Minggu, 07 Mei 2017

TEKNIK BUDIDAYA LAWI-LAWI (Caulerpa. sp) DI TAMBAK



I.      PENDAHULUAN
 Rumput laut sudah menjadi komoditas primadona masyarakat pesisir, mengingat kontribusi positifnya terhadap serangan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan. Jenis rumput laut potensial yang belum banyak dikembangkan adalah Caulerpa sp atau sebutan nama lokalnya dikenal dengan lawi-lawi (Sulawesi) dan Latoh (Jawa), Caulerpa atau anggur laut sebenarnya sudah dikenal luas oleh kalangan masyarakat pesisir karena beberapa jenis dari rumput laut ini dimanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung sebagai sumber bahan pangan alami sehari-hari, seperti di Indonseia, Malaysia, Jepang, Vietnam, Philipina, China dan Korea. Di Sulawesi lawi-lawi dimanfaatkan langsung sebagai bahan makanan dalam kondisi segar dan dalam bentuk jenis panganan lainnya.
Pada awalnya lawi-lawi diperoleh masyarakat langsung dari laut, akan tetapi pada saat ini lawi-lawi sudah dibudidayakan karena memiliki nilai jual yang mengntungkan dipasar lokal sendakan permintaan tertinggi berasal dari negara Jepang. Pada perkembangan lawi-lawi ini selain sebagai bahan makanan juga sudah banyak dimanfaatkan untuk keperluan medis karena mengandung antioksidan sehingga sangat berguna bagi kesehatan. Prospek budidaya lawi-lawi yang dimotori BPBAP Takalar bersama ACIAR saat ini sangat menjanjikan. Dengan serapan pasar lokal saat ini, sudah memberikan keuntungan serta ghairah bagi para pembudidaya tambak di Sulawesi Selatan khususnya daerah Teluk Laikang Kabupaten Takalar. Dan tidak mustahil lawi-lawi ini dimasa depan menjadi komoditas unggulan yang bisa di ekspor seperti yang telah dilakukan oleh Filipina dan Vietnam.
II.   JENIS LAWI-LAWI (Caulerpa sp)
Lawi-lawi yang dibudidayakan ditambak saat ini ada 3 jenis yakni Bulaeng (caulerpa lentilifera), Bu’ne (caulerpa recemosa) dan Lipan (caulerpa sertulariodes) jenis yang paling disukai adalah jenis Bulaeng, karena lebih renyah dan teksturnya lebih lembut.
III.   LOKASI TAMBAK
Walaupun lawi-lawi umumnya hidup di laut dangkal namun bisa dibudidayakan ditambak, baik secara monokultur maupun polikultur dengan komoditas budidaya lainnya seperti bandeng, udang, kerapu atau rajungan. Lokasi yang dipilih untuk budidaya lawi-lawi adalah tambak dengan karakteristik sebagi berikut:
1.  Lokasi tambak jauh dari pengaruh air tawar yang dapat menurunkan salinitas air.
2.  Lokasi tambak jauh dari sumber polutan.
3.  Loaksi tambak harus dekat dengan sumber air laut. Air tambak bisa bergantian secara rutin mengikuti pasang surut air laut.
4.  Tambah dengan tanah dasar pasir berlumpur, karena lumpur menjadi substrat bagi lawi-lawi.
5.  pH tanah tambak harus normal (tidak asam) salinitas air tambak lebih dari 25 ppt.
IV.   KONSTRUKSI
Konstruksi tambak sabaiknya kedap sehingga dapat menjaga kedalaman air dan desain memiliki pintu air yang cukup lebar guna mendukung kelancaran pergantian air secara rutin. Air baru akan sangat penting dalam mensuplai nutrisi bagi caulerpa. Konstruksi tambak harus bisa menjaga ketinggian air antara 50-120 cm. Kedalaman air yang rendah akan mengubah pigmen warna lawi-lawi menjadi pucat bahkan bisa menjadi kekuningan, ini bisa menjadi indikator penurunan kualitas.
V.     BIBIT LAWI-LAWI (Caulerpa sp)
 Bibit lawi-lawi bisa diambil dari laut atau diperoleh dari kebun bibit BPBAP Takalar. Bibit bisa langsung dipilah-pilah menjadi bagian-bagian kecil sebagai mana metode pembibitan gracilaria atau cottoni. Bibit bisa diperoleh juga dari tanaman lawi-lawi yang telah berumur 20 hari di tambak. Bibit yang akan ditebar harus dijaga agar tetap segar. Untuk penyimpanan bibit sementara bisa menggunakan waring dan disimpan ditambak . bibit lawi-lawi yang telah disiapkan ditebar merata di seluruh bagian tambak. Jumlah yang bisa ditebar antara 800 – 1000 kg per Ha.
VI.  PEMELIHARAAN
Secara umum pemeliharaan lawi-lawi tidaklah rumit. Lawi-lawi yang telah ditebar secara rutin harus dikontrol untuk mengetahui kondisi perkembangannya. Begitu juga kondisi salinitas air herus dicek terutama pada musim hujan karena salinitas air bisa drop hingga dibawah 25 ppt. Perlu diketahui bahwa lawi-lawi pada salinitas dibawah 20 ppt akan mati. Sehingga harus dipastikan bahwa air tambak bisa digantikan secara rutin.
Tempat pemeliharaan lawi-lawi bisa dilakukan diberbagai kondisi tambak dengan syarat mempunyai dasar tambak yang berlumpur sebagai substrat untuk tempat lawi-lawi hidup tumbuh dan berkembang. Golongan rumput laut jenis ini juga dapat dibudidayakan secara polikultur dengan jenis ikan-ikan (bandeng) atau dengan biota aquatik lainnya (seperti kepiting bakau/rajungan dan udang).
VII.       PEMANENAN
 Pada kondisi normal selama 3 bulan masa pemeliharaan lawi-lawi bisa tumbuh mencapai 10-13 kali dari bobot awal. Pada masa pemeliharaan 1 bulan bisa tumbuh 3-4 kali lipat dari bobot awal. Dengan demikian dalam masa pemeliharaan 1 bulan sudah bisa dipanen. Dengan karakteristik pertumbuhan yang cepat pembudidaya bisa memanen secara bertahap sesuai kebutuhan. Lawi-lawi yang dipanen dikumpulkan terlebih dahulu didalam hapa.
Lawi-lawi yang dijual ke pasar adalah caulerpa dalam keadaan bersih dan segar. Sehingga sebelum dimasukkan kedalam karung untuk dibawa ke pasar lawi-lawi terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran lumpur yang melekat dan sekaligus membuang lawi-lawi yang berwarna pucat, kekuningan atau berwarna hitam.

Sumber : Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP Takalar)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  MENGENAL IKAN SCORPION Mengingat permintaan ikan hias dari tahun ketahun terus meningkat, maka Ikan  Skorpion Volitan (Pterois ...