan dalam memelihara lou han, antara lain :

Kondisi Aquarium dan Peralatannya


Untuk mendukung kesehatan dan penampilan lou han, kebersihan aquarium harus diperhatikan. Aquarium yang kotor bisa jadi sumber penyakit bagi lou han. Yang biasanya menjadi sumber kotoran aquarium adalah sisa pakan, lumut, sisa obat dan kotoran lou han. Patokan dalam membersihkan aquarium adalah tingkat kekotoran aquarium, kondisi peralatan dan aksesoris pendukung juga harus diperhatikan.Jika tidak bersih atau tidak berfungsi sebagai mana mestinya, peralatan dan aksesoris ini bisa menjadi sumber penyakit.

Kualitas Air


Air merupakan factor penting dalam meningkatkan kualitas lou han. Air harus bersih dari bahan beracun yang berasal dari sumber air, sisa metabolisme ikan atau sisa pakan yang berlebihan. Meskipun lou han tergolong ikan hias yang memiliki toleransi yang cukup tinggiterhadap kualitas air, berbagai parameter air harus tetap diperhatikan. Sebelum digunakan, air perlu diendapkan didalam bak penampungan. Bak penampungan dapat berupa tong bekas atau fiberglass.

Kualitas Pakan dan Pemberiannya


Supaya lou han peliharaan tetap cantik, pakan yang diberikan harus mengandung menu seimbang. Pakan yang salah dapat membuat lou han menjadi stress dan tidak suka makan. Pakan yang seimbang memiliki karbohidrat, protein, lemak, mineral,dan vitamin yang memadai. Pemberian pakan harus sesuai dengan aturan agar tidak cepat mengotori aquarium, sehingga tidak menimbulkan penyakit.Pakan juga harus cukup agar ikan cepat tumbuh, pemberian pakan dengan frekuensi lebih sering dengan jumlah yang tidak terlalu banyaklebih baik dibandingkan dengan pemberian pakan yang jarang dengan jumlah yang berlebihan.

DESKRIPSI IKAN LOU HAN

Sistematika


Lou Han adalah ikan hias yang penampilannya cantik dan menarik dengan aneka warna yang cerah.Budidaya Lou Han sudah banyak dilakukan di Indonesia, baik oleh para peternak atau pengusaha ikan hias maupun para hobiis.

 Menurut sistematikanya, ikan Lou han digolongkan sebagai berikut:

Ø  Ordo                      : Percomorphoidei

Ø  Sub Ordo             : Percoidea

Ø  Family                   : Cichlidae

Ø  Genus                  : Cichlasoma

Ø  Spesies                : Red Flower Horn           

Meskipun Lou Han termasuk jenis ikan hias yang relative tahan terhadap infeksi penyakit, jika kualitas air tempat pemeliharaan tidak cocok bagi ikan tersebut, Maka akan timbul masalah. Masalah ini akan semakin parah jika penanganannya di lakukan dengan cara yang tidak sempurna, terutama bagi ikan yang baru di datangkan dari tempat lain. Salah satu masalah yang sering merugikan para peternak ikan hias adalah masalah penyakit.Satu hal penting yang perlu diperhatikan adalah Lou Han memiliki sifat yang mudah berubah. Hal ini disebabkan lou han merupakan hasil persilangan dari beberapa jenis ikan yang termasuk keluarga siklid (Cichlidae) dari genus Cichlasoma. Di samping itu proses perkawinan silang kurang mengikuti kaidah yang benar akan berakibat pada penurunan mutu genetic. Efek dari penurunan mutu genetic ini adalah menurunnya daya tahan ikan terhadap penyakit.

Lou Han (Cichlasoma sp) termasuk salah satu jenis ikan hias baru yang memiliki penampilan cantik dengan nilai ekonomis yang tinggi. Ikan ini mulai marak dibicarakan di Indonesia sejak tahun 2001 dengan berbagai sebutan, yaitu Flower born, Flower louhan, dan sun go kong. Sebutan lainnya adalah mutiara dari timur.      

Lou han merupakan hasil persilangan dari ikan jenis siklid lain,yaitu Cichlasoma synpilum dengan Cichlosoma cycnoguttatum ( Neetropus carpintis). Persilangan antar siklid-siklid ini di lakukan oleh orang-orang dari Negara Malaysia. Namun kini sudah banyak persilangan antar jenis ikan siklid lainnya, baik oleh para peternak local maupun manca Negara, sehingga di peroleh berbagai variasi Lou Han. Beberapa species yang merupakan ikan hias dari family Cichlidae yang sudah dikenal di Indonesia di antaranya jenis Oskar (astronhotus ocellatus),texas (Cichlasoma cyanoguttatum), zebra (cichlasoma nigrofasciatum), angel fish atau manvis (Pteophylum spp), dan discus (Symphysodon discus).

Daerah Penyebaran


Ikan yang tergolong dalam keluarga Cichlidae banyak ditemukan di perairan Amerika Latin, Asia, dan Afrika. Namun, menurut pakar breeder di Malaysia, kebanyakan keluarga Lou Han berasal dari perairan Amerika latin, seperti meksiko, Paraguay dan Kolombia. Berkat keuletan para beeder di Malaysia, dalam tempo tiga tahun saja. Lou han telah menjadi ikan yang fenomenal, mengalahkan semua jenis ikan eksotis yang bergengsi di Negara Asia.

Penyebarannya di Afrika dan Madagaskar mencapai 700 species dan hanya 3 species yang terdapat di Asia. Beberapa species family Cichlidae yang terdapat di daerah Afrika merupakan species yang endemic, sehingga tidak bisa ditemukan di daerah lain. Species ini biasanya meletakkan telur tidak jauh dari tempat tinggalnya.Ada yang meletakkan telur di batu, daun-daun tanaman air, pasir, dan rongga mulut.Species ini baik jantan dan betina memiliki insting yang kuat untuk melindungi telur atau anaknya.

BUDIDAYA LOU HAN

Pemilihan Calon Induk


Jenis induk jantan dan betina yang dipilih disesuaikandengan jenis keturunan yang diharapkan, keturunan yang dihasilkan merupakan penggabungan factor genetis kedua induknya.Jika dilihat secara fisik, induk jantan memiliki badan yang lebih langsing dengan jarak antara mulut dan nongnong dekat, sedangkan betina memiliki tubuh yang lebihmembulat dan gendut dibagian perut serta jarak antara mulut dan nongnong agak jauh. Lou han jantan memiliki variasi warna yang lebih banyak dan legas, sedangkan lou han betina agak pucat. Hal ini memang tidak mutlak karena ada juga betina yang menampilkan warna cerah, tetapi setidaknya prediksi ini memiliki kemungkinan kebenaran 80 %.

Memijahkan Induk


Lou han adalah ikan yang hidup soliter, karena itu menjodohkan lou han memerlukan strategi khusus. Calon induk diletakkan dalam aquarium yang diberi pembatas kaca, biarkan keduanya saling mengenal sampai lou han betina benar-benar matang telur dan si jantan siap mencumbunya. Dalam proses pengenalan biasanya betina akanlebih agresif dibandingkan jantan. Umur perjodohan paling baik adalah jantan 2,5 tahun dan betina 2 tahun, dalam usia ini telur yang dibuahi lebih banyak serta keturunannya akan lebih besar.

Merawat Telur dan Burayak

Setelah berjodoh dan siap dipilahkan, dalam tempo paling lama tiga hari saja lou han akan bertelur dimedia telur berupa keramik yang diletakan didasar aquarium. Dalam tempo tiga hari telur biasanya sudah mulai menetas. Pada hari ke-4 aquarium tampak dipenuhi oleh burayak lou han. Burayak masih memiliki cadangan kuning telur ditubuhnya sampai hari ke-4 setelah menetas.Pada hari ke-5 baru diberi pakan kutu air yang disaring, pemberian pakan 3-4 kali /hari.yang harus diperhatikan adalah pakan yang diberikan sekali habis dan tiodak cepat mengotori aquarium.

DAFTAR PUSTAKA

Firmansyah A dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Lou Han Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

S. Hambali, 2001. Mewaspadai dan Menanggulangi Penyakit  Pada Lou Han. Agromedia Pustaka, Jakarta.

S. Suwandi, 2002.  Memilih Anakan dan Meningkatkan Kualitas Lou Han. Agromedia Pustaka, Jakarta

Kamis, 13 Juli 2017

TEKNIK BUDIDAYA IKAN OSCAR (Astronotus acellatus)




Ikan oscar adalah salah satu jenis ikan hias yang banyak digemari oleh kalangan hobiis, karena ikan ini memiliki komposisi warna yang menarik sehingga dalam pemeliharaannya, ikan ini memerlukan makanan dan perawatan khusus. Bercak warna indah yang menempel pada tubuhnya tidak akan muncul apabila ikan ini mengalami stres. Terjadinya stres dapat merupakan satu langkah awal terserangnya ikan ini oleh organisme penyabab penyakit, sehingga selain pengetahuan tentang cara perawatan yang baik, pengetahuan tentang penyakit yang sering menyerang ikan oscar dan cara-cara menanggulanginya, perlu dimiliki oleh para hobiis ataupun para pembudidaya ikan hias ini. 


DESKRIPSI IKAN OSCAR
Sistematika

·      Ordo            : Percomorpjoidei

·      Famili           : Cichlidae

·      Genus         : Astronotus

·      Spesies       : Astronotus acellatus, Cuvier



Morfologi

Ikan Oscar memiliki bentuk tubuh yang mirip dengan ikan nila, ia memiliki kepala yang besar dengan mulutnya lebar, bergerigi, agak meruncing, dan terletak di tengah (terminal). Sirip punggung (dorsal fin) berbentuk lebar yang ujungnya bersebrangan dengan sirip dada (pectoral fin), serta ujung sirip punggung dan sirip anus meruncing agak tumpul. Sirip ekornya berbentuk bulat (rounded).

Tubuhnya dilapisi warna dasar bervariasi, akan tetapi lebih sering ditemukan Oscar yang memiliki warna dasar hijau zaitun gelap atau coklat tua dengan coretan dan bintik-bintik tidak beraturan di bagian sisi yang berasal dari sisik yang berwarna kuning keemasan atau kemerah-merahan. Ikan jantan mempunyai beberapa tanda merah menyala pada tutup insang dan dekat daerah perut di samping. Kecerahan warna ikan ini sering berganti-ganti tergantung pada kondisi ikan. Ikan ini memiliki pergerakan yang gesit karena ditunjang dengan bentuk badan yang langsing, pipih ke samping (compressed).

Tingkah Laku

Ikan oscar  termasuk ikan yang cerdas, karena ikan ini mudah mengenali pemiliknya. Selain itu, dapat kita ketrahui bahwa ikan ini juga sensitif terhadap gerakan, intesnsitas cahaya, dan irama akan tetapi ikan ini jugamempunyai kebiasaan merusak atau mengganggu ornamen-ornamen yang ada di dalam akuarium.

Ikan oscar dewasa termasuk ikan buas, karena ia mempunyai kebiasaan memakan ikan-ikan yang berukuran kecil terlebih jika ikan itu bukan dari famili yang sama dengannya. Ikan oscar dapat hidup rukun apabila dipelihara dengan ikan dari Famili Chiclidae lainnya yang memiliki ukuran tubuh sama dengannya.

Makanan

Makanan yang biasa diberikan pada ikan oscar sangat variatif seperti ikan-ikan kecil, jentik nyamuk, ataupun potongan-potongan ikan lainnya. Akan tetapi, untuk menghasilkan ikan oscar yang memiliki kualitas warna yang baik, maka sebaiknya makanan yang diberikan pada ikan ini adalah makanan yang mengandung zat chitine. Jenis makanan yang mengandung zat chitine kebanyakan adalah makanan alami berupa hewan-hewan yang memiliki cangkang seperti kutu air, udang  kali, rayap, dan lain-lain.

Reproduksi

Ikan oscar dapat dipijahkan setelah mencapai ukuran panjang 15 cm dengan lebar 10 cm. Telur hasil pemijahan akan ditempatkan oleh induk oscar pada substrat yang memiliki permukaan licin seperti kaca, porselin, ataupun pecahan genting, dan selanjutnya akan dijaga oleh induk sampai telur tersebut menetas.

Ikan oscar dapat bertelur setiap 10 hari sekali dengan jumlah telur sekitar 1000-3000 butir per induk. Sepasang induk oscar dapat dipijahkan sampai 5 musim pemijahan atau sampai berumur 7 tahun. Semakin tua umur ikan oscar, maka kuantitas telur yang dihasilkannyapun akan semakin menurun.

TEKNIK PEMBENIHAN
Persiapan Sarana Pemijahan

Sarana pemijahan yang sering dipakai untuk memijahkan ikan oscar adalah berupa bak semen dengan ukuran 2 x 2 x 0,5 m. Sebelum digunakan, bak pemijahan dipersiapkan terlebih dahulu dengan melakukan kegiatan pembersihan bak dari kotoran dan sampah-sanpah. Apabila bak yang akan dipakai adalah bak yang baru dibuat, maka sebaiknya bak tersebut direndam dengan air sumur selama 4 minggu dengan perlakuan setiap 2 minggu sekali bak dikuras. Setelah itu lakukan penjemuran terhadap bak pemijahan, hal ini dilakukan selain untuk memberikan rangsangan terhadap oscar, juga untuk membunuh bibit penyakit yang diperkirakan bersarang dalam bak.

Setelah bak pemijahan disiapkan, selanjutnya air dimasukan ke dalam bak dengan ketinggian 25-30 cm. Sumber air yang dapat digunakan adalah air sumur ataupun air PAM, akan tetapi air tersebut perlu diendapkan selama 12-24 jam.

Substrat (Penempel Telur)

Telur ikan oscar bersifat adhesiv, artinya telur memerlukan tempat untuk menempel (substrat). Jenis substrat yang biasa digunakan dalam pemijahan ikan oscar adalah berupa batu yang memiliki permukaan datar ataupun bahan lain yang memiliki permukaan licin, seperti pecahan genting, porselin, kaca ataupun pipa paralon.

Sebelum dimasukan ke dalam bak pemijahan, substrat yang akan dipakai sebaiknya dicuci dahulu untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel agar tidak mengganggu telur. Jumlah substrat yang dimasukan disesuaikan dengan jumlah induk oscar yang akan dipijahkan. Untuk setiap pasangan induk oscar yang akan dipijahkan, cukup diberikan substrat 1 saja, dan substrat tersebut kita simpan di bagian sudut bak. Ukuran substrat yang ideal biasanya adalah 15 x 20 cm atau 20 x 20 cm.

Pemasukan Induk

Ikan oscar dapat dipijahkan dengan perbandingan induk jantan dan betina 1 : 1. Jumlah induk oscar yang akan dipijahkan, sebaiknya disesuaikan  dengan ukuran bak pemijahan 2 x 2 m dapat dimasukan induk sebanyak 4 pasang.

Proses Pemijahan

Proses pemijahan pada ikan oscar dimulai dengan gerakan-gerakan lincah dari induk jantan untuk memikat induk betina, kemudian kedua induk akan mencari tempat yang dianggap cocok dan membersihkannya. Setelah itu, induk betina akan mulai mengeluarkan telurnya di permukaan substrat, dan induk jantan akan langsung mengeluarkan spermanya untuk membuahi telur-telur tersebut.

Telur-telur hasil pemijahan tadi, akan dijaga oleh kedua induk, akan tetapi sering pula terjadi induk oscar memakan telur-telurnya kembali karena ia kekurangan makanan. Oleh karena itu untuk mencegah hal itu terjadi, maka sebaiknya telur-telur tadi kita pindahkan ke tempat lain untuk ditetaskan.

Penetasan Telur

Telur-telur hasil pemijahan sebaiknya di tetaskan di dalam wadah terpisah dengan bak pemijahan. Wadah yang biasa digunakan adalah akuarium yang diisi air setinggi 6-8 cm. Akuarium tersebut kita tempatkan pada tempat yang terlindung dari hujan dan panas yang berlebihan. Akuarium penetasan sebaiknya di aerasi untuk memenuhi kebutuhan oksigen terlarut bagi telur. Gelembung udara yang dihasilkan oleh aerator jangan terlalu besar, hal ini bertujuan agar telur tidak terganggu.

Dalam waktu 3 hari, telur-telur yang kita tetaskan biasanya sudah mulai menetas. Larva ikan oscar tidak langsung kita beri makan, karena ia masih memiliki kantung kuning telur sebagai sumber makanannya. Pada umur 4 hari benih sudah mulai diberi makanan alami berupa kutu air. Benih yang dapat dihasilkan dari sepasang induk adalah 1000-3000 ekor.

Perawatan

Larva yang telah menetas selanjutnya kita pelihara di dalam akuarium penetasan sampai berumur 1 bulan. Selama pemeliharaan, ketinggian air dalam akuarium ditingkatkan secara bertahap setiap 7 hari sekali yaitu dari 6 cm menjadi 10 cm, 15 cm dan 20 cm.

Setelah berumur 1 bulan, benih-benih tersebut kita pelihara dalam bak berukuran 4 m2 dengan kepadatan 250 ekor per m2. Selama pemeliharaan, benih di beri makanan berupa kutu air ataupun cacing sutera. Makanan diberikan sebanyak 2-3 kali sehari secara adlibitum.


PENYAKIT DAN PENGENDALIANNYA
Usaha pengendalian penyakit yang sering menyerang ikan oscar dapat dilihat secara jelas di dalam tabel 1.

Tabel 1. Pengendalian Penyakit Pada Ikan Oscar
PENYAKIT

PENCEGAHAN

PENGOBATAN
PERLAKUAN DENGAN BAHAN ALAMI
VIRUS



Epithelioma papulasum
Pengelolaan air yang baik dan treatment terhadap peralatan yang digunakan

 

Penyuntikan dengan larutan arsenic pada bagian perut ikan yang sakit. Penyuntikan pertama menggunakan 1 ml larutan 1% arsenic dalam senyawa arycil dan diikuti 3 kali penyuntikan dengan larutan 5%
Perendaman ikan dengan menggunakan ekstrak daun sambiloto (antibiotic alami)
BAKTERI

 

 


Myxobacterium sp.

(bakteri yang termasuk ke dalam famili Mycobactericeace)
Pengelolaan air yang baik dan treatment terhadap peralatan yang digunakan

 

Penyuntikan dengan Kanamycin (antibiotic) 0,02 mg/gr ikan

Penyuntikan dengan Streptomysin 0,01-0,02 mg/gr ikan

Perendaman dengan larutan Streptomycin 10 ppm
Perendaman ikan dengan menggunakan ekstrak daun sambiloto (antibiotic alami)
Flexibacter columnaris

(berkaitan dengan stres lingkungan terutama jika temperatur lingkungan meningkat terlalu tinggi)
Pengelolaan air yang baik dan treatment terhadap peralatan yang digunakan

 

Perendaman ikan dalam larutan malachite green 1:50.000 selama 10-30 detik

Perendaman ikan dalam larutan CuSO4­ 500 ppm selama 1-2 menit
Perendaman ikan dengan menggunakan ekstrak buah mahkota dewa

DAFTAR PUSTAKA
Afriantio, Eddy dan Evi Liviawati. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. Yogyakarta : 1993

Daelami, Deden. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya, Jakarta : 2001

Hakim A.R. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Oscar Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.


Susanto, Heru. Oscar. Penebar Swadaya. Jakarta : 1993

  MENGENAL IKAN SCORPION Mengingat permintaan ikan hias dari tahun ketahun terus meningkat, maka Ikan  Skorpion Volitan (Pterois ...