Benih
teripang dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu benih alami yang dikumpulkan
dari alam dan benih hasil pembenihan buatan di hatchery (panti benih).
BENIH
ALAMI
Benih alami biasanya
banyak ditemukan di kawasan pasang surut yang berdasar lumpur berpasir dan
banyak ditumbuhi tumbuhan laut, seperti ilalang laut dan rumput laut. Benih
alami ini mempunyai ciri sebagai berikut.
-
Bentuk
badan bulat panjang dengan bagian perut merata serta bersekat-sekat melintang
berwarna putih.
- Di
antara sekat-sekat tubuh di bagian punggung terdapat garis-garis hitam.
-
Benih
alami. Banyak ditemukan di kawasan pasang surut yang berdasar Lumpur berpasir
dan ditumbuhi tumbuhan laut
- Kulit
tubuh tebal dan kasar. Jika diraba, terasa kasar seperti ada butiran pasir.
Benih dari alam ini bisa diambil
langsung dengan tangan pada saat air laut surut. Pekerjaan ini
biasa dilakukan oleh nelayan pada waktu malam hari dengan penerangan obor atau
lampu petromaks. Pada malam hari terutama saat air surut, benih teripang cenderung
berada di permukaan pasir sehingga mudah diambil.
Nelayan biasanya
menampung benih tersebut dalam wadah yang berisi air laut. Atau,
sering kali hanya diletakkan di dalam
perahu yang mereka tumpangi dan diberi air laut. Selanjutnya, benih dibawa
ke tempat pembesaran.
Adakalanya pengambilan
benih dilakukan pada siang hari dengan cara menyelam. Pekerjaan ini relatif
lebih sulit jika dibanding pada malam hari karena pada siang hari teripang
lebih suka berlindung di bawah batu karang atau membenamkan diri di bawah pasir
sehingga agak sulit dilihat. Di samping itu, untuk menghindari
panas di siang hari, teripang cenderung memilih perairan yang lebih dalam
dengan gelombang yang tidak terlalu besar dan lokasi cukup terlindung, misalnya
di laguna dan teluk.
Benih yang diambil dari
alam berukuran sekitar 10 cm. Ukuran sebesar ini pada umumnya bisa langsung
dibesarkan pada kurungan pemeliharaan.
BENIH
HASIL PEMBENIHAN BUATAN
a. Sarana Pembenihan
Sarana yang diperlukan
untuk pembenihan teripang buatan tidak begitu banyak, terdiri dari beberapa
buah bak sebagai tempat penampungan induk, pemeliharaan larva, dan kultur
plankton. Bak-bak ini sebaiknya dibuat dengan beton. Namun
demikian, dapat pula dibuat dari kayu yang dilapisi plastik. Beberapa
sarana lain yang diperlukan adalah sebagai berikut.
-
Saringan
pasir untuk menyaring air laut agar betul-betul bersih.
- Bak
penampungan air yang dilengkapi dengan saringan pasir. Ukuran bak ini
disesuaikan dengan kebutuhan air laut untuk penggantian air pada seluruh unit
pembenihan. Penempatan bak diatur supaya gaya gravitasi bisa menyalurkan air
dari satu bak ke bak lainnya.
-
Pipa
penyalur air yang dilengkapi dengan beberapa saringan dengan berbagai ukuran,
1,5 - 2 mikron.
-
Bak
penampungan induk dengan kapasitas 1,5 - 2 ton air, kedalaman bak 0,75 - 1 m.
- Bak
pemijahan dengan kapasitas sekitar 1,5 ton air, berjumlah 2 atau 3 buah dengan
kedalaman sekitar 50 cm.
-
Bak
pemeliharaan larva, berjumlah 10 - 15 buah dengan ukuran (1 x 2 x 0,5)
m.
-
Bak
pemeliharaan juvenil, berjumlah 8 - 10 buah dengan ukuran (2 x 4 x 0,6) m.
-
Bak
plankton, berjumlah 3 - 5 buah dengan ukuran (2 x 4 x 0,75) m.
b. Pemeliharaan
dan Seleksi Induk
Kualitas induk
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan penyediaan
benih melalui pemijahan buatan. Waktu pengambilan induk yang tepat atau
pengalaman tentang musim puncak kematangan gonad merupakan kunci keberhasilan
dalam mendapatkan calon induk yang memenuhi syarat untuk dipijahkan.
Sebelum memulai
kegiatan pengumpulan induk, sebaiknya dilakukan pengambilan contoh atau sampel.
Sampel itu akan memberikan gambaran kepada kita apakah induk siap dipijahkan
atau belum. Pengumpulan yang terlalu cepat dari waktu kematangan gonad akan
menghasilkan induk yang gonadnya belum matang penuh. Sebaliknya, jika
pengumpulannya terlambat, induk akan memijah di laut.
Pengumpulan calon induk
teripang dari laut dapat dilakukan dengan penyelaman pada siang hari. Apabila
dilakukan pada malam hari, harus dibantu dengan alat penerang berupa obor atau
lampu petromaks. Dengan cara ini, induk teripang dapat diambil langsung dengan
tangan. Pada perairan yang agak dalam, induk teripang dapat diambil dari atas
perahu dengan bantuan alat semacam tombak bermata dua yang tumpul.
Alat
penangkap induk teripang
Calon induk teripang
yang diperoleh dikumpulkan dalam wadah yang berisi air laut atau ditaruh di
dalam palka perahu yang telah diisi air laut. Untuk
pengumpulan/pengangkutan calon induk pada siang hari,
sebaiknya wadah penampungan atau palka ditutup
rumput laut atau ilalang laut untuk menghindarkan calon induk dan sinar
matahari secara langsung. Pengangkutan induk dari tempat pengumpulan dapat
dilakukan dengan wadah, seperti ember plastik yang berisi air laut atau
langsung ditempatkan pada palka perahu.
Secara umum, peryaratan
calon induk teripang yang sudah siap dipijahkan adalah sebagai
berikut.
- Tubuh
atau kulit dagingnya tebal, ukuran tubuh 25-35 cm atau seberat 400-600g.
-
Sehat
dan tidak memiliki luka pada permukaan tubuhnya.
-
Jumlahnya
mencukupi untuk kesinambungan kegiatan pembenihan.
Umumnya berat tubuh
teripang berpengaruh langsung atau berkorelasi terhadap berat gonad dan
indeks kematangan gonad serta fekunditas (jumlah sel telur yang dihasilkan per
satuan berat). Karena teripang merupakan organisme yang sangat sulit dibedakan
jenis kelaminnya, maka pembedaan jenis kelamin umumnya dilakukan berdasarkan
ukuran beraf tubuh.
Induk yang telah
diseleksi dipelihara di dalam kurungan tancap di laut atau di kolam air laut
atau langsung dipelihara di dalam bak induk dengan kepadatan 5 - 10 ekor/m2.
Bak induk umumnya terbuat dari beton, berbentuk empat persegi panjang, dan
berkapasitas 1,5 - 2 ton air.
Khusus untuk
pemdiharaan induk di kolam air laut, kedalaman air diusahakan antara 75 - 100
cm. Selain itu, diusahakan selalu ada pergantian air agar stabilitas suhu
dan salinitas tetap terjaga. Persediaan pakan juga harus terjamin dan perlu
adanya penambahan pakan.
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemeliharaan induk di bak pemijahan adalah sebagai berikut.
-
Kualitas
air tetap terjaga baik. Bila perlu, dilakukan penggantian air setengah atau
sepertiga dari volume, sehari dua kali, pagi dan sore.
-
Kotoran
yang ada di dalam bak hams segera dibersihkan.
-
Pakan tambahan
diberikan secukupnya.
-
Kebiasaan
atau kesukaan induk harus dipantau secara kontinyu.
Referensi:
Martoyo
J, Aji N dan Winanto T, 1994. Budidaya Teripang. Penebar swadaya,
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar