Kamis, 13 September 2018

BUDIDAYA IKAN NILA MERAH


I.       PENDAHULUAN
Ikan Nila (Oreochromis spp) merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Selain itu juga merupakan komoditas penting dalam kegiatan usaha budidaya ikan air tawar. Lebih dari 100 spesies Ikan Nila tersebar di beberapa daerah tropis, seperti Asia, Afrika, dan Amerika.

Ikan asli perairan di lembah Sungai Nil, Afrika ini didatangkan (introduksi) ke Indonesia pada Tahun 19969, 1990, dan 1994 yang masing-masing berasal dari Taiwan, Thailand, dan Filiphina. Kontrol pengelolaan yang tidak sesuai dengan ajuran menyebabkan kualitas ikan ini semakin lama semakin menurun terutama dari segi pertumbuhan dan kemampuan memanfaatkan protein pakan menjadi daging (FCR). Hal ini mendorong dilakukannya introduksi jenis yang lebih unggul lagi salah satunya Ikan Nila Merah Bangkok.

Ikan Nila Merah yang didatangkan pertama kali ke Indonesia sekitar Tahun 1981 merupakan salah satu ikan air tawar yang banyak diminati dikarenakan memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah warna merahnya yang menarik dan selintas mirip Kakap Merah sehingga yang berukuran besar disebut sebagai sea bream. Selain itu Nila Merah juga memiliki keunggulan lain yakni tahan (resisten) terhadap kondisi kualitas air yang buruk dan toleransi terhadap berbagai kondisi lingkungan, memiliki kemampuan yang efisien dalam membentuk protein kualitas tinggi dari bahan organic, dan limbah domestic, serta mudah tumbuh dalam sistem budidaya intensif.

Nila Merah yang selama ini dikenal dan dikembangkan di Indonesia merupakan hasil silangan antara Oreochromis hornorum dengan Oreochromis mossambicus. Sementara Nila Merah yang berasal dari Taiwan merupakan hasil persilangan antara Oreochromis niloticus dengan Oreochromis aureus.

II.    DESKRIPSI IKAN NILA MERAH
2.1        Sistematika Ikan Nila Merah
Berdasarkan tingkatan taksa dalam menentukan silsilah (taksonomi), Nila Merah Bangkok (Oreochromis sp) diklasifikasikan sebagai berikut :
·         Kingdom
:
Animalia
·         Filum
:
Chordata
·         Subfilum
:
Vertebrata
·         Kelas
:
Pisces
·         Subkelas
:
Teleostei
·         Ordo
:
Perchomorphi
·         Subordo
:
Perchoidae
·         Famili
:
Chiclidae
·         Genus
:
Oreochromis
·         Spesies
:
Oreochromis sp

2.2        Morfologi
Secara morfologi Ikan Nila Merah dapat diketahui melalui ciri-ciri umum yang dimilikinya antara lain memiliki garis-garis warna kea rah vertical pada badan dan ekor serta sirip punggung dan sirip dubur. Warnanya kemerah-merahan atau kekuning-kuningan atau keputih-putihan. Tubuhnya memanjang dan ramping. Sisik berbentuk stenoid berukuran besar dan kasar. Jumlah sisik pada gurat sisi 34 buah. Sirip punggung dan sirip perut mempunyai jari-jari lemah dank eras yang tajam seperti duri.


Gambar 1. Morfologi Ikan Nila Merah

2.3        Kebiasaan Makan dan Berkembang Biak

Ikan Nila Merah memiliki kebiasaan makan dan beraktivitas di siang hari. Sebagai ikan pemakan segala (omnivora), Ikan Nila Merah mampu secara efektif mencerna dan menghasilkan protein dari berbagai jenis pakan yang disukainya baik yang berasal dari nabati atau hewani. Hal unik dari kebiasaan makan Ikan Nila Merah adalah selalu terlihat kelaparan atau mencari-cari pakan yang menempel dipermukaan dinding pematang atau jaring.

Berdasarkan sifat atau perilaku reproduksinya, tilapia (meliputi nila, mujair, aereus, dan jenis lainnya) dapat digolongkan dalam tiga kelompok, yaitu sebagai berikut :
a)   Tilapi spp. Mempunyai sifat menempelkan telurnya pada substrat.
b)   Oreochromis spp. Mengasuh telur dan anaknya di mulut induk betina.
c)   Saritherodon spp. Mengasuh telur dan anaknya secara bersama-sama antara induk jantan dan betina

III.TEKNIK BUDIDAYA

Ikan Nila Merah dapat dibudidayakan di kolam dengan cara tradisional, semi intensif, dan intensif. Syarat untuk budidaya Ikan Nila Merah adalah air pemasukan tidak terlalu besar, tidak terlalu jernih, tidak mengandung bahan limbah dan beracun.

3.1        Pembenihan
a)   Pematangan Gonad Induk
Induk Nila Merah dimatangkan gonadnya dalam bak semen berukuran (10 x 5 x 1 m3) dengan ketinggian air 0,8 m dan kepadatan 2 – 3 ekor/m2. Bak dilengkapi dengan aerasi dari blower sebanyak 10 titik per bak dengan kadar oksigen minimal mencapai 5 ppm. Bak diberi atap dengan tujuan untuk mengurangi sinar matahari yang masuk sehingga dapat menekan laju tumbuh plankton.
Pergantian air dilakukan sebanyak 20% tiap dua hari. Pemeliharaan induk untuk pematangan gonad dilakukan secara terpisah antara jantan dan betina. Pakan yang diberikan berupa pellet komersial untuk induk dengan kadar protein minimal 30% sebanyak 3% dari total biomassa dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore.

b)   Seleksi Induk
Pengambilan induk yang matang gonad dilakukan setelah pemeliharaan selama 15 hari dengan cara menyeleksi. Induk betina diseleksi berdasarkan bentuk perutnya, yakni bagian perut kelihatan buncit, lembut bila diraba dan beratnya minimal 400 g/ekor. Sedangkan induk jantan diseleksi berdasarkan ukuran berat dan kondisi insuk.
Berikut ini adalah criteria induk matang gonad, diantaranya :
Ø  Umur induk minimal 8 – 10 bulan,
Ø  Tidak cacat, panjang badan minimal 25 – 30 cm,
Ø  Ukuran tubuh (panjang : lebar) proporsional,
Ø  sisik teratur,
Ø  Perut telah mengembang ke arah lubang anus (betina),
Ø  Alat kelamin panjang dan membulat diujung (betina),
Ø  Alat kelamin jantan kecil meruncing, bila diurut mengeluarkan sperma.

c)   Proses Pemijahan
Pemijahan Ikan Nila dilakukan secara alami dengan mencampurkan induk jantan dan betina hasil seleksi ke dalam bak semen (ukuran 10 x 5 x 1 m3), bak yang digunakan adalah bak yang tidak diberi atap dengan tujuan untuk mempercepat pertumbuhan plankton sebagai sumber pakan alami bagi larva setelah menetas. Perbandingan induk jantan dan betina dalam pemijahan adalah 1 : 3. Bak pemijahan juga dilengkapi dengan aerasi sebanyak 10 titik. Lama pemijahan 15 hari dan panen larva dilakukan setelah hari ke 15. Selama pemijahan induk diberi pakan pellet induk sebanyak 1% dari biomassa dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari. 

d)   Panen Larva
Pemanenan larva dilakukan dengan cara mengurangi air bak hingga ketinggian 20 cm. Induk ditangkap terlebih dahulu dengan jaring induk (mesh size > 0,5 inchi) dan dipisahkan antara jantan dan betina untuk dimatangkan gonadnya kembali. Larva Nila Merah yang baru menetas mempunyai panjang 2 mm dengan berat rata-rata 0,02 mg/ekor. Penangkapan larva dilakukan dengan jaring larva (mesh size < 1 mm) sampai habis dan dihitung untuk mencari jumlah total larva yang dihasilkan dan selanjutnya dimasukkan dalam bak pendederan.

e)   Pendederan
Pendederan larva dilakukan dalam bak semen ukuran (6 x 2 x 1 m3) dengan ketinggian air 0,8 m. Lama pemeliharaan 30 hari dan diberikan pakan pellet komersial dengan kadar protein minimal 28% dengan cara menambah ukuran pellet setiap tahapan ukuran larva.
3.2        Pembesaran
Teknik pembesaran Ikan Nila Merah dapat dilakukan di beberapa wadah budidaya diantaranya pembesaran di KJA, KAD, dan pembesaran di Kolam Air Tenang. Pembesaran di kolam air tenang memungkinkan para pembudidaya untuk melakukan efisiensi penggunaan pakan buatan. Debit air yang relative rendah memungkinkan bagi pertumbuhan pakan alami.

a) Persiapan Sarana
Ukuran kolam yang digunakan dapat bervariasi antara 100 – 1000 m2 tergantung luas lahan yang tersedia. Namun demikian ukuran kolam yang ideal adalah 500 m2. Untuk mengakomodir teknik pembesaran Ikan Nila Merah di kolam air tenang ukuran 100 m2, dibuat kolam sebanyak 8 buah. Alat yang diperlukan antara lain 2 buah hapa ukuran 2 x 2 x 1 m dengan mesh size 5 mm, 4 buah lambit/seser, dan sebuah jaring.

b) Persiapan Kolam
Kolam pembesaran yang akan digunakan terlebih dahulu dikeringkan selama 3 – 7 hari agar penyakit dan parasit yang ada sebelumnya hilang. Bersamaan kegiatan pengeringan ini juga dilakukan perbaikan pematang yang yang rusak/bocor, pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang dengan dosis 250 g/m2, serta pengapuran dengan dosis 25 – 100 g/m2.

c)  Penebaran Benih
Benih yang digunakan untuk pembesaran di kolam air tenang berukuran 20 – 30 g/ekor. Bila pembudidaya menghendaki selama masa pemeliharaan sumber pakan dibantu dengan pakan alami hasil pemupukan, maka jumlah benih yang ditebar sebanyak 10 ekor/m2. Sedangkan bila semua pakan bersumber dari pakan buatan, maka jumlah benih yang ditebar sebanyak 20 ekor/m2.
Benih yang akan ditebar sebaiknya disucihamakan terlebih dahulu dengan cara direndam dalam larutan kalium permanganate (PK) dosis 4 – 5 mg/liter selama 15 – 30 menit. Untuk menghindari terjadinya stress pada benih yang akan ditebar sebaiknya penebaran dilakukan pada suhu rendah (pagi atau sore hari) dan terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi terhadap suhu.

d) Pemberian Pakan
Pemberian pakan dapat dilakukan secara langsung (ditaburkan) atau menggunakan alat (automatic feeder). Frekuensi pemberian pakan minimal dilakukann 3 kali sehari dengan jumlah 3-4% bobot biomass ikan. Karena ikan terus mengalami pertumbuhan sehingga bobotnya pun meningkat, maka bobot pakan yang diberikan pun semakin hari semakin meningkat. Agar pemberian pakan dapat dilakukan secara efisien, maka perlu dilakukan sampling atau pengambilan contoh ikan untuk menentukan jumlah pakan yang harus diberikan. Dengan mengalikan bobot rata-rata ikan dalam kolam dengan jumlah ikan yang ada di kolam maka dapat diketahui jumlah pakan yang harus diberikan.
Pembesaran Ikan Nila Merah di kolam air tenang dapat dilakukan sebanyak 3-4 siklus pertahun. Dengan kata lain, lama pemeliharaan ikan dilakukan selama 3-4 bulan. Dengan jangka waktu sedemikian, ukuran ikan yang dipanen dapat mencapai rata-rata 350 g/ekor.

e) Panen
Pemanenan merupakan tahap akhir dari  usaha pembesaran Ikan Nila Merah. Dari hasil panen yang diperoleh dapat diketahui tingkat keberhasilan dari usaha yang dilakukan. Pemanenan sebaiknya dilakukan secara hati-hati tetapi secepat mungkin.
Pemanenan Ikan Nila Merah di kolam air tenang dilakukan setelah bobot ikan mencapai 250-350 g/ekor. Pemanenan dilakukan dengan cara menjaring atau dengan menyurutkan tinggi air dalam kolam. Dengan konstruksi kolam yang mempunyai kobakan, ikan dapat diatur sehingga tertampung dalam kobakan. Panen dilakukan pada pagi hari karena suhu air masih relative rendah sehingga ikan akan lebih tenang.


Gambar 2. Ikan Nila Merah Ukuran Konsumsi siap Panen

Sebelum dipasarkan, ikan-ikan hasil panen ditampung terlebih dahulu dalam sebuah wadah tanpa diberi pakan (pemberokan). Pemberokan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi tingkat kematian ikan pada saat pendistribusian.

IV.  PASCA PANEN

4.1        Penampungan
Penampungan ikan hasil produksi di kolam air tenang sebaiknya dilakukan dalam wadah yang terpisah dengan wadah pembesaran. Wadah tersebut dapat berupa hapa dengan mesh size 0,5 cm, jaring atau bak. Tempat penampungan sebaiknya memiliki sirkulasi air yang baik sehingga kandungan oksigen terlarut cukup untuk menyuplai kebutuhan ikan. Sirkulasi air yang kurang baik dapat ditanggulangi dengan menambahkan sarana aerasi.

4.2        Pengangkutan
Secara umum pasar menghendaki ikan dalam keadaan hidup atau mati segar. Hal ini mempengaruhi terhadap metode atau cara pengangkutan yakni pengangkutan secara terbuka dan tertutup. Ikan yang diangkut tanpa sarana pendingin sebaiknya dilakukan pada pagi, sore, atau malam hari dimana suhu lingkungan relative rendah sehingga membantu menekan laju metabolism dan aktivitas ikan lainnya.

a) Pengangkutan Sistem Terbuka
Disebut terbuka karena selama pengangkutan ikan ditempatkan dalam wadah yang dapat bersinggungan langsung dengan udara terbuka. System ini hanya efektif  dilakukan untuk jarak dan waktu tempuh singkat. Sedangkan untuk jarak jauh harus dilengkapi dengan tabung oksigen yang berfungsi menyuplai kebutuhan oksigen selama dalam perjalanan. Saat ini para pembudidaya sudah sering menggunakan drum plastik dan bak serat kaca (fibre glass) untuk pengangkutan. Drum plastik dilubangi salah satu sisinya kemudian ditutup kembali dengan engsel sehingga bias dibuka-tutup.

b) Pengangkutan Sistem Tertutup
Pengangkutan system tertutup merupakan suatu cara pengangkutan ikan menggunakan wadah yang dapat menampung dan menahan oksigen murni untuk kebutuhan ikan bernafas. Wadah yang digunakan biasanya berupa kantong plastik dengan perbandingan air dan oksigen 1 : 2-3 bagian.
Kepadatan ikan setiap kantong tergantung pada ukuran ikan dan waktu tempuh. Sebagai contoh, bila ukuran ikan 250-350 g/ekor dengan waktu tempuh 5-8 jam maka jumlah ikan per kantong sekitar 5 kg. Hal lain yang harus diperhatikan adalah karakteristik Ikan Nila Merah yang memiliki sirip berjari-jari keras sehingga kantong plastik pengangkut ikan sebaiknya diikat rangkap tiga untuk menghindari kebocoran selama pengangkutan.


DAFTAR PUSTAKA

Siregar Djariah, Abbas. Nila Merah Pembenihan dan Pembesaran Secara Intensif.


12
 
Sucipto Adi, dan Eko Prihartono. Pembesaran Nila Merah Bangkok di Karamba Jaring Apung, Kolam Air Deras, Kolam Air Tenang, dan Karamba.


Senin, 10 September 2018

BUDIDAYA IKAN MAS


I.    PENDAHULUAN

Ikan Mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Ikan Mas merupakan spesies yang sudah lama dibudidayakan dan terdomestikasi dengan baik. Dengan daya adaptasi yang tinggi Ikan Mas mampu hidup mulai di dataran rendah sampai tinggi (1800 m dpl).

Di Indonesia Ikan Mas mulai dipelihara pada Tahun 1920 yang merupakan ikan hasil introduksi dari China, Taiwan, Jepang dan Eropa. Dalam perkembangannya terbentuk ras-ras atau strain-strain Ikan Mas baik secara alami maupun secara pembudidayaan dalam kurun waktu yang cukup lama. Ras-ras Ikan Mas yang berwarna terang diduga adalah keturunan dari eropa dan yang berwarna gelap diperkirakan keturunan dari China. Sedang Ikan Mas yang hasil seleksi di Indonesia adalah Ikan Mas strain Punten dan Majalaya.

Usaha pemeliharaan Ikan Mas telah berkembang pesat di kolam biasa. Usaha ini semakin berkembang dengan ditemukannya teknologi pemeliharaan secara intensif seperti KJA (Keramba Jaring Apung) dan KAD (Keramba Air Deras).

II. DESKRIPSI IKAN MAS
 1.1        Sistematika Ikan Mas
Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi Ikan Mas adalah sebagai berikut :
·         Filum
:
Chordata
·         Subfilum
:
Vertebrata
·         Induk Kelas
:
Pisces
·         Kelas
:
Osteichthyes
·         Subkelas
:
Actinopterygii
·         Ordo
:
Cypriniformes
·         Subordo
:
Cyprinoidei
·         Famili
:
Cyprinidae
·         Genus
:
Cyprinus
·         Spesies
:
Cyprinus carpio

1.2        Morfologi

Dilihat dari bentuk sisik dan warnanya, strain Ikan Mas terdiri dari beberapa jenis diantaranya: Majalaya, Punten, Sinyonya, domas, Merah, Kumpai, dan kaca (Mirror). Secara morfologi Ikan Mas memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan tidak terputus, pola sisik penuh dan teratur dengan tipe sisik sikloid. Tubuh Ikan Mas agak memanjang dan memipih tegak (compressed), mulut terletak diujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil), bagian anterior mulut terdapat 2 pasang sungut. Perbandingan antara panjang standar terhadap tinggi badan adalah 2,30 : 1,00. Sirip ekor bercagak. Jumlah sisik pada gurat sisi adalah 26-33, dengan rumus jari-jari sirip punggung D.3. 15-17, sirip dada P.1. 12-17, sirip perut V.1. 6-8, dubur A.3. 4-6, dan sirip ekor C.12-16



Gambar 1. Morfologi Ikan Mas

1.3        Siklus Hidup dan Kebiasaan Makan

Siklus reproduksi Ikan Mas dimulai di dalam gonad yakni ovarium pada betina sebagai penghasil telur dan testis pada jantan yang menghasilkan spermatozoa. Pemijahan Ikan Mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Secara umum pemijahan terjadi pada malam hari.

Telur Ikan Mas bersifat adhesif (melekat pada substrat), berbentuk bulat dan bening dengan ukuran rata-rata diameter 1,5 – 1,8 mm dan bobot 0,17 – 0,20 mg. Telur yang telah dibuahi akan menetas setelah 2-3 hari. Larva Ikan Mas memiliki kantong kuning telur yang akan habis dalam waktu 2-3 hari setelah menetas. Larva kemudian berubah menjadi benih (kebul) yang memerlukan makanan dari luar berupa pakan alami dengan kebutuhan per hari adalah sebanyak 60% - 70% dari bobotnya. Setelah tumbuh selama 2-3 minggu, kwbul tumbuh menjadi burayak yang sudah menyeruapi Ikan Mas dewasa dengan ukuran panjang 1-3 cm dan bobot 0,1 – 0,5 g.

Secara umum Ikan Mas mempunyai sifat-sifat sebagai hewan air omnivora (pemakan segala) yang lebih condong ke sifat hewan karnivora (pemakan daging).

II.   TEKNIK BUDIDAYA

2.1        Pembenihan
a)   Pemeliharaan Induk
Induk Ikan Mas dipelihara di kolam dengan kepadatan 0,51 ekor/m2, sedangkan apabila dipelihara di KAD dan KJA kepadatannya 5 ekor/m2. Induk diberi pakan berupa pellet dengan kandungan protein 30% sebanyak 2-3% dari berat tubuh yang diberikan 3 kali/hari. Pada pemeliharaan induk ini, induk jantan dan betina sebaiknya dipelihara secara terpisah baik di kolam maupun di bak beton yang dilengkapi dengan pintu pemasukan dan pengeluaran dengan kedalaman 80-100 cm.

b)   Pemilihan Induk Matang Gonad
Usaha pembenihan Ikan Mas dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu secara tradisional, semi intensif, dan secara intensif. Dalam proses pembenihan Ikan Mas, pemilihan induk berkualitas dan telah siap mijah menjadi salah factor yang dapat mempengaruhi terhadap keberhasilan proses pemijahan.
Ciri-ciri induk jantan dan betina unggul yang sudah matang gonad adalah sebagai berikut :
·    Umur betina 1,5 – 2 tahun dengan berat 2 kg/ekor, sedangkan umur jantan minimum 8 bulan dengan berat minimal 0,5 kg/ekor;
·        Tubuh mulus, sehat, dan tidak cacat;
·        Tutup insang tebal, lensa mata tampak jernih;
·         Sisik tersusun rapih, cerah tidak kusam;
Sedangkan untuk membedakan antara induk jantan dan betina dapat dilihat ciri-ciri sebagai berikut :
(1) Betina
·    Bagian perut membesar, buncit dan lembek;
·    Gerakan lambat; dan
·    Jika perut dipijat ke arah anus keluar cairan berwarna kuning
(2) Jantan
·    Badan tampak langsing;
·    Gerakan lincah dan gesit; dan
·    Jika perut dipijat kea rah anus keluar cairan berwarna putih.

c)   Proses Pemijahan
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemijahan Ikan Mas diantaranya :
·         Dasar kolam tidak berlumpur, tidak bercadas;
·   Air tidak keruh dengan kandungan oksigen terlarut cukup dan suhu berkisar 250C;
·       Diperlukan bahan penempel telur/substrat berupa ijuk atau tanaman air;
·  Perbandingan induk jantan dan betina adalah 1 : 1, artinya 1 Kg betina berbanding 1 Kg jantan
Proses pemijahan diawali dengan memasukkan induk pada sore hari ke dalam kolam pemijahan. Proses pemijahan biasanya berlangsung dimulai sejak tengah malam hingga menjelang subuh yang ditandai dengan induk betina yang loncat-loncat. Keesokan harinya induk diangkat dan dipindahkan ke kolam pemeliharaan induk, sedangkan telur dibiarkan dalam kolam pemijahan untuk selanjutnya ditetaskan. Penetasan telur membutuhkan waktu 2 – 3 hari

d)   Proses Pendederan
Pendederan Ikan Mas dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
Ø  Tahap I : Umur benih yang disebar sekitr 5-7 hari (uk. 1-1,5 cm); padat tebar benih 100-200 ekor/m2 dengan lama pemeliharaan 1 bulan;
Ø  Tahap II : Ukuran benih 2-3 cm; padat tebar 50-75 ekor/m2 dengan lama pemeliharaan 1 bulan;
Ø  Tahap III : Ukuran benih 3-5 cm; padat tebar 25-50 ekor/m2 dengan lama pemeliharaan 1 bulan; dan
Ø  Tahap IV : ukuran benih 5-8 cm; padat tebar 3-5 ekor/m2 dengan lama pemeliharaan 1 bulan. Benih yang dihasilkan berukuran 8-12 cm.

2.2        Pembesaran

a)   Persiapan Kolam
Kolam untuk pembesaran ikan harus memiliki pematang yang lebih kuat dengan ketinggian 100-120 cm dan lebar bagian atas pematang ± 100 cm. Kemudian pada pintu pemasukan dipasang saringan untuk mencegah masuknya ikan-ikan liar. Dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan dan pada bagian tengah dasar kolam dibuat saluran yang fungsinya untuk memudahkan pada saat pemanenan.
Untuk menumbuhkan pakan alami, dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang dosis 100-150 kg/ha atau pupuk buatan (urea dan TSP) dengan dosis 100-150 kg/ha tergantung kesuburan kolam. Pemupukan dilakukan dengan cara disebar merata didasar kolam kemudian diisi air setinggi 5-10 cm dan biarkan selama 2-3 hari. Setelah pakan alami terlihat tumbuh, kemudian dilakukan pengisian air secara bertahap hingga mencapai ketinggian 60-80 cm. Selain itu, bersamaan kegiatan pemupukan juga dapat dilakukan pengapuran dengan kapur mati sebanyak 100 kg/ha. Pengapuran ini berfungsi untuk menaikkan nilai pH.

b)   Penebaran Benih
Pembesaran Ikan Mas umumnya dapat dilakukan baik secara monokultur maupun polikultur. Padat penebaran banih ikan sangat dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya adalah ukuran ikan. Semakin besar ukuran ikan, maka padat tebarnya semakin sedikit. Sebagai gambaran padat tebar ikan di kolam dapat diikuti sebagai berikut :
Ø  Benih ukuran 2-3 cm, padat tebar 5-10 ekor/m2,
Ø  Benih ukuran 3-8 cm, padat tebar 3-5 ekor/m2,
Ø  Benih ukuran 8-12 cm, padat tebar 1-2 ekor/m2.
Selain jumlah padat tebar, hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses penebaran benih Ikan mas adalah waktu penebaran serta cara penebaran. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada saat suhu lingkungan masih relatif rendah yakni pada pagi atau sore hari. Sebelum benih ditebar, sebaiknya dilakukan aklimatisai (adaptasi) terlebih dahulu dengan cara membiarkan kantong pengangkut benih terapung di kolam pembesaran selama beberapa saat (15-30 menit). Perlakuan hal-hal tersebut diatas dimaksudkan untuk mengurangi tingkat stress pada benih yang akan ditebar.

c)   Pemberian Pakan
Untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal, ikan harus cukup makanan yang bergizi. Makanan ikan sebagian besar digunakan sebagai sumber tenaga dan mempertahankan kondisi, selebihnya digunakan untuk pertumbuhan. Jika makanan yang dikonsumsi ikan hanya cukup untuk fungsi yang pertama, praktis ikan akan lambat pertumbuhannya. Oleh karena itu, selain penggunaan pakan alami yang dihasilkan dari proses pemupukan, Ikan Mas yang dipelihara juga dapat diberikan pakan tambahan dengan kadar protein tinggi. Salah satu bentuk pakan tambahan yang biasa dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan ikan adalah pellet.
Pellet yang digunakan untuk pembesaran Ikan Mas adalah pellet dengan kadar protein sekitar 40%. Jumlah pakan yang diberikan adalah 2-3% dari bobot biomas ikan di kolam. Frekuensi pemberian pakan dilakukan sebanyak 2-3 kali sehari. Dengan pemberian pakan yang baik, pertambahan berat badan ikan dapat mencapai 25-35% setiap bulan dari berat awalnya. Untuk mencapai ukuran konsumsi, umumnya Ikan Mas dipelihara selama 4-6 bulan.

d)   Panen
Umumnya pemanenan Ikan Mas ukuran konsumsi dilakukan setelah pemeliharaan selama kurun waktu 4-6 bulan. Proses pemanenan dapat dilakukan dengan dua cara yakni dengan cara pengeringan kolam dan tanpa pengeringan kolam.
Pemanenan yang dilakukan dengan cara pengeringan kolam umumnya dilakukan pada kolam-kolam pembesaran yang ukurn kolamnya relatif luas dengan kondisi kolam dapat dikeringkan. Namun demikian pada kolam-kolam yang kondisinya tidak dapat dikeringkan, maka pemanenan dilakukan dengan cara mendesak ikan dengan menggunakan jaring semacam jaring arad ke arah yang lebih sempit, kemudian dilakukan penangkapan dengan menggunakan seser. Sedangkan pemanenan yang dilakukan tanpa mengeringkan kolam biasanya dilakukan pada kolam-kolam yang ukurannya relatif sangat kecil seperti pada kolam air deras yang umumnya berukuran 20 m2. Dengan ukuran kolam yang kecil, pemanenan dapat dilakukan dengan menggunakan seser yang agak besar.


 Gambar 2. Ikan Mas ukuran konsumsi siap panen

III.  PASCA PANEN

Setelah kegiatan pemanenan, selanjutnya adalahkegiatan penanganan pasca panen. Kegiatan pasca panen meliputi penampungan hasil panen dan pengangkutan.

3.1        Penampungan
Sebaiknya ikan-ikan hasil panen terlebih dahulu ditampung dalam wadah penampungan sementara sebelum didistribusikan. Oleh sebab itu wadah penampungan sebaiknya dipersiapkan terlebih dahulu sebelum proses panen dilakukan. Wadah penampungan hasil panen sebaiknya mamiliki sirkulasi yang baik sehingga kandungan oksigen terlarut cukup untuk memenuhi kebutuhan ikan. Wadah penampungan dapat berupa jaring/hapa yang ditempatkan pada sebuah kolam terpisah dengan kolam yang digunakan untuk pembesaran. Selain itu, wadah penampungan juga dapat berupa bak yang dilengkapi dengan sarana aerasi untuk menyuplai kebutuhan oksigen bagi ikan.

3.2        Pengangkutan
Ada 2 (dua) sistem pengangkutan ikan yakni pengangkutan sistem terbuka dan pengangkutan sistem tertutup. Masing-masing sistem dipergunakan tergantung dari kebutuhannya, terutama terhadap lama atau jarak pengangkutan.

a)   Pengangkutan Sistem Terbuka
Pengangkutan sistem terbuka umumnya dilakukan untuk mengangkut ikan dalam jarak dekat dan waktu yang diperlukan relative tidak lama. Wadah yang digunakan dapat berupa karamba atau fibber glass. Untuk jarak yang agak jauh dan memerlukan waktu relative lebih lama, maka dalam perjalanan perlu adanya penambahan oksigen sehingga wadah pengangkutan perlu dilengkapi dengan sarana aerasi.

b)   Pengangkutan Sistem Tertutup
Pengangkutan sistem tertutup umumnya dilakukan untuk mengangkut ikan dengan jarak yang relative jauh dan memerlukan waktu yang relative lama. Umumnya wadah yang digunakan adalah berupa kantong plastic. Yang harus diperhatikan dalam pengangkutan sistem tertutup adalah perbandingan antara oksigen dengan volume air di dalam oksigen kantong. Perbandingan antara volume air dengan oksigen adalah 1 : 2-3 bagian. Artinya, jumlah oksigen di dalam kantong plastic untuk penganglutan 2 kali lebih banyak dibanding dengan volume airnya.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Budidaya Ikan Mas

Anonim. Teknologi Pembenihan Ikan Dalam Rangka Mendukung Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya Untuk Konsumsi Masyarakat

Suseno djoko. Pengelolaan Usaha Ikan Mas.

Susanto Heru. Budidaya Ikan di Pekarangan.


  MENGENAL IKAN SCORPION Mengingat permintaan ikan hias dari tahun ketahun terus meningkat, maka Ikan  Skorpion Volitan (Pterois ...