Selasa, 30 Mei 2017

BUDIDAYA IKAN CUPANG




Ikan cupang (Bettasplendens) bukan lan ikan asli Indonesia, meskipun Indonesia mempunyai ikan yang masih semarga dengan ikan ini yakni Bettafasciatus, alias Stiped fighting fish, yang lebih dikenal dengan nama Tempalo.

Ikan ini pertama kali ditemukan di perairan Thailand dan Malaysia. Sekalipun dahulu belum mengetahui kehebatanya bertarung, namun salah satu yang sering mendapatkan perhatian adalah sijantan mempunyai warna yang menarik, selain itu juga muda diurus, karena tahan ditempatkan dalam wadah yang berukuran kecil serta muda beradaptasi.

Keunggulan cupang untuk bertahan hidup (dan bukan berkembangbiak) di tempat sempit karena cupang mempunyai labirinth, yaitu perangkat pernapasan tambahan yang terletak pada sebelah rongga insangnya. Dengan alat canggih yang konstruktif ini cupang mampu mengkonsumsi osigen langsung dari udara bebas, yang jarang bisa dilakukan oleh ikan lain. Kenyataan ini gampang dideteksi apabila kita perhatikan bahwa setiap beberapa menit cupang menyembulkan moncongnya kepermukaan air.


Klasifikasi Ikan Cupang

Ikan cupang mempunyai daftar klasifikasi yang panjang. Daftar klasifikasi yang popular dengan sebutan sistematika ikan tersebut adalah sebagai berikut:


Filum : Chordata


Subfilum : Craniata


Superkelas : Gnathostomata


Kelas : Osteichthyes


Subkelas : Actinopterygii


Superordo : Teleostei


Ordo : Percomorphoidei


Subordo : Anabantoidei


Famili : Antibantidae


Genus : Betta


Spesies : Bettasplendens


Morfologi Ikan Cupang

Betteasplendens alam-yang diambil dari alam aslinya merupakan ikan yang mempunyai postur badan memanjang, dan bila diliat dari depan atau dari belakang mempunyai potongan badan yang pipih kesamping (compressed). Sebagai ikan liar, ternyata badannya mirip dengan bunglon, beragam tergantung alam yang membentuknya. Beberapa spesimen yang tergolong cantik mempunyai warna badan dasar coklat kemerah-merahan dengan corak kebiru-biruan. Semua sisi sangat dekoratif dan warnanya sangat beragam. Sirip punggung sangat lebar dan terentang sampai kebelakang, walaupun badannya tidak terlalu besar tapi keliatan kokoh dan menawan. Sirip ekornya berbentuk membulat (rounded) berwarna dasar sama dengan badannya.

Sirip ekor ini strip berwarna dasar sama dengannya. Sirip ekor ini juga dihiasi dengan strip berwarna sedikit kehijau-hijauan, sering kali ujungnya berwarna oranye. Sirip analnya berwarna hijau kebiru-biruan, juga memanjang, memantapakan eksistensinya sebagai ikan jago berkelahi. Sirip anal ini kadang-kadang dibubuhi warna coklat dan merah. Sirip perutnya juga panjang dan warna merah oranye. Hanya saja, ujang siripnya sering kali dihiasi warna putih susu. Ukuran badan ikan cupang ini untuk yang jantan mencapai 5 - 6 cm, tapi untuk betina biasanya ukuran badannya lebih kecil dari badan jantan.

Pemilihan Induk

Induk cupang yang hendak dipijahkan apabila sudah mencapai umur sekitar 6-7 bulan, dengan panjang total antara 5-6 cm. Induk-induk harus sehat, tidak cacat badannya atau mengidap salah satu penyakit. Pejantan belum pernah diadu. Untuk mengetahui betina yang sudah matang gonad dapat diperhatikan perutnya. Selain lebih gemuk dari pada biasanya, pada perut betina sudah Nampak dari luar bayangan telur-telurnya. Sedangkan pejantan umumnya akan selalu siap dikawinkan asalkan umurnya sudah memenuhi syarat.

Persiapan Wadah

Tempat untuk pemijahan ikan cupang sangatlah mudah, cupang bias dipijahkan dalam akuarium dengan ukuran 20x20x20 cm, atau dalam bak yang disekat-sekat bahkan dapat dipijahkan dalam toples sekalipun. Wadah pemijahan dibersihkan dan diisi air, kemudian masukkan tanaman air untuk penempatan telur-telur hasil dari pemijahan.

Pemasukan Induk

Setelah persiapan wadah selesai maka induk jantan dapat dimasukkan lebihdahulu agar dapat beradaptasi terlebih dahulu. Setelah itu masukkan induk betinanya, setelah beberapa lama induk jantan akan membuat sarang telur dengan mengeluarkan gelembung-gelembung.

Proses Pemijahan

Pemijahan ikan ini dapat diketahui dengan menyaksikan cupang-cupang tersebut saling berpelukan di tanaman air dan melayang sampai beberapa saat, kemudian akan keluar telur dan akan segera dibuahi oleh induk jantan. Telur-telur yang melayang di dalam air akan segera di tangkap oleh induk jantan untuk disusun di gelembung-gelembung busa yang telah dibuatnya.

Perawatan Benih

Telur-telur akan menetas setelah 2-3 hari, setelah menetas induk ikan diangkat. Benih-benih ikan dapat diberi pakan setelah berumur 4 hari yaitu kutu air saring. Pergantian air dilakukan 2 hari dengan menyipon kotoran- kotoran yang ada di dasar wadah.

Daftar Pustaka

Daelami, D. 2002. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya. Jakarta

Hardjamulia, A. 1978. Budidaya. Departemen Pertanian Badan Pendidikan dan Penyuluhan Pertanian. SUPM Bogor

Hermanto dan Syafei L.S, 2005.Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Cupang Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.


Kusumah, H. 1985. Penyakit dan Hama Ikan. Departemen Pertanian Badan

Susanto, Heru. 1992. Memelihara Cupang. Kanisius. Tanggerang

Selasa, 23 Mei 2017

BUDIDAYA IKAN BAWAL

     

       Budidaya ikan bawal sejak dahulu dan sampai saat ini masih cukup menjanjikan. Seiring melonjaknya permintaan ikan di pasar-pasar di daerah, membuat para peternak ikan bawal juga semakin banyak dan ikut melonjak jumlahnya. Ikan bawal air tawar (colossoma macropomum) adalah salah satu ikan unggulan budi daya perikanan air tawar.

        Usaha budidaya ikan bawal ini dimaksudkan untuk memperoleh ikan ukuran konsumsi atau ukuran yang disenangi oleh konsumen. Pembesaran ikan ini dapat dilakukan di kolam tanah maupun kolam permanen, baik secara monokultur maupun polikultur.

Taksonomi dan Morfologi

Sistematika ikan bawal menurut Bryner adalah sebagai berikut :

v Filum : Chordata

v Kelas : Pisces

v Ordo : Cypriniformes

v Famili : Characidae

v Genus : Colossoma

v Spesies : Colossoma Macropomum

Warna tubuh bagian atas abu-abu gelap, sedangankan bagian bawah berwarna putih. Pada bawal dewasa, bagian bawah sirip ekor berwarna merah, bagian tepi sirip perut, sirip anus, dan bagian bawah sirip ekor berwarna merah. Dibandingkan dengan badannya, bawal memiliki kepala kecil dengan mulut terletak di ujung kepala, tetapi agak sedikit ke atas. Matanya kecil dengan lingkaran berbentuk seperti cincin. Rahangnya pendek dan kuat serta memeliki gigi seri yang tajam.

Penyebaran dan Habitat

Ikan bawal telah berkembang dan menyebar dari kawasan Amerika selatan sampai Asia Tenggara. Ikan bawal termasuk jenis ikan tawar yang mudah beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Ikan bawal mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan perairan tenang ataupun mengalir. Ikan bawal juga mudah dibiasakan hidup di perairan yang airnya mengalir deras.

Makan dan Kebiasaan Makan

Ikan bawal merupakan jenis ikan pemakan segala (omnivora). Meskipun tergolong omnivora, ternyata pada masa kecilnya (larva), bawal lebih bersifat karnivora. Jenis hewan yang paling disukai adalah Crustasea, Cladoceta, Copepoda, dan Ostracoda. Meskipun ikan bawal tergolong ikan omnivora, dalam pemeliharaannya dapat diberi pakan tambahan berupa pellet, ikan-ikan kecil, dan daging keong mas.

Kebiasaan Berkembang Biak

Bawal biasanya memijah pada awal dan selama musim hujan. Di Brazil dan Venezuela, kejadian itu terjadi pada bulan Juni dan Juli. Sedangkan di Indonesia kematangan gonad bawal terjadi pada bulan Oktober sampai April.

Pembenihan Ikan Bawal

1. Seleksi Induk

Postur tubuh induk betina melebar dan pendek, warna kulit lebih gelap. Abdomen dan bibir urogenital berwarna merah atau kemerah-merahan. Perut lembek dan lubang kelamin agak membuka. Sedangkan postur tubuh induk jantan relative lebih langsing, panjang, dan operkulumnya agak kasar.

2. Pemijahan Induk

Pemijahan ikan bawal diawali dengan ovulasi telur induk betina dan sperma induk jantan. Menjelang ovulasi, induk jantan biasanya mengejar dan berenang membuntuti dan menghimpit induk betina. Pemijahan ikan bawal terjadi pada musim penghujan.

3. Penetasan telur dan Perawatan Larva

Telur akan menetas dalam waktu 18-24 jam dengan persentase 80 %. Perawatan larva di akuarium atau di kolam selama 14 hari. Dalam kurun waktu tersebut, benih yang dihasilkan sudah mencapai 1/2 – 3/4 inci.

4. Pendederan

Pendederan merupakan kegiatan pemeliharaan benih hingga mencapai ukuran 4 inci (25 gram) yang siap dijual sebagai ikan hias atau dipelihara di kolam pembesaran.

Pembesaran Ikan Bawal

Pembesaran ikan bawal dapat dilakukan secara kovensional dikolam besar (luas ) tanpa dilakukan pengelolaan pakan dan pembesaran secara intensif yang terkontrol dan di kelolah secara baik.

Pengelolaan pakan secara efisien dapat di kalkulasikan berdasarkan nilai food corversy ration (FCR), yaitu perdandingan jumlah pakan yang diberikan dan berat ikan (daging) yang dipanen (dihasilkan). Nilai FCR untuk pembesaran ikan adalah 1- 1,2 Artinya, jumlah (berat) pakan yang diberikan hampir sebanding berat ikan yang dihasilkan. 

Ikan bawal yang dipelihara di kolam bersifat garang, cenderung ganas (buas), dansukamenyerangikan-ikanlain, terutama ikan –ikan yang lemah dan berukuran kecil oleh karena itu, pembesaran ikan bawal dilakukan secara monokultur dikolam tertutup atau kolam tenang tanpa penggantian air atau kolam air mengalir, termasuk air deras dan jala apung di pinggir waduk (danau).


Daftar Pustaka

Abaas Siregar Djarijah. 2001. Budidaya Ikan Bawal. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Anonim, 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Arie Usni. 2000. Budidaya Bawal Air Tawal. PT Penebar Swadaya, Jakarta.


Suryati dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Bawal Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Wijayakusumah, H. dkk, TANAMAN BERKHASIAT OBAT DI INDONESIA. Penerbit Pustaka Kartini

Rabu, 17 Mei 2017

JENIS-JENIS PENYAKIT PADA IKAN HIAS

Secara garis besar penyakit ikan hias dapat di kelompokkan menjadi tiga jenis penyebabnya, yakni : parasit, bakteri,dan virus (yang termasuk kategori paling berbahaya), selain akibat ikan hias mengalami stress yang berkelanjutan.
Berikut ini beberapa jenis penyakit yang biasa menyerang ikan hias pada umumnya,

LUKA PADA TUBUH IKAN – BOROK (ULCER)
Penyakit ini biasanya disebabkan akibat stress, misalkan melompat, atau menabrak sehingga menyebabkan luka. Bisa juga akibat lain misalkan gatal akibat kutu sehingga ikan menggesek – gesekkan badan yang bisa menyebabkan luka.
Ada kalanya luka yang sampai mengeluarkan nanah (lender berwarna putih susu kekuningan) atau berlendir lainnya disebabkan oleh infeksi yang sistemik yang biasanya juga akan dibarengi dengan berbagai dampak penyakit lainnya.

SISIK MENGEMBUNG - DROPSI
Penyakit ini disebabkan bakteri, umumnya timbul karena lingkungan hidup yang kurang baik /tercemar sisa makanan atau sisa metabolisme.
Tanda – tanda penyakit ini :
Sisik terangkat keatas dan akhirnya terkekupas. Sisik yang terinfeksi biasanya tampak seperti duri yang berbentuk seperti pyramid biasanya menyerang sisik kemudian menyebar keseluruh tubuh.

PENYAKIT LUMPUR
Umumnya diakibatkan oleh system filtrasi yang tidak mumpuni atau pergantian air yang terlambat. Biasanya timbul akibat pemberian pakan yang berlebihan terutama makanan yang mengandung protein tinggi, akibat kulit ikan iritasi serta timbulnya bakteri yang menginfeksi pembuluh darah.
Tanda – tanda penyakit ;
Badan ikan seperti terlumuri lumpur berwarna putih kekuningan hingga kecoklatan /keunguan.

BUSUK INSANGSIRIP, EKOR, BADAN IKAN (GILL ROT, FIN ROT, TAIL ROT, BODY ROT)
Penyakit ini menyerang pada insang, sirip, ekor, atau badan ikan hias.
Tanda – tanda:
Ikan berkurang nafsu makannya dan tampak menyendiri serta malas untuk menggerakkan insangnya. Untuk memastikan ikan dapat diangkat serta dilihat insangnya, insang yang terjangkit biasanya berwarna putih hingga biru kehijauan.

BERCAK PUTIH/WHITE SPOT/Ich
Penyakit disebabkan oleh parasit ichtyophtirius
Tanda – tanda :
Muncul bercak – bercak putih pada tubuh ikan.

BUSUK MULUT
Penyakit ini biasanya di timbulkan oleh bakteri fexibaktercolumnaris.
Tanda – tanda ;
Mulut ikan tampak putih seperti di tumbuhi jamur

PENYAKIT KAPAS – CATTON WOOL
Penyakit ini di timbulkan oleh jamur saprolegnia
Tanda – tanda : munculnya serabut putih yang menempel pada tubuh ikan yang sangat menyerupai kapas.

AEROMONAS, BLOOD STREAKS
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Aeromonashyrophilia, biasanya penyakit ini terjadi bersamaan dengan blood streaks, finrot, tail rot biasa timbul karena lingkungan hidup yang kurang baik.
Tanda – tanda :
Pada awalnya sirip atau ekor terlihat suram kemudian membusuk dan menimbulkan bekas luka seperti berdarah kemudian meyebar keseluruh tubuh, bila sudah parah akan menyerang tubuh ikan sehingga tubuh ikan seperti memerah seperti terlihat pembuluh darahnya atau seperti lebam bekas luka terpukul.

BERBAGAI KUTU, KUTU JARUM,PARASIT LAIN- FISH LICE
(kutu jarum / anchor worm) (kutu)
Tanda – tanda :
Terlihat ada binatang bulat berwarna bening menempel pada badan dan siripikan (kutu)
Ada semacam jarum menancap pada sirip atau badan koi (kutu jarum, anchor worm) tampak jamur bergerombol menempel pada ikan (hexamita). Ikan biasanya sering flashing, melompat, atau menggesekkan badannya pada dinding.

MATA BENGKAK & MATA BERKABUT (POPPING EYE & CLOUDY EYE)
Mata bengkak sebenarnya tidak berbahaya namun akan merusak keindahan ikan hias
Tanda – tanda ;
Mata ikan membengkak seperti hendak keluar

BINTIL / CACAR / JERAWAT
Penyakit ini biasa menyerang pada bagian sisik ikan, yang di timbulkan sejenis cacing yang hidup dibawah sisik ikan.
Tanda – tanda : Ada bintil berwarna merah di sisik ikan meyerupai bintil – cacar atau jerawat, bila di congkel ada semacam cacing kecil didalamnya.

INTERNAL INFEKSI
Dari berbagai penyakit yang biasa menyerang ikan hias, internal infeksi merupakan penyakit yang paling menakutkan, bukan karena sulitnya penyembuhan melainkan karena sulitnya untuk pendeteksian secara dini sehingga dapat segera di obati, seringkali kita tidak dapat mengetahui kalau ikan sakit. Hal ini sering terjadi pada ikan hias ukuran kecil.
Tanda – tanda :

Secara fisik tidak ada tanda – tanda, biasanya ikan berenang timbul tenggelam, kehilangan keseimbangan, dan tidak mampu berenang secara normal.

Selasa, 09 Mei 2017

PEMANFAATAN LIMBAH IKAN MENJADI PRODUK MAKANAN OLAHAN



           Ikan telah diketahui merupakan bahan pangan yang memiliki nilai gizi yang sangat tinggi baik untuk protein, lemak ataupun mineral. Berbagai kandungan gizi ini tidak terbatas hanya pada daging tetapi juga pada bagian ini seperti kulit dengan kandungan lemak tidak jenuhnya dan tulang untuk mineral seperti kalsium.
          Sekarang ini telah berkembang jenis olahan yang beragam, baik yang diusahakan pengolah skala kecil (tradisional) maupun pengolah skala besar (industri). Jenis olahan tersebut kebanyakan belum memanfaatkan secara maksimal seluruh bagian ikan sehingga pada beberapa daerah masih ditemukan bahan yang terbuang sebagai limbah. Untuk pengolahan fillet misalnya, bagian yang termanfaatkan hanya daging, sementara kulit dan tulangnya dan sisa dagingnya hanya termanfaatkan untuk pakan yang nilai tambahnya sangat kecil atau hanya terbuang sebagai limbah.
          Untuk itulah dalam pembahasan ini akan ditampilkan beberapa cara pengolahan bagian-bagian ikan yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Jenis pengolahan tersebut antara lain biscuit dan mie ikan yang memanfaatkan tulang serta kerupik yang memanfaatkan kulit.
Pengolahan Mie Basah Dengan Penambahan Tepung Ikan 
 Peralatan :
· Baskom plastik
· Wajan
· Kompor
· Roller pencetak mie
· Mangkuk plastik kecil
· Timbangan kue digital elektrik
Bahan :
· Tepung terigu
· Garam
· Soda kue (Na2CO3)
· Telur ayam
· Penyedap
· Air
· Minyak goreng
· Tepung tapioka
· Tepung tulang ikan
:
:
:

:
:
500 g
10 g
2,5 g

75 g
1,5 g
1,30 g
25 g
7 g
50 g

Proses pembuatan :
·    Dilakukan pencampuran terigu dengan telur dan tepung tulang ikan serta di tambah sedikit demi sedikit garam, Na2CO3 penyedap yang telah dilarutkan dalam air dengan cara peremasan sehingga tercampur secara merata. Untuk memperoleh adonan yang lunak, halus serta elastis.
·      Proses selanjutnya pembentukan lembaran adonan yang bertujuan untuk menghaluskan serat-serat gluten yang dimulai dengan melewatkan adonan yang dibentuk bulat-bulat pada roll press pada ukuran yang agak lebar sampai akhirnya menyempit sampai ukuran yang ditentukan.
·      Pencetakan mie sambil dibalur tepung tapoika.
·      Perebusan selama 3 menit
·      Penirisan dan dibalur minyak goreng.
Pangolahan Biskuit dari Tepung Tulang Ikan
Bahan
Alat
· Tulang ikan
· Tepung terigu
· Margarine
· Garam
· Ragi
· Gula pasir
· Air
· Panci presto
· Wajan penggorengan
· Penggilingan daging
· Penggilingan adonan
· Baskom
· Pencetakan kue
· Oven

Pembuatan tepung tulang ikan :
·      Tulang ikan yang mengandung sumber mineral kalsium dibersihkan dari sisa daging dan kotoran lain, dicuci bersih dan dipotong menjadi ukuran yang agak kecil.
·      Tulang kemudian direbus selama 12 jam (14 jam bertahap)
·      Cuci kembali dengan air, selanjutnya direndam dengan larutan jeruk nipis (1 bagian air jeruk : 9 bagian air).
·      Cuci kembali dengan air
·      Selanjutnya kukus dengan panci bertekanan selama 1 jam.
·      Tulang yang telah lunak kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 60oC selama 3 jam
·      Tulang yang kering, selanjutnya digiling halus dan diayak dengan ayakan berukuran 100 mesh.
·      Hasil akhir berupa tepung tulang yang putih dan bersih.
 Pembutan Biskuit Tepung Tulang  Ikan
·      Air dan garam diaduk merata (pisahkan)
·      Campurkan secara merata tepung terigu 80 gr, ragi 3 gr, margarine 50 gr, tepung tulang 20 gr dan gula 4 gr.
·      Air garam dan campuran bahan kemudian diaduk/dicampur dengan tangan hingga rata dan licin.
·      Adonan campuran diperam selama 30 menit.
·      Selanjutnya adonan digilas dan dicetak tipis (umumnya berbentuk persegi panjang kecil). Di atas loyang setelah itu di panggang dalam oven sampai kering hingga berwarna kecoklatan.
·     Didinginkan sagon yang sudah kering dan berwarna kuning kecoklatan, selanjutnya sagon siap untuk dikemas.
 Pengolahan Keripik Kulit Ikan 
 Peralatan

·      Pisau
·      Talenan
·      Nyiru
·      Baskom
·      Wajan
Resep 1


Bahan
·      Kulit ikan 0,5 kg
·      Garam 5 gr
Cara pembuatan :
·      Kulit ikan dari hasil fillet, dibersihkan dari sisik dan daging yang menempel.
·      Kulit dicuci sampai terlihat bersih, kemudian ditiriskan beberapa saat.
·      Selanjutnya dilakukan penimbangan kulit, garam 1% dari berat kulit bersih.
·      Kulit dan garam kemudian diaduk-aduk sampai rata.
·      Kulit yang telah digarami, disusun di atas tampah/nyiru dengan rapi.
·      Selanjutnya nyiru dengan susunan dijemur di bawah sinar matahari sampai kering.
·      Kulit yang telah cukup kering dipotong-potong dengan ukuran yang lebih kecil dan selanjutnya sapat di kemas dalam plastik.
·      Untuk konsumsi kulit kering ini dapat langsung digoreng.
Resep 2
Bahan
·      Kulit ikan
·      Garam
·      Larutan kapur 2,5%
·      Larutan cuka 5%
·      Tepung tapioka
·      Minyak goreng
Cara pembuatan :
·      Kulit ikan yang merupakan limbah hasil fillet dicuci dan dibersihkan kemudian di rendam dalam larutan kapur selama 30 menit.
·      Kulit hasil rendaman kemudian dibilas/dibersihkan dan selanjutnya direndam dalam larutan cuka beberapa menit.
·      Setelah ditiriskan beberapa saat, kulit selanjutnya diblancing dengn dicelupkan ke dalam air panas (<1000C) selam kurang lebih 10 menit atau dimana kulit mulai mengembang.
·      Setelah diblancing, kulit kemudian dikeringkan selama 2 hari, bila cuaca cerah. Bahan harus cukup kering dengan kadar air 12%.
·      Bahan yang telah kering dan siap digoreng ini kemudian dipotong-potong dengan ukuran sesuai selera.
·      Untuk penyajian, kulit-kulit kering dapat langsung di goreng dalam minyak dan dikemas.

Sumber : Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan

  MENGENAL IKAN SCORPION Mengingat permintaan ikan hias dari tahun ketahun terus meningkat, maka Ikan  Skorpion Volitan (Pterois ...