PEMELIHARAAN TERIPANG
Teripang merupakan hewan yang gerakannya lamban dan dapat hidup secara berkelompok.
Sehingga upaya peningkatan produksi persatuan luas lahan dapat dilakukan dengan
peningkatan padat penebaran.
PADAT
PENEBARAN BENIH
Padat penebaran untuk budidaya teripang ditentukan oleh ukuran benih. Benih dengan berat antara 30 - 40 g/ per ekor ditebarkan sebanyak 15 - 20 ekor/m2,
sedangkan benih dengan berat antara 40 - 50 g/ekor padat penebarannya adalah 10 - 15 ekor/m2.
Sehingga untuk satu unit lahan budidaya seluas 400 m2 diperlukan benih teripang sebanyak 6.000 - 8.000
ekor dengan berat 30 - 40 g/ekor dan panjang 5 - 7 cm/ekor. Sedangkan untuk benih dengan berat 40 - 50 g/ekor diperlukan sebanyak 4.000 - 6.000
ekor.
Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, benih yang ditebarkan pun harus baik pula. Ciri-ciri benih teripang yang baik antara lain berwarna cerah dan tidak cacat, bila dipegang tidak cepat lembek dan lendirnya tidak terlalu banyak, gerakannya aktif, dan tubuhnya tidak bengkok atau tidak menggelembung.
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari agar benih terhindar dari stres. Sebelum benih ditebarkan perlu diaklimatisasikan terlebih dahulu dengan cara kondisi air di lokasi budidaya disesuaikan dengan kondisi air di tempat penampungan benih. Apabila teripang mengalami stress akan terjadi pengeluaran isi perut dan kekakuan tubuh sehingga mengakibatkan kematian.
PEMBERIAN
PAKAN
Pakan alami teripang yang berupa
plankton, detritus atau sisa-sisa bahan organik, dan sisa-sisa endapan di dasar laut dapat diperoleh di sekitar lingkungan budidaya.
Namun demikian, teripang yang dibudidayakan sebaiknya diberi pakan tambahan untuk mempercepat pertumbuhan.
Pakan tambahan itu berfungsi untuk menambah kesuburan perairan dan umumnya berupa campuran kotoran hewan dan dedak halus dengan perbandingan 1 : 1. Pakan diberikan sebanyak 0,2 - 0,5 kg/m2
per 2 minggu. Pakan diberikan dengan cara ditempatkan dalam karung goni yang berlubang-lubang sehingga keluar sedikit demi
sedikit. Hal ini bertujuan untuk mencegah hanyutnya pakan karena arus atau gelombang. Dalam setiap kantong goni biasanya berisi pakan tambahan sebanyak 10 - 15 kg. Jumlah tersebut dapat mencukupi untuk luasan budidaya 30 - 50 m2.
Aktivitas teripang, termasuk mencari makanan di dasar perairan, umumnya berlangsung pada malam hari. Pada siang hari hewan ini lebih
senang membenamkan diri dalam pasir atau beristirahat di
sela-selakarang untuk menghindari hewan pemangsa.
Dilihat dari jenis, jumlah dan cara penyediaan pakannya, budidaya teripang tidak membutuhkan biaya operasional yang tinggi. Lagi pula, bahan pakan teripang dapat diperoleh dengan mudah di sekitar kita.
PENGENDALIAN
HAMA DAN PENYAKIT
Beberapa jenis hama maupun hewan penyaing seperti kepiting, bulu babi, dan bintang laut harus disingkirkan dari kurungan pagar. Hama dapat mengakibatkan kerusakan fisik pada tubuh teripang, misalnya terluka atau bahkan akan memangsanya. Sedangkan hewan penyaing merugikan karena berkompetisi dalam hal perolehan pakan, ruang gerak, dan sebagainya.
Kerusakan fisik pada tubuh teripang karena serangan hama dapat menimbulkan penyakit. Luka yang tidak segera diobati menjadi bertambah besar. Akibatnya, makin lama
fisik teripang semakin lemah. Untuk itu, pengobatan teripang yang terluka harus segera dilakukan dengan merendamnya dalam larutan acriflauin 4 ppm atau methylen blue 4 ppm selama 0,5 - 1 jam. Setelah diobati, teripang ditempatkan dalam bak penampungan selama 1 - 2 hari.
Organisme-organisme penempel seperti rumput laut, teritip, dan
sponge yang menempel pada kurungan pagar harus dibersihkan secara berkala. Keberadaan organisme-organisme penempel ini akan mengganggu sirkulasi air dalam kurungan pagar dan menurunkan kualitas air, yang berakibat
kurang baik bagi pertumbuhan teripang. Oleh karena itu, pengamatan dan pembersihan kurungan paga secara rutin mutlak dilakukan.
DAFTAR
PUSTAKA :
Martoyo J, Aji N dan Winanto T, 1994. Budidaya Teripang. Penebarswadaya,
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar