Kamis, 08 November 2018

BUDIDAYA IKAN MAS KOKI


PENDAHULUAN
         Pemasaran ikan hias memperlihatkan perkembangan yang cukup cerah. Hal ini dapat di lihat dari meningkatnya permintaan terhadap ikan hias di masyarakat. Kondisi ini menimbulkan keinginan para pembudidaya ikan untuk membudidayakan ikan hias.
Budidaya ikan hias selama ini dianggap sebagai usaha sambilan, akan tetapi jika di lihat dari kebutuhan saat ini maka usaha budidaya ikan hias sangat bagus untuk dikembangkan sebagai penghasilan utama karena usahanya dapat memanfaatan pekarangan rumah atau lahan sempit. Hal ini memudahkan siapa saja untuk melakukan pemijahan ikan Maskoki. Pembenihan ikan hias mempunyai prospek pasar ekspor dan lokal. Salah satu ikan yang memiliki harga jual tinggi dan permintaan pasar cukup banyak baik lokal maupun ekspor adalah ikan Maskoki (Carassius auratus). Ikan Maskoki merupakan jenis ikan mas yang mempunyai tubuh bulat dengan kepala kecil dan ekor lebar.
Melihat dari tingginya permintaan ikan Maskoki dan tidak perlunya penanganan kualitas air yang berlebihan serta masih terbatasnya pembudidayanya khususnya pembenihan yang menghasilkan bibit berkualitas. Keterbatasan ini disebabkan oleh rendahnya ilmu pengetahuan dalam pemijahan ikan Maskoki sehingga pemijahan yang dilakukan tidak maksimal.
Keberhasilan pemijahan ikan sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya penanganan induk, teknologi pemijahan khususnya dalam merangsang induk, pengeraman telur maupun penanganan larva. Cara yang dapat dilakukan untuk merangsang induk ikan adalah dengan pengadaan substrat tempat meletakan telur.

KLASIFIKASI IKAN MAS KOKI
Ikan mas koki dalam ilmu taksonomi hewan (sistem pengelompokkan hewan berdasarkan bentuk tubuh dan sifat-sifatnya) masih satu kerabat dengan ikan mas (Cyprinus carpio L.). Sistematika ikan mas koki berdasarkan ilmu taksonomi bisa dijelaskan sebagai berikut :
Filum                        : Chordata
Sub Filum                : Vertebrata
Kelas                         : Actiopterygii
Ordo                         : Cypriniformes
Subordo                  : Cyprinoidea
Famiy                       : Cyprinidae
Genus                      : Carasssius
Spesies                    : Carassius auratus 
(Bachtiar dan Tim Lentera, 2002)
Ikan mas koki hampir menyerupai ikan kerper, yaitu sama-sama mempunyai sirip yang lengkap seperti sirip punggung, sirip dada, sirip perut, dubur dan sirip ekor. Walaupun begitu, terdapat pula perbedaan, diantaranya bentuk badan, bentuk kepala, bentuk sisik, bentuk sirip dan bentuk mata. Sirip mas koki berfungsi sebagai alat gerak. Sirip perut dan sirip dada yang bekerjasama dengan gelembung udara, berfungsi sebagai control gerakan ke atas dan ke bawah. Jika gelembung udara penuh berisi udara, maka sirip dada akan bergerak, otomatis ikan mas koki pun akan muncul kepermukaan air, sebaliknya jika gelembung udara kosong dan mengecil, sirip perut yang bergerak dan mas koki pun dengan enaknya menyelam ke bagian yang lebih dalam (Anonim, 2008).
Sisik-sisik ikan mas koki mempunyai warna yang gelap sebab mengandung bahanguanine yang membentuk kristal dalam sisik, misalnya warna merah pada ras ikan Wakin dan Ryukin. Jika guanine ini tidak ada, sisik ikan akan tidak berwarna alias transparan, seperti pada ras ikan Calicoo dan Shubunkin. Umumnya sisik mas koki mempunyai warna dasar hitam, merah, kuning dan putih tergantung pada pigmen pembawa warna yang terdapat pada masing-masing ras mas koki. Keindahan warna mas koki juga tergantung pada ketersedian bahan pemantul yang terdapat dalam lapisan sisik. Walau begitu keindahan warna pada mas koki juga banyak dipengaruhi oleh kadar bahan kimia dalam air, cahaya, suhu air, makanan dan tentu saja faktor genetiknya (Bachtiar dan Tim Lentera. 2002).
Mata mas koki umumnya sama dengan sebagian besar hewan vetebrata lainnya, yaitu iris mata tidak dapat membuka dan menutup, lensa matanya tidak dapat berkontraksi luas, maka mas koki mempunyai pandangan mata yang dekat dan terbatas. Dalam mencari makan, mas koki lebih tergantung pada penciumannya daripada pengelihatannya. Ada empat tipe mata pada mas koki, yaitu mata yang normal seperti lazimnya mata ikan kerper; mata teleskop yang dapat dijumpai pada mas koki terleskop; mata teleskop yang mengarah ke atas seperti pada ikan Ceestial; dan mata yyang berbentuk balon (Daelami dkk, 2001).

BUDIDAYA IKAN MAS KOKI
1.    Penyiapan Wadah Dan Media
Wadah dan volume yang dapat digunakan untuk membudidayakan maskoki ada beberapa macam antara lain adalah bak semen, bak fiber, kolam atau akuarium. Pemilihan wadah budidaya ini sangat bergantung kepada skala produksi budidaya maskoki. Wadah budidaya maskoki ini sebaiknya ditempatkan di ruang teduh.


Gambar 1. Wadah budidaya maskoki

Akuarium yang berbentuk bulat sangat cocok untuk memelihara maskoki yang tubuhnya bulat gempal. Akuarium bulat yang berdiameter 15 cm cocok untuk memelihara maskoki yang tubuhnya berukuran kecil, sekitar 3-4 cm sebanyak tiga ekor. Jika berukuran sedang (5-6 cm), akuarium hanya diisi dua ekor. Akuarium ini tidak cocok memelihara maskoki yang berukuran tubuh besar (6,5—8 cm) ke atas.
Jika mau memelihara maskoki yang berukuran besar sampai jumbo, akuarium persegi empat dapat dipilih karena ukuran akuariumnya bervariasi. Akuarium yang berukuran 60 cm x 30 cm x 35 cm dapat diisi maskoki ukuran kecil sebanyak 8 ekor atau 6 ekor maskoki berukuran sedang. Bila akan memelihara maskoki berukuran besar, dapat dimasukkan 3 ekor, sedangkan maskoki berukuran extra large (10—12 cm) cukup satu ekor saja. Jika mau memeihara seekor maskoki yang berukuran jumbo (14—15 cm) harus menggunakan akuarium berukuran 80 cm x 40 cm x 37 cm. Selain itu, akuarium persegi empat sangat sesuai untuk memelihara maskoki yang tubuhnya berbentuk bulat panjang.
Strain maskoki yang cocok dipelihara di dalam akuarium adalah maskoki yang keindahan warna dan keunikan tubuhnya cenderung dinikmati dan sisi samping (side view) seperti red-white tossa, panda dragon eyes, chocolate oranda red pompom, red cap oranda, red-white ranchu, dan big head pearlscale combination colour.
Wadah yang cocok untuk pemeliharaan maskoki selain akuarium yaitu kolam bak semen, bak fiberglass, dan kontainer kecil yang terbuat dan plastik. Adapun ukuran dan bentuk kolam bak semen disesuaikan dengan luas tanah yang akan digunakan. Untuk pemeliharaan maskoki berukuran extra large sampai jumbo dengan jumlah 10-15 ekor dibutuhkan kolam berukuran 200 cm x 300 cm dengan kedalaman air 15 cm. Bila menggunakan baik fiberglass berukuran 100 cm x 150 cm x 40 cm, dapat untuk memelihara maskoki ukuran large sebanyak 10—12 ekor. Bila memilih kontainer kapasitas 70 liter cukup diisi tiga ekor maskoki berukuran large atau satu ekor maskoki berukuran extra large dan jumbo. Tidak ada strain maskoki yang khusus dipelihara di dalam bak/kolam. Akan tetapi, bila keindahan warna dan keunikan bentuk fisiknya terletak pada bagian atas maka bak atau kolam dapat dipilih untuk wadahnya. Strain maskoki yang keindahaimya cenderung dinikmati dan posisi atas (top view) antara lain strain ranchu (seperti red-white ranchu), strain bubble eyes, dan strain butterfly.
Sarana pendukung utama yang harus disediakan di dalam akuarium di antaranya aerator atau blower yang berfungsi sebagai pemasok oksigen ke dalam air. Selain itu, juga disediakan silkulator (aquarium liquid filter) yang berfungsi ganda sebagai penyaring kotoran dan pemasok oksigen. Sarana pendukung lain yang juga berfungsi sebagai alat pembersih kotoran yaitu selang penvifon dan serokan. Sementara sarana pendukung lain yang tidak kalah pentingnya adalah lampu UV (ultra violet biolite) yang berfungsi sebagai penerang, terutama pada malam hari. Gunakan lampu UV 10 watt untuk akuarium berukuran 60 cm x 30cm x 35 Cm dan berukuran 80 cm x 40 cm x 37 cm, serta kontainer mini berkapasitas 70 liter. Untuk bak fiberqlass 100 cm x 150 cm sebaiknya dipasang lampu 25 watt. Sementara untuk kolam berukuran 200 cm x 350 cm x 50 cm, lampu yang digunakan UV 40 watt. Patut diketahui, lampu neon memancarkan cahaya yang tidak menimbulkan panas sehingga tidak meningkatkan suhu air.
2.    Seleksi induk
Faktor terpenting dalam pemijahan mas koki adalah induk yang harus dipijahkan harus berkualitas, karena kualitas benih yang dihasilkan sangat tergantung pada kualitas induknya. Oleh sebab itu sebelum melaksanakan pemijahan, calon induk ikan mas koki perlu diseleksi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyeleksi calon induk mas koki adalah sebagai berikut:
·           Berumur 7 bulan tau lebih
·           Induk telah matang gonad
·           Sehat dan tidak mengalami stres
·           Tubuh normal
·           Tidak di serang oleh penyakit
Untuk membedakan antara maskoki jantan dan betina tidaklah sulit. Pada dasarnya ada dua cara yang dapat dipilih. Pertama dengan melihat bentuk organ reproduksinya dan kedua melalui tanda yang ada pada siripnya. Untuk mengenali perbedaan organ reproduksinya, maskoki harus ditangkap dan dibuat terlentang. Bila organ reproduksinya berbentuk oval dan kecil, maskoki tersebut berkelamin jantan. Namun, bila organ reproduksinya berbentuk bulat dan sedikit menonjol, dapat dipastikan maskoki berjenis kelamin betina. Adapun mengenali jenis kelamin melalui siripnya dengan memperhatikan sirip keseimbangan di bagian depan yang juga berfungsi sebagai sirip insang. Bila tulang siripnya besar dan pada bagian pangkalnya ada beberapa benjolan kecil berwarna putih maka dipastikan maskoki ini berjenis kelamin jantan karena betina tidak ada tanda tersebut. Tulang sirip insang jantan lebih tebal dibandingkan dengan tulang sirip insang betina.


Gambar 2. Induk maskoki ranchu

Untuk mendapatkan calon induk yang berkualitas dapat dengan membeli dari peternak besar yang produksinya berkualitas baik. Sekalipun harganya mahal, tetapi kualitas anak yang dihasilkan memuaskan. Bila menghendaki yang berharga sedikit lebih murah maka pilihlah calon induk yang umurnya muda. Namun, tidak dianjurkan memilih induk yang diperjualbelikan di pedagang ikan hias karena biasanya induk tersebut sudah tidak produkif lagi, kurang subur, atau telurnya sulit menetas. Penyebabnya adalah umur induk sudah melampaui batas produktivitas atau induk pernah terserang penyakit pada organ reproduksinya. Menyilangkan dua strain yang berbeda tidak dianjurkan karena anak yang dlihasilkan tidak berkualitas dan sulit untuk dipasarkan. Namun, perkawinan silang dapat saja dilakukan dalam kurun waktu yang lama untuk menghasilkan bentuk tubuh yang lebih menarik atau variasi warna yang fantastik. Contoh perkawinan silang yang menghasilkan bentuk tubuh lebih menarik yaitu crown pearlscale atau maskoki mutiara jambul. Sementara contoh perkawinan silang yang menghasilkan variasi warna menawan yaitu panda dragon eyes atau maskoki owo hitam putih.
Maskoki sudah matang kelamin pada umur 5-6 bulan, tetapi telur yang dihasilkan berjumlah sedikit, berukuran kecil, dan burayaknya berkualitas rendah. Selain itu, burayak menjadi rentan terhadap serangan penyakit dan perkembangan tubuhnya lambat. Dengan demikian, umur maskoki yang ideal untuk dijadikan induk adalah 1,5-3,5 tahun agar burayak yang dihasilkan cepat besar dan tahan terhadap serangan penyakit. Untuk mengetahui maskoki betina sudah matang kelamin, perhatikan bentuk perut dan organ reproduksinya. Bila kloakanya tampak melebar, perut membesar, dan perut terasa lembek bila dipegang maka dapat dipastikan maskoki betina tersebut sudah matang kelamin dan siap bertelur. Sementara tanda maskoki jantan matang kelamin bila benjolan kecil berwarna putih pada sirip insang terlihat jelas.
Bentuk fisik calon induk yang baik harus sempuma. Tubuh induk ideal di antaranya bulat pendek, sirip punggung lebar dan berdiri tegak, serta ekor terbelah dua simetris sama lebar. Untuk strain yang berjambul, bentuk jambul harus besar, tinggi, dan berwarna cemerlang. Sementara untuk strain bufterfly, kedua mata hams seimbang sama besar, bentangan ekor harus lebar, dan belahan di ekor harus simetris sama besar. Lain halnya untuk strain ryukin, kepala harus kecil dan membentuk segitiga. Selain itu, sirip punggung harus tegak dan lebar, ekor hams panjang dengan belaban ekor simetris sama besar. Adapun untuk strain ranchu, jambul yang menyerupai brokoli harus menutupi seluruh muka. Selain itu, tubuh strain ranchu harus bulat gempal, punggung bungkuk, dan pangkal ekor tegak. Dengan mengetahui syarat-syarat tersebut, agaknya maskoki yang bertubuh cacat tidak baik untuk dijadikan induk.
Pemeliharaan yang terpisah juga memudahkan perawatan karena pakan yang diberikan untuk calon induk betina berlainan dengan calon induk jantan. Dalam pemeliharaan sepuluh ekor calon induk yang terdiri dan lima ekor calon induk betina dan lima ekor calon induk jantan dibutuhkan dua buah akuarium berukuran 100 cm x 70 cm x 50 cm. Sementara lamanya perawatan tergantung dan umur calon induk itu sendiri karena calon induk yang baik berumur minimal 1,5 tahun. Namun, bila hanya menunggu sampai matang kelamin, perawatan dilakukan selama 2-3 bulan.
Pakan yang baik untuk calon induk betina berupa jentik nyamuk (Mosquito larvacide) yang sudah disucihamakan. Sebagai pakan tambahan, berikan pelet yang mengandung mineral kalsium, protein minimal 30%, fiber 2%, dan vitamin (A, D3, B1, seita E). Untuk calon induk jantan dapat diberi cacing super (blood worm) segar dan pelet yang kandungannya sama untuk betina. Pemberian pakan sebaiknya diatur 5-6 kali sehari. Pagi hari pukul 06.30 diberikan pakan segar dengan jumlah sekali makan habis agar tidak tersisa. Selanjutnya, pukul 10.00 dan pukul 13.000 diberikan pelet dengan takaran sekali makan habis. Pemberian pelet diulangi lagi pada pukul 17.00 dengan takaran yang sama. Agar kebersihan air terjaga, setiap kali pemberian pakan tersebut sebaiknya kotoran dibersihkan terlebih dahulu. Setelah itu, pakan diberikan lagi pada pukul 20.00 berupa pakan segar dalam jumlah yang lebih banyak sebagai persediaan jika maskoki lapar di malam hari.
3.    Pemijahan Induk
Untuk pemijahan maskoki sarana utama yang harus disiapkan yaitu kolam pemijahan dan substrat perekat telur. Substrat dapat berupa tanaman air yang mengapung seperti apu-apu atau eceng gondok (Eichornia sp.). Berdasarkan pengalaman,kedua jenis tanaman air ini sangat disukai induk maskoki untuk melekatkan telur karena perakarannya lebat, rimbun, dan panjang menjuntai.


Gambar 3. Eceng Gondok Untuk akuarium

Eceng gondok atau apu-apu terpilih harus dalam kondisi sehat. Untuk eceng gondok, daunnya harus kaku, kecil, dan berwarna hijau tua. Gondok dipangkal batang jangan ada yang pecah dan batang tidak tinggi. Sementara untuk apu-apu, daunnya harus bertumpuk lebat, tidak sobek, dan berwama hijau muda. Sebelum digunakan, kedua tanaman air tersebut harus disucihamakan terlebih dahulu agar tidak membawa bibit penyakit. Caranya ialah daun yang rusak dibuang dan akar dicuci dengan air mengalir. Setelah bersih, tanaman air ini dimasukkan ke dalam wadah berukuran 30 cm yang sudah diisi air sebanyak 3/4 bagian dan sudah dilarutkan butiran kristal PK (permanganat kalium) 0,5 gram. Tanaman air tersebut direndam selama 2 jam. Setelah direndam. tanaman sudah siap digunakan.
Selain kedua jenis tanaman air tersebut, substrat perekat telur pun dapat dibuat dari bahan ijuk. Substrat ini dibuat dengan cara ijuk sebanyak satu genggam diikat, lalu disisir agar batang kasarnya terlepas. Setelah membentuk seperti akar, ijuk tersebut diikat pada sepotong styrofoam, lalu dimasukkan ke dalam wadah yang sudah diisi air. Sebelumnya ke dalam air tersebut sudah dilarutkan butiran kristal PK sebanyak 0,5 gram. Selanjutnya, ijuk direndam selama 3-4 jam. Setelah itu, ijuk sudah siap digunakan.
Kondisi air yang dikehendaki maskoki untuk berpijah harus memenuhi persyaratan suhu, pH, dH, dan kandungan oksigen terlarut. Untuk dapat berpijah, suhu air hams berkisar 20-25O C, kemasaman (pH) air 7-7,5, kesadahan (dH) sekitar 4, dan kadar kandungan oksigen terlarut di atas 5 mg/l.
Ambang batas toleransi suhu air sekitar 17OC dan 27OC. Bila suhu air terlalu rendah maka maskoki akan menjadi malas bergerak dan kehilangan nafsu makan. Sebaliknya bila suhu air melebihi ambang batas toleransi, maskoki akan lebih banyak bergerak di permukaan air sehingga proses perkawinannya pun sulit terjadi. Ambang batas tolerasi kemasaman air (acidity) 6,8 dan alkalidity 8,3. Bila pH air kolam di bawah ambang batas toleransi tersebut maka maskoki akan mengalami acidosis yang ditandai dengan hilangnya nafsu makan akibat penimbunan ion hidrogen di dalam tubuh. Bila pH air tinggi atau melebihi ambang batas alkalidity maka maskoki akan mengalami alkalidosis, yaitu produksi lendir di tubuh meningkat dan maskoki tidak mau memijah.
Sementara ambang batas toleransi kesadahan air (dH) adalah 6. Bila dH air melebihi ambang batas tersebut maka maskoki akan menjadi stres dan dapat menemui kematian. Meningkatkan suhu air yang rendah dapat menggunakan heater (pemanas air). Sementara bila suhu air tinggi, tanaman air seperti eceng gondok harus diperbanyak. Daun eceng gondok dapat meredam panas sinar matahari. Selain dengan eceng gondok, penggunaan penutup dan jaring net yang dipasang di atas kolam dapat dilakukan agar sinar matahari tidak langsung menyinari air. Untuk menetralisir pH dan dH, dapat digunakan Tetra Black Water, Tetra AquaSafe, atau Izeki Super Clean dengan dosis 1 tetes/5 liter air.
Sementara untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut dalam air, dapat dilakukan dengan mengaktifkan aerator dan melarutkan Oxydan dengan tàkaran 1 gram/20 liter air. Waktu yang tepat untuk memasangkan calon induk adalah pada sore hari sekitar pukul 17.30—18.00. Pemasangan calon induk terdiri dan seekor induk betina dan dun ekor pejantan. Dapat juga dipasangkan dua ekor induk betina dengan tiga ekor pejantan yang ukuran tubuhnya sama. Jumlah pejantan lebih banyak dan induk betina karena seekor induk betina berkualitas tidak cukup hanya dilayani oleh seekor pejantan.
Proses perkawinan terjadi sekitar 3-5 hari setelah calon induk dipasangkan. Perkawinan berlangsung pada pagi hari sekitar pukul 07.00—07.30. Prosesi perkawinan berlangsung dengan diawali oleh dua ekor pejantan mengikuti betina dan saling bergantian menggesek-gesekkan siripnya ke organ reproduksi betina. Betina yang terangsang akan segera mengelilingi substrat dan melepaskan telurnya. Telur yang melekat pada substrat segera dibuahi oleh pejantan. Ukuran telur berkualitas sekitar 0,8-1,3 mm. Setiap induk betina dapat menghasilkan telur sebanyak 3.500-4.500 butir.
Setelah terlihat telur banyak melekat pada substrat, kedua induk segera dikembalikan ke dalam kolam masing-masing. Kedua induk diberi pakan pelet yang mengandung vitamin dan mineral tidak dapat menetas pada suhu di bawah 12,5OC. Pada suhu 18-21OC, telur akan menetas sekitar 4-5 hari Sementara pada suhu 24-27OC, telur akan menetas 2-3 hari. Panjang larva yang baru menetas sekitar 5 mm. Di perut larva tergantung kantong telur (yolk sac) yang berfungsi sebagai persediaan makanan sebelum burayak mampu mencari makanan sendiri. Larva tersebut melekat pada substrat dinding kolam, atau dasar kolam.
Untuk menjaga agar kualitas air tidak menurun maka bagian atas kolam ditutupi dengan terpal atau tripleks. Tutup tersebut dibuka setelah 2-3 hari, kemudian dan larva sudah bisa berenang mencari pakan berupa fitoplankton di sekitar akar tanaman. Seminggu kemudian, larva yang sudah disebut burayak ini dapat memangsa Infusoria, Clorodera, Daphnia, dan Hama. Burayak umur dua minggu dapat menyantap pelet halus seperti White Crane CR atau Izeki Ultra.
Cara lain yang lazim digunákan untuk mengawinkan maskoki adàlah dengan metode stripping. Metode stripping yang umuin dilakukan adalah telur diambil dan disatukan dengan sperma jantan di dalam wadah. Namun, stripping yang dilakukan peternak di Tong Kwan Pu (Dangguan, Cina) berbeda, yaitu langsung di dalam kolam. Teknis perlakuannya adalah pada pagi hari dua orang masuk ke dalam kolam yang masing-masing membawa wadah berisi jantan dan betina. Secara bersamaan keduanya mengurut perut induk maskoki yang dihadapkan ke substrat perekat telur sampai sel telur dan sperma keluar. Setelah telur dan sperma keluar, kedua induk dikembalikan ke kolam induk.
Dengan metode stripping, tingkat keberhasilan pemijahan sangat rendah. Telur yang menetas hanya sekitar 10—15% atau sekitar 500 ekor. Namun, pemijahan dengan cara ini lebih cepat. Secara normal, sepasang induk maskoki yang sudah matang gonad akan menyelesaikan perkawinan dalam waktu 2-3 hari, sedangkan dengan metode stripping sebanyak 25 pasang dapat dikawinkan hanya dalam waktu 2 jam.
4.    Perawatan Benih
Mengatur padat penebaran benih berfungsi agar pertumbuhan burayak cepat besar dan tidak mudah terserang penyakit. Berdasarkan catatan (T. Kafuku & H. Ikenoue, 1983), larva yang baru menetas dipelihara dalam kolam bak semen atau bak fiber dengan padat penebaran 200-300 ekor/m2. Padat penebaran ikan yang sudah berumur satu bulan atau panjang tubuh sekitar 2 cm yaitu 100-150 ekor/m2, umur dua bulan 75-100 ekor/m2, dan umur tiga bulan atau panjang tubuh sudah sekitar 5 cm yaitu 40-60 ekor/m2.
Apabila luas kolam tidak cukup untuk menampung jumlah burayak yang ada maka sebaiknya dilakukan seleksi benih terlebih dahulu, yaitu hanya benih berkualitas saja yang dibesarkan. Burayak maskoki umur di bawah sebulan sebaiknya diberi pakan berupa jasad renik seperti Inflisoria, Rotifera, dan Chordata.
Jasad renik tersebut sangat baik untuk mempercepat pertumbuhan burayak. Organisme kecil ini diperoleh dari air tergenang yang banyak mengandung bahan organik. Ukuran tubuhnya sangat kecil dan lazim disebut kutu air. Sebenarnya ada banyak jenis kutu air tersebut, di antaranya ialah Branchionus sp., Keratela sp., Picodina sp., Daphnia sp.,dan Moinci sp. Pemberian pakan tersebut secara adlibitum (tersedia setiap saat). Burayak yang sudah berumur 1-2 bulan sudah bisa diberi pakan cacing sutera (tubfiex worm). Cacing ini banyak mengandung crude oil dan protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Sebagai pakan tambahan, burayak dapat diberi pelet halus yang mengandung vitamin dan mineral seperti White Crane CR, CR 6, Tetra Gold Medal for Quick Growth, atau Izeki Ultra L. Cacing sutera ini disediakan secara adlibthum. Cara pemberiannya ialah gumpalan cacing sutera yang sudah bersih diletakkan di dalam piring kaca, lalu dimasukkan ke dalam kolam. Agar tetap tersedia hingga malam hari, cacing sutera perlu ditambah setiap sore. Pakan berupa cacing sutera ini dapat diberikan sampai maskoki dewasa. Pakan lain yang juga dapat diberikan adalah cacing super yang sudah dibekukan.
 Gambar 5. Cacing beku 

Seleksi bertujuan untuk menghasilkan produk berkualitas baik berdasarkan bentuk tubuh, kelengkapan sirip, dan warna. Seleksi diawali sejak burayak berumur dua minggu dan berukuran tubuh mencapai 1 cm. Pengamatan selektif ditujukan pada sirip ekor. Maskoki yang tidak berekor atau ekorya tunggal seperti ekor ikan mas harus dibuang.
Pada penyeleksian ini dibutuhkan sarana pendukung berupa serokan berbahan halus ukuran 15 cm dengan kedalaman 5 cm dan baskom warna putih ukuran 30 cm. Seleksi dimulai pada pagi hari pukul 08.00. Perhatikan dengan seksama burayak yang sedang berenang bergerombol. Bila di antaranya ada yang tidak bersirip ekor maka secara perlahan ikan tersebut diserok bersama dengan beberapa ekor ikan lain dan dimasukkan ke dalam baskom. Ikan yang rusak dibuang, sedangkan ikan lain dikembalikan ke dalam kolam. Seleksi dilakukan setiap hari hingga burayak berumur satu bulan atau sudah tidak ada lagi burayak yang rusak.
Seleksi kedua dilakukan saat anak ikan sudah berumur tiga bulan. Seleksi diutamakan pada bentuk tubuh, sirip, dan wama. Untuk red oranda dan red cap oranda hasil seleksi terbagi tiga kelas, yaitu kelas A, B, dan C. Red oranda kelas A merupakan kualitas kontes. Bentuk tubuhnya bulat telur, jambul besar, berekor lebar, dan sirip punggung tegak. Sirip tidak ada yang terpelintir atau patah dan wama tubuh sampai ke pangkal ekor merah oranye cemerlang. Untuk kelas B, bentuk tubuh dan lainnya sama dengan kelas A, hanya berbeda pada jambul yang kurang besar. Sementara ikan yang tidak termasuk pada kelas A maupun kelas B digolongkan dalam kelas C. Red oranda kelas B dan kelas C dapat disatukan dalam satu kolam, sedangkan red oranda kelas A yang berkualitas kontes harus dipisahkan dalam kolam tersendiri walaupun jumlahnya hanya sedikit. Red cap oranda terbagi dalam dua kelas, yaitu kelas kontes dan kelas komersial, Ciri-ciri red cap oranda kualitas kontes antara lain bentuk tubuh bulat telur, jambul lebar berwarna merah darah, seluruh tubuh berwama putih mutiara cemerlang, sirip punggung tegak utuh, sirip ekor lebar, dan pangkal ekor berdiri. Bentuk jambul red cap oranda harus tinggi, melebar, dan warna merahnya tidak boleh ada yang keluar dan jambul.
Memilih calico oranda yang berkualitas kontes hanya dengan memperhatikan komposisi warna dan corak yang ada pada tubuhnya. Ciri lainnya mirip dengan cara memilih red oranda. Oranda red pompom terbagi atas tiga kelas. Kelas A merupakan kualitas kontes. Dalam memilih kelas A yang diperhatikan adalah bentuk pompomnya harus tinggi, sama besar, dan harus berwarna merah darah. Pompom harus berdiri tegak dan tidak terkulai. Pilih warna yang jarang seperti cokelat cemerlang pada chocolate oranda red pompom atau putih cemerlang seperti diamond oranda red pompon. Menilai bentuk tubuh sama dengan menilai bentuk tubuh pada red oranda. Antara oranda red pompom kelas A dan kelas B hanya berbedaan pada ukuran dan tegak tidaknya pompom. Sementara ikan yang tidak termasuk dalam kelas A dan B digolongkan dalam kelas C.
Menyeleksi burayak bubble eyes dan telescope eyes dapat dilakukan setelah burayak berukuran 1 cm. Seleksi pertama ditujukan untuk penyortiran burayak bertubuh bengkok tidak berekor, dan bentuk ekor seperti ikan mas. Pada umur dua bulan, mata sudah terbentuk. Untuk tipe mata balon, ukuran mata bukan merupakan tujuan utama penyeleksian. Ini disebabkan mata yang kecil atau tidak sama besar dapat diolah menjadi sama besar. Namun, bila memilih bubble eyes untuk bakalan kontes, bentuk balon harus sama besar dan warnanya tidak gelap.
Penilaian juga ditujukan pada bentuk tubuh. Bentuk tubuh bubble eyes harus panjang, punggung datar, tidak bersirip punggung, ekor panjang, dan belahan ekor harus dalam. Untuk telescope eyes, apa pun tipenya, mata mempunyai nilai sendiri. Sebagai contoh, telescope eyes tipe butterfly bertubuh bentuk bulat, sirip punggung tegak, sirip ekor membentang lebar seperti sayap kupu-kupu, kedua mata harus sama besar, tinggi tonjolan mata harus sejajar dengan kepala, dan warna mata juga harus sama dengan warna kepala.
Red tossa atau red-white tossa sudah bisa dilihat perbedaannya setelah berumur 2-3 bulan bila perkembangan warnanya sempurna. Warna hitam kehijauan pada tubuh tossa akan dominan pada umur sebelum dua bulan. Selanjutnya, pigmen pembawa warna hitam (melanopkore) secara perlahan akan digantikan oleh pembawa warna kuning (xanthophore).


Gambar 6. Maskoki Red Tossa

Untuk mempercepat terjadinya perubahan warna menjadi merah cemerlang, anakan tossa diberi pakan yang banyak mengandung spirulina dan sent (crude fiber) seperti CR5 atau Ultra P-DX dan Biriiant F-DX yang mengandung Chitin Chitosan 3%. Untuk tossa yang membawa warna putih, warna tersebut menjadi lebih berkilau.
Dalam penyortiran anakan pearlscale yang perlu diutamakan adalah memperhatikan bentuk tubuh dan sisiknya. Bentuk tubuh harus bulat seperti bola pingpong dan sisik di tubuhnya harus tampak kasar menonjol seperti butiran buah jagung. Sementara kepalanya kecil membentuk segitiga. Sirip punggung utuh dan sirip ekor membuka lebar. Belahan pada sirip ekor harus terlihat jelas. Bila tidak menggunakan induk dari tipe crown pearlscale maka sulit dijumpai anakan yang berjambul di kepalanya. Bila salah satu induk bertipe crown pearlscale maka anakan yang dihasilkan ada yang berjambul di kepala dan ada yang tidak. Pada umur tiga bulan, jambul di kepala sudah tampak jelas dan dapat diseleksi. Membedakan warna tubuh ranchu dapat dilakukan pada umur minimal dua bulan. Pada umur satu bulan, sel pembawa warna hitam (melanophore) masih mendominasi sehingga belum dapat membedakan wama tubuh, Memasuki umur dua bulan barulah terjadi pembahan warna karena perlahan-lahan sel pembawa warna kuning (xanthophore) masuk ketubuh ranchu sehingga warna tubuh menjadi kombinasi hitam kuning. Memasuki umur tiga bulan warna hitam di tubuh ranchu semakin sedikit dan warna kuning berubah menjadi orange kemerahan. Pada umur tiga bulan ini sel pembawa warna merah (erythrophore) mulai mendominasi. Bila pada umur tiga bulan sel pembawa warna masih didominasi oleh melanophore maka dapat dipastikan bahwa ranchu akan tetap berwarna hitam.
Untuk mempertahankan agar pewarnaan tubuh tetap didominasi oleh sel pigmen melanophore, ranchu perlu diberi bahan pakan yang mengandung lemak seperti cacing sutera atau cacing super. Selain itu, ranchu perlu diletakkan di tempat yang teduh dengan suhu air maksimal 22OC. Jika panas terlalu tinggi, warna ranchu hitam Iebih cepat berubah menjadi merah. Walaupun demikian, terkadang setelah dewasa warna tersebut pun dapat berubah menjadi merah. Untuk melihat dominasi sel pewarna tubuh, perlu diperhatikan bagian perutnya. Bila perut berwarna putih kelabu maka dapat dipastikan bahwa secara perlahan-lahan wama putih tersebut akan merambat naik ke atas dan berubah menjadi kuning. Lambat laun perubahan menjadi menyeluruh dan warna kuning berkombinasi hitam akan berubah menjadi merah. Bila wama perut kuning kehitaman atau bahkan hitam pekat, dapat dipastikan bahwa warnanya tidak akan berubah.
Pada umumnya semua jenis maskoki umur satu bulan masih herwarna hitam. Maskoki yang warna tubuhnya cepat berubah menjadi meràh bila berwarna hitarn kehijauan. Untuk mempercepat perubahan warna, suhu udara ditingkatkan menjadi minimal 26° C. Selain itu, maskoki diberi pakan pelet yang banyak mengandung spirullina seperti Hal Feng, CR5, CR6, atan Ultra P-DX dan Brilliant F-DX yang mengandung Chitin Chitosan 3%. Bila pelet yang ada berukuran agak besar, pelet tersebut sebaiknya ditumbuk bingga halus dahulu sebelum diberikan. Sementara airnya harus diganti tiga hari sekali agar sinar matahari dapat langsung diterima tubuh. Perlu diperhatikan bahwa pemberian pakan yang mengandung banyak lemak seperti cacing sutera atau cacing super harus dihindari karena sangat berisiko, yaltu pertumbuhan fisiknya menjadi agak terlambat.
5.    Pencegahan Penyakit
Pakan yang rentan membawa bibit penyakit adalah bahan pakan alami atau pakan hidup, seperti cacing sutera, larva nyamuk, atau kutu air. Dapat juga berasal dan pakan olahan seperti cacing super beku (frozen blood worm). Tidak dapat dipungkiri semua jenis pakan alami tersebut diambil dan perairan yang kotor.
Pakan lain yang juga umum dikonsumsi maskoki, terutama induknya, yaitu larva nyamuk (Mosquito lurvacide) yang populer disebut cuk atau ughet-ughet (Jawa). Larva berukuran 10-25 mm ini hidup berkelompok di air tergenang ber-pH rendah antara 6-6,5. Larva nyamuk yang baru diambil tidak dapat langsung dikonsumsi maskoki karena ada juga sejenis ulat yang tidal layak dikonsumsi maskoki.
Cara membersihkan ulat tersebut dengan memasukkan larva nyamuk ke dalam baskom yang sudah terisi air 1/2 bagian. Kemudian, larutkan 1 tetes Tetra AquaSafe/liter air. Setelah dibiarkan 1 jam, ulat berwarna kelabu akan keluar dari wadah dan ulat berwarna hitam berkumpul di dasar wadah. Selanjutnya, sifon dengan selang kecil ulat yang di dasar wadah dan buang ulat yang di permukaan air. Setelah bersih, larutkan Tetra Medica Contra Spot, Rot Stop, atau Dactylo Shower dengan dosis 1 tetes/liter air. Larva siap dikonsumsi induk maskoki setelah dibiarkan 3 jam.
Maskoki gatal karena terserang cendawan berwarna putih kapas yang lazim disebut whitespot. Gejala awalnya, maskoki berenang seperti tersentak-sentak, sirip terkulai dan tubuh dibentur-benturkan ke dinding akuarium.
Bila diperhatikan, pada bagian tubuhnya terdapat butiran kecil seperti serbuk yang semula garam. Sekitar 2-3 hari kemudian, tubuh dan sirip maskoki dipenuhi bintik putih. Penyebab penyakit ini adalah parasit Icthtiopthirius multjfihiis. Parasit golongan Ciliata ini hidup di air ber-pH rendah dan kotor. Penyebab penyakit ini terbawa ke dalam akuarium bersama pakan segar, seperti larva nyamuk atau kutu air. Sporanya melekat di tubuh larva atau mengapung di air bersama kutu air.
Ikan yang telah sakit diobati dengan cara teteskan obat antibiotik cair, seperti Tetra Medica Fungi Stop, Dactylo Shower, atau Blitz Icth yang mengandung tetrametil paramino trifenil atau Rid-all yang mengandung dimetil amino trifenil metanol dengan takaran 1 tetes/ liter air. Biarkan obat ini berada dalam akuarium selama 2 hari. Selanjutnya, air disifon dan diganti dengan air yang baru. Perhatikan hasil dan pengobatan selama 2 hari. Bila jamur masih banyak melekat, larutkan kembali obat antibiotik dengan dosis yang sama. Selama dalam perawatan, maskoki harus tetap diberi pakan. Akan tetapi, bila tidak disentuh, pakan segera diangkat agar air tidak tercemar. Bila belum parah, dalam waktu 1 minggu ikan sudah sembuh dari penyakit tersebut.
Melihat gejala dan kondisi fisiknya, dapat dipastikan maskoki sudah terserang penyakit velvet. Gejala awal penyakit ini mirip dengan penyakit white spot. Tahap selanjutnya, lendir di bagian tubuh terlepas, warna maskoki menjadi pudar, kesulitan bernapas, dan maskoki pun menemui kematian. Penyebab penyakit ini adalah parasit Qodiniumpillularis dan famii Dinoflageflate. Ukuran tubuhnya sangat kecil, 50-70 mikron. Hidup dan perkembangbiakkannya di air keruh. Bibit penyakit terbawa oleh cacing sutera, cacing super, larva nyamuk, atau kutu air. Maskoki yang telah sakit dapat diobati dengan cara sebagai berikut : Teteskan obat antibakterial cair seperti SuperInternal,Tetra Medica Contraspot,atauRot Stop yang mengandung formaldehyde dengan dosis 1 tetes/2 liter air.
Biarkan maskoki terendam selama 1-2 har, kemudian air dikuras habis. Bila terlihat parasit masih melekat maka pengobatan dapat diulangi. Penyakit velvet ini juga dapat diberantas dengan Furazan Gold atan tetrasilclin yang dijual bebas di apotek atau toko obat. Dosis Furazan Gold dan tetrasiklin yang digunakan 1 butir kapsul dilarutkan dalam air 1 sendok makan. Selanjutnya, 3 tetes larutan tetrasiklin tersebut dicampurkan dalam 1 liter air. Furazan Gold 1 sendok teh dilarutkan dalam air 1/2 cangkir air. Selanjutnya, 2 tetes larutan yang berwarna kuning digunakan untuk 1 liter air. Biarkan maskoki terendam selama 1 jam. Kemudian, air diganti dengan air baru. Bila penyakit belum telanjur parah, dalam waktu 2 hari maskoki sudah sembuh.
Benda yang melekat di sirip atau tubuh maskoki itu adalah Argullusinclicus, kutu air parasit golongan udang renik, famili Copepoda. Tubuhnya berbentuk bulat seperti kura-kura berwarna hijau muda transparan. Kutu air parasit ini mengisap darah maskoki. Maskoki yang terserang menjadi liar dan kehilangan nafsu makan. Pada akhirnya, maskoki dapat mengalami kematian. Kutu terbawa ke dalam kolam atau akuariurn bersama larva nyamuk atau kutu air. Sering pula, kutu terbawa masuk oleh maskoki yang baru dibeli. Cara mengatasi kutu Argullus ini dengan menangkap ikannya dan membuang kutu satu per satu menggunakan pinset. Kutu yang sudab terlepas dan tubuh ikan segera dihancurkan. Ikan yang sudah dibersihkan dari kutu dimasukkan ke dalam wadah lain yang telah ditetesi Blitz Icth atau Tetra Medica Fungistop dengan dosis 1 tetes/2 liter air untuk mencegah masuknya bibit penyakit lain ke dalam wadah. Selain itu, dapat juga digunakan bubuk Abate berbahan aktif phenylene phosphorothioate 1% yang dilarutkan dalam kolam atau akuarium dengan takaran 2 bungkus Abate per 100 liter air. Dalam waktu 1 jam, kutu air yang melekat di tubuh maskoki terlepas semua dan mati karena kesulitan bernapas. Pernapasan maskoki tidak terganggu karena Abate hanya efektif membunuh insekta yang bernapas dengan trakea. Agar maskoki tidak stres, larutkan Tetra AquaSafe dengan takaran 1 tetes/5 liter air.
Dapat dipastikan insang maskoki terserang cacing golongan Trematoda yang bernama Dactylogyrus sp. Cacing ini terbawa dalam pakan segar, seperti cacing sutera, cacing suf atau jentik nyamuk yang kurang higienis. Mengobati serangan cacing Trematoda ini cukup sulit. Sering kali pada saat pengobatan, maskoki sudah menemui kematian. Pencegahan terhadap serangan cacing ini hanya dengan mennyucihamakan pakan sebelum diberikan maskoki. Pengobatan dapat dicoba dengan cara merendam maskoki yang sakit ke dalam larutan PK dosis 1/2 gram/ 5 liter air. Lakukan perendaman selama 5 menit, kemudian pindahkan maskoki ke dalam wadah yang sudah berisi air bersih.
Setelah 2 menit, masukkan kembali maskoki ke dalam larutan PK. Lakukan pengobatan ini sampai terlihat maskoki sudah dapat bernapas secara normal. Ada beberapa jenis maskoki, seperti bubble eyes dan red cap oranda, pada saat pengobatan menjadi stres berat, lendirnya terlepas, dan warnanya menjadi pudar. Untuk mengatasi kondisi tersebut, siapkan wadah berdiameter 30 cm, isi dengan air bersih 1/2 bagian dan larutkan cairan antistres, seperti Tetra AquaSafe sebanyak 20 tetes. Biarkan maskoki berada di dalam air tersebut selama menit sebelum direndam kembali ke dalam larutan PK. Akuarium tempat asal maskoki dibersihkan dan airnya diganti dengan air baru yang sudah diendapkan. Sebelum maskoki dimasukkan kembali ke dalam akuarium, larutkan Tetra Black Water untuk mengikat logam berat dan menurunkan kadar klorin dengan takaran 1 tetes / liter air. Kemudian, masukkan cairan antistres Tetra AquaSafe dosis 1 tetes/3 liter air. Sebagai perlindungan terhadap serangan penyakit, larutkan Dactylo Shower atau Rot Stop dengan takaran 1 tetes/5 liter air.

DAFTAR PUSTAKA

Adijaya, S.Dian, “Agar Kemolekannya Dinikmati Lebih Lama”, Trubus, Agustus 2003.
______, “Merah Putih Corak Ranchu”, Trubus, Juli 2003
______, “Strain Terbaru dari Tirai Bambu”, Trubus, Agustus 2003.
Hisomudin, dkk., “Permasalahan Maskoki dan Solusinya”, Penebar Swadaya, 2003
Suyanto, S.Rachmatun, “Parasit Ikan dan Cara Pemberantasannya” (Jakarta : Pusat Penerbitan Yayasan Sosial Tani Membangun, 1981).




Selasa, 23 Oktober 2018

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN BAUNG


I. PENDAHULUAN

Kegiatan budidaya ikan merupaka alternatif  yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat petani nelayan. Salah satu jenis ikan yang sangat potensial untuk dibudadayakan adalah ikan baung. Ikan baung adalah sejenis lele yang hidup di perairan umum, seperti sungai dan danau. Di Indonesia, ikan baung cukup populer dan amat digemari oleh konsumen, khususnya di Sumatera dan Kalimantan karena  dagingnya tebal dan memiliki rasa yang khas.
Karena nilai ekonomisnya yang tinggi, ikan baung senantiasa diburu dan ditangkap. Sampai saat ini kebutuhan ikan baung untuk konsumsi masih diperoleh dari penagkapan di alam. Penangkapan tanpa memperhatikan  kelestarian tentunya akan dapat menurunkan populasi ikan baung,bahkan dapat mengakibatkan kepunahan. Gejala kepunahan ini sudah dirasakan oleh masyarakat Sumatra Tengah (Jambi, Riau, Bengkulu), Sumatera Selatan, dan Kalimantan.
Alternati untuk mencegah kepunahan ikan baung  di alam bebas dan meningkatkan pendapatan petani ikan, melalui kegiatan budidaya, budidaya ikan baung dapat menggunakan karamba atau di kolam.
Ketersedian benih yang cukup dan bermutu, selain untuk keperluan budidaya, dapat juga untuk restoking di perairan umum, sehingga ketersediaan ikan tersebut tetap lestari.. untuk itu, perluadanya upaya pembenihan antara lain melalui teknik pemijahan  ikan dengan sistem rangsangan hormon.
Hasil benih dari pembenihan ternyata belum juga memenuhi kebutuhan untuk pembenihan atau pembesaran. Usaha pembenihan dan pembesaran ikan baung masih mengalami berbagai kendala, sehingga informasi tentang teknologi budidaya dan pencegahan hama penyakitnya sangat diperlukan.  

II. DISKRIPSI IKAN BAUNG
  


Gambar 1. Ikan baung


A.    Taksonomi
Ikan baung diklasifikasikan ke dalam :
Phylum   : Chordata
Kelas                : Pisces
Sub–kelas         : Teleostei
Ordo                : Ostariophysi
Sub–Ordo         : Siluroidae
Famili               : Bagridae
Genus               : Macrones
Spesies             : Macrones nemurus CV (Saanin, 1968)
Menurut Imaki et al. (1978), ikan baung dimasukkan dalam Genus Mystus dengan spesies Mystus nemurus CV.

B.    Marfologi
Ikan baung mempunyai bentuk tubuh panjang, licin, dan tidak bersisik; kepalanya kasar dan depres dengan tiga pasang sungut di sekeliling mulut dan dekat ubang pernafasan, sedangkan panjang sungut rahang atas hamper mencapai sirip dubur. Pada sirip dada dan sirip punggung, masing-masing  terdapat duri patil. Ikan baung mempunyai sirip lemak (adipose fin) di belakang sirip pungung. Sirip ekor berpingiran tegak dan ujung ekor bagian atas memanjang menyerupai bentuk sungut. Bagian atas kepala dan badan berwarna coklat kehitam-hitaman sampai pertengahan sisi badan dan memutih kearah bagian bawah. Panjang tubuh bisa mencapai 50 cm (Webber dande Beaufort,1965 dan Tang 2000).

C.  Habitat
3
 
Ikan baung banyak hidup di perairan tawar, seperti sungai dan danau, juga terdapat di perairan payau muara sungai. Ikan baung menyukai tempat-tempat yang tersembunyi dan tidak aktif keluar berkisar antara 26-30ºc, pH berkisar antara 4 – 9, kandungan oksigin terlarut optimal 5-6 ppm. 

D.  Pola Pertumbuhan
Pertumbuhan ikan baung adalah allomtrik. Pertambahan berat lebih cepat dari pada pertambahan panjang badan. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, pertumbuhan ikan baung jantan berpola isometrik, dimana pertambahan berat sebanding dengan pertambahan panjang badan. Dengan demikian , factor makanan memegang peranan yang sangat penting. Jika ikan baung  semakin banyak mendapat makanan, maka pertumbuhan beratnya semakin tinggi. Karena itu ikan baung berukuran besar cenderung agresif mencari makan  sehingga pertumbuhannya berpola allometrik.
Factor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ikan baung adalah kematangan gonad. Ikan baung betina memiliki pola pertumbuhan allometrik. Hamper 77% ikan baung betina mengandung telur sehingga berat telur tersebut mempengaruhi pola pertumbuhannya. Hal ini juga menyebabkan pola pertumbuhan ikan baung (jantan dan betina ) berpola allometrik.

E.  Kebiasaan Makan
Pada umumnya ikan mempunyai kemampuan beradaptasi yang tinggi terhadap makanan dan pemanfaatan makanan yang terserdia disuatu perairan. Dengan mengetahui kebiasaan makan ikan, maka kita dapat mengetahui hubungan  ekologi organisme dalam suatu perairan, misal bentuk-bentuk pemangsaan persaiangan makanan dan rantai makanan.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa ikan baung termasuk jenis ikan karnivora dengan susunan makanan terdiri atas ikan, insekta,udang, annelida, nematoda, detritus, sisa-sisa tumbuhan, atau organik lainnya. Makanan utama ikan baung dewasa terdiri atas ikan dan insekta, sedangkan makanan utama anakan ikan baung hanya berupa insekta. Djajadiredja et al .(1977) mengemukakan bahwa ikan baung termasuk jenis ikan omnivora dengan makanan terdiri atas Dari komposisi organisme yang dijumpai dalam isi lambung ikan baung ternyata bahwa ikan initergolong jenis ikan pemakan segala (omnivora) dengan kecenderungan pada jenis insekta air dan ikan ini mengarah kepemakan daging (karnivora).

III.  PEMBENIHAN

A.     Pemijahan/Penyuntikan
Pemijahan baung dilakukan secara buatan (penyuntikan) atau semi alami. Induk ikan baung betina dan jantan yang telah diseleksi dan disimpan dalam wadah yang terpisah. Untuk penyuntikan ikan dalam pemijahan digunakan hormon ovaprim dengan dosis 0,6-0,9 ml/kg betina dan jantan 0,5 ml/kg. Penyuntikan dilakukan 2 kali, yakni penyuntikan pertama ¼ bagian dan suntikan kedua ¾ bagian, interfal waktu penyutikan pertama dan kedua antara 6-12 jam. Induk
20
 
betina yang telah ovulasi kurang lebih 6-8 jam setelah penyuntikan kedua, dilakukan striping (pengurutan telur). Untuk mendapatkan sperma, ikan jantan dibedah, kemudian testis dicuci/dibersihkan dari darah dan lemak yang melakat. Selanjutnya sperma dilarutkan dalam larutan NaCl 0,9% sebanyak setengah bagian. Bilaterlalu pekat, tmabahkan NaCl sampai larutan berwarna putih susu agak encer. Campurkan sperma sedikit demi sedikit kedalam telur aduk dengan rata.

B.     Pemeliharaan Larva
          Telur yang telah menetas dipanen larva yang dihasilkan dipindahkan ke dalam akuarium pemeliharaan larva. Faktor penting dalam penebaran atau pemeliharaan adalah padat penebaran, padat penebaran untuk larva ikan baung berkisar antara 10-20 ekor/liter air. Penebaran larva dilakukan 1-5 hari setelah pengisian air pada wadah pemeliharaan.hal ini dimaksudkan untuk menginkubasi air sehingga dapat memotong siklus hidup organisme patogen yang mungkin terdapat pada media itu.
          Larva ikan baung berumur 1-5 hari dapat diberi pakan berupa Artemia salina atau Moina sp, dengan kepadatan 1-2 ekor/ml. Pada saat berumur 3-8 hari, larva ikan baung sudah dapat dibericincangan cacing Tubifex sp dan Daphnia sp. Ketika umur ikan baung 7/8 hari larva ikan baung dibrikan pakan cacing Tubifex  sp. Sebanyak 10 mg/ekor. Pemeliharaan ini selama kurang lebih 14 hari.

C.     Pendederan
Pendederan benih baung merupakan salah satu tahap kegiatan pembenihan untuk mendapatkan benih baung yang siap dibesarkan. Pendederan benih baung biasanya dilakukan dalam bak atau kolam pendederan. Persiapan kolam, pemupukan maupun pemeliharaan benih baung selama di kolam pendederan, sama seperti yang biasa dilakukan untuk pendederan jenis – jenis ikan
Benih ditebar pada pagi atau sore hari dengan kepadatan 100 ekor/m². Pakan diberikan setiap hari berupa tepung pellet sebanyak 0,75gr/1000 ekor. Lama pemeliharaan benih selama 1 bulan atau telah mencapai berat 10-20 gr.
                                               
 Gambar 2.  Bak pendederan
                  
                                                         

 Gambar 3. Kolam pendederan

IV.     PENYAKIT DAN PENGENDALIANYA

          Ikan yang dibudidayakan seringkali mengalami serangan penyakit. Penyakit dapat berkembang akibat bermacam-macam faktor antara lain trauma pengangkutan, kekurangan pakan, perubahan sifat fisik kimia air, serta epidemi dari suatu penyakit. Sebenarnya, ikan mempunyai kekebalan terhadap serangan hama dan penyakit selama berada dalam kondisi lingkungan  yang baik dan tidak ada faktor-faktor di atas yang memperlemah badannya.

A.     Tanda-tanda Umum Ikan Sakit
Serangan penyakit sering datang mendadak.Untuk itu, gejala awal yang tampak perlu dideteksi agar masalah lebih lanjut dapat ditangani dengan segera.Setelah gejalanya diketahui, selanjutnya dilakukan diagnosa untuk mengetahui faktor penyebabnya, kemudian dilakukan tindakan pengobatan dengan jenis obat dan dosis yang tepat.Untuk itu, tanda –tanda berikut ini perlu dipahami.
1.  Tingkah laku
Ikan yang sakit bisanya memperlihatkan tingkah laku menyimpang, misalnya menggosok-gosokkan badanya pada benda-benda seperti batu, tanaman liar, atau piunggiran pematang /dinding akuarium. Pada kasus lain iakn kehilangan keseimbangan sehingga gerakan tidak terkontrol. Pada akhirnya ikan diam didasar dengan kedua sirip dada terbuka atau sekali-kali muncul kepermukaan airseperti menggantung.Ada pula ikan yang sakit membuka kedua tutup insangnya lebih lebar dari biasanya, frekuensi pernafasannya meningkat, dan tampak terengah-engah dan lamakelamaan ikan kurang nafsu makan.
2.  Kelainan warna tubuh
Jika tubuh ikan berubah menjadi pucat perlu dicurigai, barangkali sudah ditempeli parasit tertentu.Namun ,perubahan warna tubuh itu juga dapat disebabkan oleh kondisi terkejut karena terjadi pergantian intensitas cahaya dari gelap keterang. Jika hal itu terjadi, biasanya warna ikan kembali normal dalam waktu yang tidak terlalu lama.Perubahan warna tubuh juga sering terjadi jika ikan dalam keadaan takut atau seaat setelah memijah (ikan betina).
Berdasarkan hal itu ,perubahan warna tubuh ikan dapat disebabkan oleh serangan parasit ataupun oleh faktor diluar penyakit. Kelainan warna dapat dianggap sebagai gejala dari suatu penyakit bila tidak ada penyebab lainseperti takut, terkejut, atau habis memijah. Perubahan warna yang disebabkan oelh penyakit biasanya bersifat permanen (berlangsung lama).
3.  Produksi lendir
Ikan sakit sering kali memproduksi lendir berlebihan.Hal ini jelas terlihat pada ikan yang berwarna gelap.Sebaliknya, kelebihan lendir itu agak sulit duketahui pada ikan yang berwarna terang karenawarna lendir itu bening hingga keabu-abuan.Produksi lendir yang berlebihan biasanya disebabkab oleh parasit yang menyerang bagian kulit.Banyaknya lendie tergantung pada intensitas serangan.
4.  Kelainan bentuk organ
Serangan parasit tertentu akan menimbulkan kelainan pada bagian tubuh ikan, misalnya berupa bintik-bintik putih pada sirip, sisik, maupun pada bagian lain. Kelainan bentuk juga dapat terjadi pada perbatasan  dua keping tutup insang trdapat tonjolan atau bengkak. Bila serangan sangat hebat, akan terjadi infeksi yang parah sehingga tonjolan itu menyebar keseluruh bagian tubuh seperti insang, mta, dan bahgian kepala. Bagian kulit, termasuk juga otot, tak luput dari resiko terkena serangan parasit yang mengakibatkan bintik-bintik merah atau menunjukkan gejala adanya semacam tumor pada kulit.
5.  Faktor kondisi
Tedapat korelasi antara bobot seekor ikan dengan panjangnya dikaitkan dengan  kondisi kesehatan ikan yang bersangkutan. Bila perbandingan berat dan panjang ikan tidak seimbang dalam arti  hasilnya lebih kecil dibandingkan dengan  angka indeks faktor kondisi ikan sehat maka ikan tersebut dikategorikan menderita sakit.
B.     Penyebab Ikan Sakit
Ikan tidak sehat dapat juga diakibatkan oelh kondisi lingkungan seperti sifat fisika dan kimia air yng tidak cocok bagi ikan atau karena pakan yang tidak cocok.
1.  Kondisi pH
Kondisi pH yang sangat rendah (sangat asam) atau sebaliknya terlalu tinggi (sangat basa)dapat mengganggu kehidupan dan kesehatan ikan.Setiap jenis ikan memperlihatkan respon berbeda terhadap fluktuasi perubahan pH, dan dampak yang ditimbulkannya bermacam-macam.Oleh sebab itu,pengukuran pH untuk mengetahui pola perkembangannya perlu dilakukan agar kesehatan ikan selalu terpantau.

2.  Kekurangan oksigen
     Gejala umum ikan yang kekurangan oksigen akan terlihat setres.ikan sering muncul kepermukaan air mengambil oksigen dari udara bebas dan berenang terhentak-hentak. Beberapa hal  yang menjadi penyebab antara lain padat penebaran yang terelalu tinggi, suhu tinggi, kurang ayau tidak ada tanaman air sama sekali, kurang sinar matahari, dan tertimbunya bahan organik sari sisa pakan ataupun tananman air yang mati.
     Konsentrasi oksigen terlarut dalam wadah budidaya yang sangat rendah menyebabkan ikan mudah terserang penyakit danparasit, kadang-kadang tidak mau makan, dan tidak dapat berkembang dengan baik pada konsentrasi oksigen kurang dari 4ppm (4 mg/liter).
3.  Keracunan
     Akibat keracunan biasanya fatal karena kematian yang terjadi secara massal/serentak dan berlangsung cepat.Penyebab keracunan biasanya berasal dari pakan yang busuk atau adanya gas beracun seperti gas rawa, amoniak, dan asam belerang.
4.  Pakan tidak baik
     Pakan dapat menimbulkan kerugian jika menjadi sumber infeksi penyakit, terutama bila komposisi gizinya buruk, misalnya kekurangan vitamin atau mengandung bahan yang busuk dan beracun. Kualitas pakan yang buruk seracara pemberian ayng kurang tepat akan memacu peradangan yang serius pada saluran pencernaan sehingga perut ikan terlihat membengkak dan terjadi pendarahan.
5.  Perubahan suhu
     Perubahan suhu yang menddak mengakibatkan ikan mengalami shock dan menderita setres.Nafsu makan ikan berkurang sejalan dengan penurunan suhu. Jika penurunannya besar dan drastis ikan akan berhenti makan, pertumbuhannya lambat, bahkan terhambat. Sebaliknya,jika terjadi kenaikan suhu yang ekstrim, ikanmenjadi sulit bernafas. Jika ini berlangsung lama, ikan menjadi sangat rentan terhadap serangan penyakit dan parasit.
C.     Upaya Pencegahan
Ada pepatah kuno yang sangat populer yang menyebutkan bahwa mwncegah lebih baik dari pada mengobati. Tindakan pencegahan bertujuan untuk mencegah masuknya wabah penyakit kedalam wadah budidaya ikan, untuk mencegah melusnya wilayah yang terkena penyakit, dan untuk mengurangi kerugian produksi ikan akibat timbulnya penyakit.
1.  Sanitasi Kolam
Sanitasi kolam dilaksanakan melalui pengeringan, penjemuran, dan pengapuran bak/kolam dengan kepur tembok Ca (OH)2  sebanyak 200g/m² yang ditebar merata di permukaan tanah dasar kolam. Kondisi ini dibiarkan selama 7-10 hari, setelah itu baru kolam diairi dansiap ditebar ikan. Bisa juga menggunak kalium permanganat (PK) yang ditebar pada kolam berair sebanyak 10-20 g/m3 air dan dibiarkan selama 1 jam. Ikan dimasukan setelah air berubah normal kembali karena adanya pergantian air.
2.  Sanitasi Ikan Tebaran
Ikan yang akan ditebarkan diperiksa dulu, apabila menunjukan adanya kelainan atau sakit harus dikarantina untukpengobatan. Ikan tebaran yang dianggap sehat  pun harus direndam dalam larutan PK (20g/m3 air), malachyte green (40 mg/10 liter air), atau dengan formalin (1 cc/10 liter air) masing-masing selama 10-15 menit.
Sanitasi Perlengkapan dan peralatan:           Perlengkapan atau peralatan kerja sebaiknya selalu dalam keadaan suci  hama yaitu dengan cara merendamnya dalam larutan PK atau larutan kaporit selama 30-60 menit.
3.  Menjaga Lingkungan Tempat Budidaya
Upaya perlidungan dari gangguan hama dan parasit ikan adalah dengan menjaga lingkungan budidaya dan perairan. Pematang kolam dibersihkan dari tumbuhan liar yang sering menjadi tempat persembunyian hewan darat seperti ular dan kodok. Pohon yang rindang dikurangi agar tidak mengurangi masuknya sinar matahari. Setiap kolam/bak diusahakan mendapatkan pemasukan air yang baru dan segar. Selain itu, bahan-bahan organik seperti sampah yang memungkinkan masuk kewadah budidaya dikurangi.
D.     Penyakit yang Umum Menyerang Baung
1.  Penyakit parasit
     Parasit merupakan hewan atau tumbuh-tumbuhan yang menggantungkan hidupnya pada inangnya.Penyakit yan berasal dari bakteri, jamur, protozoa, ataupun cacing.
2.  Penyakit yang diakibatkan oleh Bakteri       
     Penyakit yang diakibatkan oleh bakteri disebut penyakit bakterial. Penyakit ini secara umum ditandai dengan adanya luka berwarna kemerah-merahan atau bercak-bercak merah pada bagian tubuh luar ikan, seperti bisul berisi cairan, sirip mengalami pembusukan sehingga rusak, insang pucat dan rusak, perut mengalami pembengkakan, dan kadang-kadang ekor ikan putus.
     Jenis bakteri yang menyerang ikan air tawar, terutama lele dan baung adalah bakteri Aeromonas hydrophyla. Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit jika kondisi lingkungan ataupun ikan itu sendiri menjadi buruk.
     Pencegahan penyakit bakterial dapat dilakukan dengan menggunakan oat-obatan seperti Malacheet Green. Malacheet Green berupa serbuk hijau yang biasa dibeli di apotik atau toko-toko obat. Doseis yang digunakan adalah 1-15mg/liter. Ikan yang sakit direndam dalam larutan Malacheet Green selama ±10-15 menit.
3.  Penyakit yang diakibatkan oleh jamur
     Ikan yang terserang jamur ditandai  dengan kulit ikan yang ditumbuhi benang-benang halus seperti kapas berwarna putih kecoklat-colkatan. Jenis jamur yang sering menyerang ikan air tawar (seperti catfish) adalah jamur Aphanomyces (menyerang bagian dalan tubuh) dan Saprolegmia (menyerang bagian luar tubuh)
     Pencegahan dan pengobatan penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersiahan media pemeliharaan dan menghindari perlakuan yang dapat menimbulkan luka pada ikan. Ikan yang terserabg penyakit jamur dicelupkan ke dalam larutan Malacheet Green dosis 60 g/m³ selama 15 menit, atau dengan dosis 2-3 gram/m³air selama 1 jam atau dicelupkan dalam larutan formalin (kadar 10%) dengan dosis 1,5-2 cc/liter air selama 15 menit.
4.  Penyakit yang disebabkan oleh Protozoa
     Penyakit yang paling sering dijumpai pada larva adalah penyakit bintik putih (whate spot). Penyakit ini disebabkan oleh parasit dari jenis Ichthyophthirius multifilis. Penyakit ini nerusak sel-sel lendir ikan dan dapat menyebabkan pendarahan yang sering terlihat pada sirip dan insang ikan.
     Pencegahan penyakait Ichthyophthirius multifilis dapat dilakuka dengan menciptakan suasana kesegaran dan kesehatan bagi ikan dengan mengusahakan kualiatas air tetap dalam kondisi optimal yang disertai pemberian pakan yang baik.
     Pengobatan atau pemberantasan penyakit ini dapat dilakukan dengan:
·         Ikan yang sakit direndam dalam larutan garam dapur (NaCI) dosis 10-15 g/liter air selama 20 menit atau 25g/liter selama 10-15 menit.
·         Ikan yang sakit direndam dalam larutan Malacheet Green 0,05 mg/liter air selama 3-4 hari atau 0.15 mg/liter.
·         Suhu air pemeliharaan ditingkatkan menjadi 30°c dan setiap hari diganti air 50%.
·         Ikan yang sakit direndam dalamacriflavine (hydrochlrida) dosis 10mg/liter air.
5.  Penyakit yang diakibatkan oleh Lernea
Parasit Lernea merupakan parasit yang menempel pada bagian luar tubuh ikan. Parasit ini dapat menyebabkan luka-luka sehingga menjadi jalan masuk nagi bakteri, jamur, atau virus. Timbulnya Lernia ini disebabkan oleh banyaknya bahan organik berupa sampah, sisa makanan dan sisa pemupukan, pengairan kolam yang tidak mengalir, suhu yang relatif tinggi,atau padat penebaran yang tinggi.
Gejala-gejala yang terserang penyakit Lernea adalah pada bagian badan, sirip, dan mata ditemukan parasit yang menempel. Ikan yang terserang penyakit ini juga sering mengalami luka-luka atau radang pada tempat melekatnya parasit.
Pencegahan penyakit Lernea dapat dilakukan dengan menyaring air terlebig dahulu sebelum dimasukan ke wadah budidaya. Ikan yang sakit direndam dlm larutan PK (Kalium Permangana = KMn04) dosis 20-25mg/liter air selama 2-3 jam. Pengendalian penyakit dapat juga dilakukan dengan perendaman ikan dalam larutan formalin 10% dengan dosis 250 ml/m³ air selama 10-15 menit dan diulangi 2-3 kali dalam selang waktu 2-3 hari.
6.  Penyakit yang diakibatkan oleh Argulus
Argulus hidup dengan cara menghisap darah ikan. Kutu ikan ini dapat berpindah-pindah dari satu ekor ikan ke ikan yang lain. Tanda-tanda ikan yang terserang sering mati karena disengat dan dihisap darahnya. Gerakan ikan menjadi lambat dan pada badan kadang-kadang terdapat bintik merah.
Pencegahan kutu ikan dapat dilakukan dengan pengeringan kolam secara berkala, sambil mengolah tanah, memupuk, mengapur kolam untuk memutuskan telur-telur Argulus, serta pergantian air kolam sesering mungkin.
7.  Penyakit yang diakibatkan oleh Gyrodactylus dan Dactylogyrus
Gyrodactylus dan Dactylogyrus adalah sejenis cacing sangat kecil yang hidup sebagai parasit ikan danmerusak insang serta kulit luar ikan. Insang yang diserang Gyrodactylus dan Dactylogyrus menjadi luka, kemudian timbul pendarahan akibat pernafasan ikan terganggu. Kulit ikan yang terserang menjadi berlendir banyak.
Pengobatan terhadap ikan yang terserang dapat dilakukan dengan menggunakan larutan formalin 25mg/liter air.

E.     Gejala Serangan dan Pengendalian Penyakit

NO
JENIS PENYAKIT & PENYEBABNYA
GEJALA SERANGAN
PENGENDALIAN
KIMIAWI
ALAMI
1
Bakteri
Aeromonas hydrophyla
Luka berwarna kemerah-merahan atau bercak-bercak merah pada bagian tubuh luar ikan,bisul berisi cairan,sirip rusak,insang pucat/ rusak, perut bengkak, ekor ikan rusak kadang-kadang  putus.
Malacheet Green,dosis 1-15 mg/ltr. Ikan yang sakit direndam selama 10-15 menit. Pengobatan dilakukan 3kali berturut-turut dengan jarak.
Cangkang mahkota dewa 50 iris, daun sirih 10 lembar,direbus dalam 3 gelas air menjadi 1 gelas untuk


Serangan yang ringan pada selaput lendir mengakibatkan ikan gatal-gatal dengan ciri ikan menggosokkan badan pada wadah budidaya.
2-3 hari.
50 liter air.





NO
JENIS PENYAKIT & PENYEBABNYA
GEJALA SERANGAN
PENGENDALIAN
KIMIAWI
ALAMI
2
Protozoa
 (white sport)
Ichthyopthyrius multifilis

Merusak sel-sel lendir ikan dan dapat menyebabkan pendarahan sering terlihat pada sirip dan insang.
Ikan yang sakit direndam dalam larutan garam dapur (NaCI) dosis 10-15gr/ltr air selama 20menit atau 25gr/ltr selama 10-15menit.
Direndam dalam larutan Malacheet Green dosis 0,05mg/ltr selama 3-4 hari
Cangkang mahkota dewa 50 iris,  daun ketapang 5 lembar. Bahan direbus dalam 3 gelas air ,menjadi 1 gelas untuk 50 liter air.
3
Jamur Aphanomyces (menyerang dalam tubuh) Saprolegmia (menyerang bagian luar tubuh)
Pada kulit ikan ditumbuhi benang-benang halus seperti kapas berwarna putih atau putih kecoklat-coklatan.
Ikan yang sakit direndam dalam larutan Malacheet Green dosis 60gr/m³ selama 15 menit atau dalam larutan formalin (kadar 10%) dosis 1,5-2cc/tlr air selama 15 menit.
Mahkota dewa 50 iris, 10 lembar daun sirih, rebus dalam 3 gelas air menjadi 1 gelas, tambahkan alkohol 70% sebanyak10 cc. Untuk peremdaman atau diteteskan pada luka.
4
Lernia
Pada badan ikan ditemukan parasit yang menempel seperti cacing,ikan yang terserang mengalami luka-luka atau radang  pada
Ikan yang sakit direndam dalam larutan PK dosis 20-25mr/ltr selama 2-3 jam, atau larutan formalin
Daun ketapang 5 lembar direbus dengan air secukupnya



NO
JENIS PENYAKIT & PENYEBABNYA
GEJALA SERANGAN
PENGENDALIAN
KIMIAWI
ALAMI



Tempat
menempelnya parasit. Bila parasitnya dijabut akan terlihat bekas lubang pada tubuh ikan , sehingga ikan mudah terkena infeksi kedua oleh virus, bakteri, atau jamur.
10% dosis 250ml/ m³ selama 10-15 menit diulang 2-3 kali dalam selang waktu 2-3 hari.
cc alkohol 70%. Untuk perendaman atau diteteskan pada badan ikan yang terkena learnea.
5
Argulus
Ikan menjadi kurus sehingga menyebabkan kematian karana darah habis dihisap oleh argulus, gerakan ikan menjadi lamban.
Ikan direndam dalam larutan garan dapur dosis 20g/ltr selama 5 menit
Rebus 50 iris cangkang mahkota dewa dalam 3 gelas air menjadi 1 gelas untuk 50 liter air.
6
Cacing
Gyrodactylus dan Dactylogyrus
Timbul luka-luka sehingga terjadi pendarahan akibat pernafasan terganggu,kulit
ikan menjadi
Ikan direndam dalam larutan formalin 25 ml/ltr selama 10-15menit.
30gr biji pinang yang sudah halus direbus
 setelah



V.  KANDUNGAN PADA BAHAN ALAMI

 Buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)
          Kandungan buah mahkota dewa terdiri dari golongan alkanoid, tanin, flavonoid, saponin, lignan, minyak asiri, dan sterol. Senyawa ligna baru baru yang terdapat pada ekstrak daging buah mahkota dewa berfungsi sebagai antikanker dan antioksidan.

Daun sirih (Piper betel linn)
          Sirih sebagai antiseptik mengandung dua jenis phenol, betel-phenol (chvibetol) dan chavicol yang sifat antiseptiknya lima kali lebih efektif dibandingkan dengan feno; biasa.

Biji pinang
          Biji mengandung 0,3-0,6 alkaloid,arekain,guvakin.Red tannin 15%,lemak 14%,kanji dan resin


DAFTAR PUSTAKA 

Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi Jl. Salabintana 17, Tlp (0266)225211 Fax.(0266)225240  Email: bbats@telkom.net

Daelami Deden A.S. Usaha Pembenihan Ikan Hisa Air Tawar, Jakarta, Penebar Swadaya, 2001.

Harmanto Ning, Menggempur Penyakit Hewan Kesayangan Dengan Mahkota Dewa,   Jakarta, Penebar Swadaya, 2004.

Syofan dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Baung Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Tang, U.M. Teknik Budidaya Ikan Baung,Kanisius, 2003.


  MENGENAL IKAN SCORPION Mengingat permintaan ikan hias dari tahun ketahun terus meningkat, maka Ikan  Skorpion Volitan (Pterois ...