I.
PENDAHULUAN
Rumput
laut sudah menjadi komoditas primadona masyarakat pesisir, mengingat kontribusi
positifnya terhadap serangan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan. Jenis
rumput laut potensial yang belum banyak dikembangkan adalah Caulerpa sp atau sebutan nama lokalnya
dikenal dengan lawi-lawi (Sulawesi) dan Latoh
(Jawa), Caulerpa atau anggur laut
sebenarnya sudah dikenal luas oleh kalangan masyarakat pesisir karena beberapa
jenis dari rumput laut ini dimanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung sebagai
sumber bahan pangan alami sehari-hari, seperti di Indonseia, Malaysia, Jepang,
Vietnam, Philipina, China dan Korea. Di Sulawesi lawi-lawi dimanfaatkan
langsung sebagai bahan makanan dalam kondisi segar dan dalam bentuk jenis
panganan lainnya.
Pada awalnya
lawi-lawi diperoleh masyarakat langsung dari laut, akan tetapi pada saat ini
lawi-lawi sudah dibudidayakan karena memiliki nilai jual yang mengntungkan
dipasar lokal sendakan permintaan tertinggi berasal dari negara Jepang. Pada
perkembangan lawi-lawi ini selain sebagai bahan makanan juga sudah banyak
dimanfaatkan untuk keperluan medis karena mengandung antioksidan sehingga
sangat berguna bagi kesehatan. Prospek budidaya lawi-lawi yang dimotori BPBAP
Takalar bersama ACIAR saat ini sangat menjanjikan. Dengan serapan pasar lokal
saat ini, sudah memberikan keuntungan serta ghairah bagi para pembudidaya
tambak di Sulawesi Selatan khususnya daerah Teluk Laikang Kabupaten Takalar.
Dan tidak mustahil lawi-lawi ini dimasa depan menjadi komoditas unggulan yang
bisa di ekspor seperti yang telah dilakukan oleh Filipina dan Vietnam.
II.
JENIS
LAWI-LAWI (Caulerpa sp)
Lawi-lawi
yang dibudidayakan ditambak saat ini ada 3 jenis yakni Bulaeng (caulerpa
lentilifera), Bu’ne (caulerpa recemosa) dan Lipan (caulerpa sertulariodes)
jenis yang paling disukai adalah jenis Bulaeng, karena lebih renyah dan
teksturnya lebih lembut.
III.
LOKASI
TAMBAK
Walaupun
lawi-lawi umumnya hidup di laut dangkal namun bisa dibudidayakan ditambak, baik
secara monokultur maupun polikultur dengan komoditas budidaya lainnya seperti
bandeng, udang, kerapu atau rajungan. Lokasi yang dipilih untuk budidaya
lawi-lawi adalah tambak dengan karakteristik sebagi berikut:
1. Lokasi
tambak jauh dari pengaruh air tawar yang dapat menurunkan salinitas air.
2. Lokasi
tambak jauh dari sumber polutan.
3. Loaksi
tambak harus dekat dengan sumber air laut. Air tambak bisa bergantian secara
rutin mengikuti pasang surut air laut.
4. Tambah
dengan tanah dasar pasir berlumpur, karena lumpur menjadi substrat bagi
lawi-lawi.
5. pH tanah
tambak harus normal (tidak asam) salinitas air tambak lebih dari 25 ppt.
IV.
KONSTRUKSI
Konstruksi
tambak sabaiknya kedap sehingga dapat menjaga kedalaman air dan desain memiliki
pintu air yang cukup lebar guna mendukung kelancaran pergantian air secara
rutin. Air baru akan sangat penting dalam mensuplai nutrisi bagi caulerpa. Konstruksi tambak harus bisa
menjaga ketinggian air antara 50-120 cm. Kedalaman air yang rendah akan
mengubah pigmen warna lawi-lawi menjadi pucat bahkan bisa menjadi kekuningan,
ini bisa menjadi indikator penurunan kualitas.
V.
BIBIT
LAWI-LAWI (Caulerpa sp)
Bibit
lawi-lawi bisa diambil dari laut atau diperoleh dari kebun bibit BPBAP Takalar.
Bibit bisa langsung dipilah-pilah menjadi bagian-bagian kecil sebagai mana
metode pembibitan gracilaria atau cottoni. Bibit bisa diperoleh juga dari
tanaman lawi-lawi yang telah berumur 20 hari di tambak. Bibit yang akan ditebar
harus dijaga agar tetap segar. Untuk penyimpanan bibit sementara bisa
menggunakan waring dan disimpan ditambak . bibit lawi-lawi yang telah disiapkan
ditebar merata di seluruh bagian tambak. Jumlah yang bisa ditebar antara 800 –
1000 kg per Ha.
VI.
PEMELIHARAAN
Secara
umum pemeliharaan lawi-lawi tidaklah rumit. Lawi-lawi yang telah ditebar secara
rutin harus dikontrol untuk mengetahui kondisi perkembangannya. Begitu juga
kondisi salinitas air herus dicek terutama pada musim hujan karena salinitas
air bisa drop hingga dibawah 25 ppt. Perlu diketahui bahwa lawi-lawi pada
salinitas dibawah 20 ppt akan mati. Sehingga harus dipastikan bahwa air tambak
bisa digantikan secara rutin.
Tempat
pemeliharaan lawi-lawi bisa dilakukan diberbagai kondisi tambak dengan syarat
mempunyai dasar tambak yang berlumpur sebagai substrat untuk tempat lawi-lawi
hidup tumbuh dan berkembang. Golongan rumput laut jenis ini juga dapat
dibudidayakan secara polikultur dengan jenis ikan-ikan (bandeng) atau dengan
biota aquatik lainnya (seperti kepiting bakau/rajungan dan udang).
VII.
PEMANENAN
Pada
kondisi normal selama 3 bulan masa pemeliharaan lawi-lawi bisa tumbuh mencapai
10-13 kali dari bobot awal. Pada masa pemeliharaan 1 bulan bisa tumbuh 3-4 kali
lipat dari bobot awal. Dengan demikian dalam masa pemeliharaan 1 bulan sudah
bisa dipanen. Dengan karakteristik pertumbuhan yang cepat pembudidaya bisa
memanen secara bertahap sesuai kebutuhan. Lawi-lawi yang dipanen dikumpulkan
terlebih dahulu didalam hapa.
Lawi-lawi
yang dijual ke pasar adalah caulerpa dalam keadaan bersih dan segar. Sehingga
sebelum dimasukkan kedalam karung untuk dibawa ke pasar lawi-lawi terlebih
dahulu dibersihkan dari kotoran lumpur yang melekat dan sekaligus membuang
lawi-lawi yang berwarna pucat, kekuningan atau berwarna hitam.
Sumber :
Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP Takalar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar