Kamis, 26 Oktober 2017

PENANGANAN HAMA & PENYAKIT IKAN BAUNG

A. Tanda – Tanda Umum Ikan Sakit

Serangan penyakit sering dating mendadak. Untuk itu, gejala awal yang tampak perlu dideteksi agar masalah lebih lanjut dapat ditangani dengan segera. Setelah gejalanya diketahui, selanjutnya dilakukan diagnose untuk mengetahui factor penyebabnya, kemudian dilakukan tindakan pengobatan dengan jenis obat dan dosis yang tepat. Untuk itu, tanda –tanda berikut ini perlu dipahami.

1. Tingkah laku

Ikan yang sakit bisanya memperlihatkan tingkah laku menyimpang, misalnya menggosok-gosokkan badanya pada benda-benda seperti batu, tanaman liar, atau pinggiran pematang /dinding akuarium. Pada kasus lain ikan kehilangan keseimbangan sehingga gerakan tidak terkontrol. Pada akhirnya ikan diam didasar dengan kedua sirip dada terbuka atau sekali-kali muncul ke permukaan air seperti menggantung. Ada pula ikan yang sakit membuka kedua tutup insangnya lebih lebar dari biasanya, frekuensi pernafasannya meningkat, dan tampak terengah-engah dan lama kelamaan ikan kurang nafsu makan.

2. Kelainan warna tubuh

Jika tubuh ikan berubah menjadi pucat perlu dicurigai, barangkali sudah ditempeli parasit tertentu. Namun , perubahan warna tubuh itu juga dapat disebabkan oleh kondisi terkejut karena terjadi pergantian intensitas cahaya dari gelap keterang. Jika hal itu terjadi, biasanya warna ikan kembali normal dalam waktu yang tidak terlalu lama. Perubahan warna tubuh juga sering terjadi jika ikan dalam keadaan takut atau saat setelah memijah (ikan betina).

3. Produksi lendir

Ikan sakit sering kali memproduksi lender berlebihan. Hal ini jelas terlihat pada ikan yang berwarna gelap. Sebaliknya, kelebihan lender itu agak sulit diketahui pada ikan yang berwarna terang karena warna lender itu bening hingga keabu-abuan. Produksilendir yang berlebihan biasanya disebabkan oleh parasit yang menyerang bagian kulit. Banyaknya lendir tergantung pada intensitas serangan.

4. Kelainan bentuk organ

Serangan parasit tertentu akan menimbulkan kelainan pada bagian tubuh ikan, misalnya berupa bintik-bintik putih pada sirip, sisik, maupun pada bagian lain. Kelainan bentuk juga dapat terjadi pada perbatasan dua keeping tutup insang terdapat tonjolan atau bengkak. Bila serangan sangat hebat, akan terjadi infeksi yang parah sehingga tonjolan itu menyebar keseluruh bagian tubuh seperti insang, mata, dan bahgian kepala. Bagian kulit, termasuk juga otot, tak luput dari resiko terkena serangan parasit yang mengakibatkan bintik-bintik merah atau menunjukkan gejala adanya semacam tumor pada kulit.

5. Faktor kondisi

Terdapat korelasi antara bobot seekor ikan dengan panjangnya dikaitkan dengan kondisi kesehatan ikan yang bersangkutan. Bila perbandingan berat dan panjang ikan tidak seimbang dalam arti hasilnya lebih kecil dibandingkan dengan angka indeks factor kondisi ikan sehat maka ikan tersebut dikategorikan menderita sakit.

B. Penyebab Ikan Sakit

Ikan tidak sehat dapat juga diakibatkan oleh kondisi lingkungan seperti sifat fisika dan kimia air yang tidak cocok bagi ikan atau karena pakan yang tidak cocok.

1. Kondisi pH

Kondisi pH yang sangat rendah (sangat asam) atau sebaliknya terlalu tinggi (sangat basa) dapat mengganggu kehidupan dan kesehatan ikan. Setiap jenis ikan memperlihatkan respon berbeda terhadap fluktuasi perubahan pH, dan dampak yang ditimbulkannya bermacam-macam. Oleh sebab itu, pengukuran pH untuk mengetahui pola perkembangannya perlu dilakukan agar kesehatan ikan selalu terpantau.

2. Kekurangan oksigen

Gejala umum ikan yang kekurangan oksigen akan terlihat setres. Ikan sering muncul kepermukaan air mengambil oksigen dari udara bebas dan berenang terhentak-hentak. Beberapa hal yang menjadi penyebab antara lain padat penebaran yang terelalu tinggi, suhu tinggi, kurang atau tidak adat anaman air sama sekali, kurang sinar matahari, dan tertimbunya bahan organik dari sisa pakan atau pun tananman air yang mati.

Konsentrasi oksigen terlarut dalam wadah budidaya yang sangat rendah menyebabkan ikan mudah terserang penyakit dan parasit, kadang-kadang tidak mau makan, dan tidak dapat berkembang dengan baik pada konsentrasi oksigen kurang dari 4ppm (4 mg/liter).

3. Keracunan

Akibat keracunan biasanya fatal karena kematian yang terjadi secara massal/serentak dan berlangsung cepat. Penyebab keracunan biasanya berasal dari pakan yang busuk atau adanya gas beracun seperti gas rawa, amoniak, dan asam belerang.

4. Pakan tidak baik

Pakan dapat menimbulkan kerugian jika menjadi sumber infeksi penyakit, terutama bila komposisi gizinya buruk, misalnya kekurangan vitamin atau mengandung bahan yang busuk dan beracun. Kualitas pakan yang buruk serta cara pemberian yang kurang tepat akan memacu peradangan yang serius pada saluran pencernaan sehingga perut ikan terlihat membengkak dan terjadi pendarahan.

5. Perubahan suhu

Perubahan suhu yang mendadak mengakibatkan ikan mengalami shock dan menderita setres. Nafsu makan ikan berkurang sejalan dengan penurunan suhu. Jika penurunannya besar dan drastic ikan akan berhenti makan, pertumbuhannya lambat, bahkan terhambat. Sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu yang ekstrim, ikan menjadi sulit bernafas. Jika ini berlangsung lama, ikan menjadi sangat rentan terhadap serangan penyakit dan parasit.

C. Upaya Pencegahan

Ada pepatah kuno yang sangat populer yang menyebutkan bahwa mencegah lebih baik dari pada mengobati. Tindakan pencegahan bertujuan untuk mencegah masuknya wabah penyakit kedalam wadah budidaya ikan, untuk mencegah meluasnya wilayah yang terkena penyakit, dan untuk mengurangi kerugian produksi ikan akibat timbulnya penyakit.

1. Sanitasi Kolam

Sanitasi kolam dilaksanakan melalui pengeringan, penjemuran, dan pengapuran bak/kolam dengan kapur tembok Ca (OH)2 sebanyak 200g/m² yang ditebar merata di permukaan tanah dasar kolam. Kondisi ini dibiarkan selama 7-10 hari, setelah itu baru kolam diairi dan siap ditebari ikan. Bisa juga menggunakan kalium permanganat (PK) yang ditebar pada kolam berair sebanyak 10-20 g/m3 air dan dibiarkan selama 1 jam. Ikan dimasukan setelah air berubah normal kembali karena adanya pergantian air.

2. Sanitasi IkanTebaran

Ikan yang akan ditebarkan diperiksa dulu, apabila menunjukan adanya kelainan atau sakit harus dikarantina untuk pengobatan. Ikan tebaran yang dianggap sehat pun harus direndam dalam larutan PK (20g/m3 air), malachyte green (40 mg/10 liter air), atau dengan formalin (1 cc/10 liter air) masing-masing selama 10-15 menit.

Sanitasi Perlengkapan dan peralatan: Perlengkapan atau peralatan kerja sebaiknya selalu dalam keadaan suci hama yaitu dengan cara merendamnya dalam larutan PK atau larutan kaporit selama 30-60 menit.

3. Menjaga Lingkungan Tempat Budidaya

Upaya perlidungan dari gangguan hama dan parasit ikan adalah dengan menjaga lingkungan budidaya dan perairan. Pematang kolam dibersihkan dari tumbuhan liar yang sering menjadi tempat persembunyian hewan darat seperti ular dan kodok. Pohon yang rindang dikurangi agar tidak mengurangi masuknya sinar matahari. Setiap kolam/bak diusahakan mendapatkan pemasukan air yang baru dan segar. Selain itu, bahan-bahan organic seperti sampah yang memungkinkan masuk kewadah budidaya dikurangi.


DAFTAR PUSTAKA

Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi Jl. Salabintana 17, Tlp (0266) 225211 Fax.(0266)225240 Email: bbats@telkom.net

Daelami Deden A.S. Usaha Pembenihan Ikan Hisa Air Tawar, Jakarta, Penebar Swadaya, 2001.

Harmanto Ning, Menggempur Penyakit Hewan Kesayangan Dengan Mahkota Dewa, Jakarta, Penebar Swadaya, 2004.

Syofan dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Baung Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Tang, U.M. Teknik Budidaya Ikan Baung, Kanisius, 2003.

Selasa, 24 Oktober 2017

PENANGANAN HAMA & PENYAKIT IKAN BANDENG



PENYAKIT DAN PENYEBABNYA

Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangangguan pada ikan, sehingga dapat menimbulkan kerugian dalam bereproduksi.

Timbulnya penyakit pada ikan disebabkan oleh ketidak serasian antara 3 faktor, yaitu kondisi lingkungan, kondisi ikan itu sendiri, dan organism patogen.

Kemungkinan adanya serangan penyakit pada budidaya ikan bandeng dapat terjadi dalam setiap tahapan dalam kehidupannya mulai dari telur sampai bandeng dewasa.

Ada 2 cara yang dapat dilakukan dalam menanggulangi kemungkinan adanya serangan penyakit pada ikan bandeng yaitu tindakan pencegahan dan pengobatan.


A. PENCEGAHAN

Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif untuk menanggulangi timbulnya penyakit, upaya pencegahan dapat ditempuh dengan 2 cara yaitu proteksi dan prevensi.

1. Proteksi

Proteksi adalah bagaimana mengkondisikan lingkungan seoptimal mungkin agar dapat mendukung kehidupan ikan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengkondisikan lingkungan tersebut adalah : 

· Kualitas air

Air yang masuk kedalam tambak harus dipastikan dalam kondisi bebas bibit penyakit, sehingga pada pintu air tersebut perlu dipasang filter. Kedalaman air juga tetap harus dipertahankan antara 1-1,2 m kedalaman air ini berkaitan dengan fluktuasi suhu sehingga dapat mengurangi terjadinya stress.

· Pakan

Kepadatan pakan alami plankton berkaitan dengan tingkat kecerahan air, semakin rendah kecerahan menunjukan kepadatan plankton semakin tinggi. Untuk menjaga kualitas air agar tetap layak untuk pertumbuhan bandeng, maka dilakukan penggantian air serta pemupukan susulan untuk penumbuhan klekap, kepadatan plankton dipertahankan pada kecerahan 35-45 cm.

· Monitoring

Kegiatan monitoring sangat penting dilakukan untuk mengetahui kondisi pertambakan, sehingga bila ditemui permasalahan dapat segera dilakukan tindakan penanggulangan.

2. Prevensi

Prevensi yaitu mengkondisikan ikan agar tahan terhadap kemungkinan adanya serangan penyakit. Beberapa hal yang perlu kita lakukan yaitu:

· Seleksi Benih

Benih – benih bandeng yang akan ditebar dipastikan dalam kondisi sehat dan tidak membawa bibit penyakit dari tempat asalnya, oleh karena itu perlu dilakukan pemilihan benih yang memenuhi criteria tersebut.

· Mengurangi terjadinya stress

Ikan yang mengalami stress akan menurunkan daya tahan tubuhnya, sehingga dalam kondisi tersebut ikan mudah terserang penyakit

· Mengatur padat tebar

Padat tebar benih perlu diatur agar tidak terjadi persaingan dalam mendapatkan makanan, oksigen dan ruang gerak dan sedapat mungkin menghindari terjadinya pergesekan langsung yang dapat mengakibatkan luka dan dapat menjadi media bersarangnya penyakit.


B. PENGOBATAN

Tindakan pengobatan merupakan alternative terakhir yang perlu kita lakukan apabila ikan bandeng terserang penyakit, meskipun akhir – akhir ini jarang ditemukan adanya serangan penyakit pada budidaya bandeng, namun demikian ada beberapa jenis ectoparasit yang pernah dilaporkan menyerang ikan ini. Oleh karena ikan bandeng merupakan ikan yang jarang terserang penyakit, sehingga tindakan pengobatan dengan penggunaan jeni sobat dari bahan kimia belum ditetapkan secara pasti, oleh Karena itu pendekatan alamiah dengan pemanfaatan obat alami saat ini lebih dikedepankan.

Untuk pengobatan dengan menggunakan bahan alami yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan tumbuhan “SAGA”.

- Saga dapat ditemukan di hutan, semak belukar, atau ditanam sekitar pekarangan rumah sebagai tanaman obat, merupakan tumbuhan tropis dan subtropics serta dapat ditemukan dari 1-1.000 m dpl.

- Khasiat ; Membunuh parasit, anti radang, melancarkan pengeluaran nanah, bercak-bercak berwarna pada kulit yang terpapar, penyejuk pada selaput lendir. 

Adapun jenis penyakit yang pernah dilaporkan menyerang ikan ini berikut penyebab dan pengobatannya dapat dilihat pada table berikut ini:
















DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional, 1998. Produksi Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Kelas benih Sebar. Departemen Pertanian. Jakarta.

http://rajanya bandeng. wordpress.com/2013/01/01/ikan-bandeng-vs-ikan-salmon-part-ii/

Murthala, Dia. 2004. Pembesaran Ikan Bandeng di BBPBAP Jepara Jawa Tengah. Jurusan Penyuluhan Perikanan STPP Bogor. Bogor.

Murtidjo, B. 2002. Budidaya dan Pembenihan Bandeng. Kanisius.Yogyakarta.

Wijayakusuma, Hembing dkk. 1995. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Pustaka Kartini. Jakarta.

Santoso B. dan Syafei L.S, 2005.Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Bandeng Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Rabu, 18 Oktober 2017

PENANGANAN HAMA & PENYAKIT IKAN ARWANA



JENIS – JENIS PENYAKIT

Penyakit yang biasa menyerang arwana adalah sebagai berikut :

A. Penyakit bintik putih
  • Penyebab
Penyebab penyakit bintik putih adalah protozoa Ichthiopthirius multifiliis. Faktor pendukung penyebab penyakit ini adalah kualitas air yang buruk, suhu yang terlalu rendah, pakan yang buruk, dan kontaminasi ikan lain yang sudah terkena penyakit bintik putih. Penularan penyakit ini dapat melalui air dan kontak langsung antar ikan.
  • Gejala
Bagian tubuh arwana yang diserang adalah sel lendir, sisik, dan lapisan insang. Arwana yang terserang penyakit ini tampak sulit bernafas, sering menggosok-gosokkan tubuhnya kedinding wadah, munculnya bintik putih pada insang dan sirip, lapisan lender rusak, dan terjadi pendarahan pada sirip dan insang.

B. Penyakit penducle
  • Penyebab
Penyakit ini sering disebut dengan penyakit air dingin (cold water descareases) yang bias terjadi pada suhu 160 C. penyebabnya adalah bakteri Flexbacterpsychropahila yang berukuran sekitar 6 mikron.
  • Gejala
Arwana yang terserang penyakit penducle tampak lemah, tidak mempunyai nafsu makan, muncul borok atau nekrosa pada kulit secara perlahan.

C. Penyakit Edward siella
  • Penyebab
Penyebabnya adalah bakteri Edward siellaterda yang berukuran sekitar 0,5-0,75 mikron.
  • Gejala
Jika sudah terinfeksi penyakit ini, akan muncul luka kecil pada kulit dan daging arwana, disertai dengan pendarahan. Luka tersebut akan menjadi bisul dan mengeluarkan nanah. Serangan lebih lanjut dapat menyebabkan luka pada hati dan ginjal.

D. Penyakit gatal
  • Penyebab
Penyakit yang sering menyerang benih arwana yang diserang adalah kulit, sirip, dan insang.
  • Gejala
Serangan penyakit gatal ditandai dengan gerakan arwana yang lemah dan sering menggosok-gosokkan tubuhnya kebenda keras dan dinding wadah pemeliharaan.

URAIAN TANAMAN BAHAN ALAMI 

A. Sambang darah (Excoecariaco chinnensis Lour)

Sambang darah umumnya ditanam sebagai tanaman hias atau tumbuh liar dihutan dan ditanam dipekarangan sebagai pagar hidup atau tanaman obat. Tumbuhan ini merupakan tanaman perdu yang tumbuh tegak dengan tinggi 0,5-1,5 meter dan bercabang banyak. Tumbuhan ini dapat diperbanyak dengan stek batang atau cangkokan.
  • Sifat dan khasiat
Tumbuhan ini berkhasiat membunuh parasit (parasitisid), menghilangkan gatal (anti puritik), dan menghentikan pendarahan (hemostatis). Sifatnya hangat dan rasanya pedas.
  • Kandungan kimia
Sambang darah mengandung tanin, asam behenat, triterpenoid eksokarol, silosterol. Dan getahnya mengandung resin dan senyawa beracun. Bagian yang dapat digunakan sebagai obat adalah daun, batang dan akarnya.

B. Kunyit (Curcuma domestica Val)

Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan batang semua, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Bunga majemuk yang berambut dan besisik dari pucuk batang semua, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih kekuningan atau kekuningan. Ujung dan daun pangkal runcing, tetapi daunnya yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan.
  • Sifat dan khasiat
Kunyit bersifat mendinginkan. Zat dalam rimpang kunyit berkhasiat untuk menghambat atau membunuh mikroba.
  • Bagian yang dapat digunakan untuk obat 
Bagian kunyit yang digunakan sebagi obat adalah umbi akar. 

C. Cara pembuatan ekstrak
  • Sambang darah :
Sebelum dibuat menjadi ekstrak, daun sambang darah harus dicuci bersih terlebih dahulu. Daun tersebut dihaluskan sebanyak 250 gram dan ditambah air sebanyak 50 ml. Setelah dihaluskan airnya diambil dengan cara menyaring. Air yang telah diambil merupakan ekstrak sambaing darah.
  • Kunyit :
Sebelum dibuat menjadi ekstrak, rimpang kunyit dibersihkan terlebih dahulu. Rimpang yang sudah dibersihkan diparut sebanyak 250 gram dan ditambah air bersih sebanyak 50 ml. Setelah diparut kunyit diambil ekstraknya dengan cara menyaring.



DAFTAR PUSTAKA


Bachtiar, Yusuf, Tim Lentera. “Menyingkap Rahasia Penangkaran & Budidaya Arwana”. (Jakarta : Agromedia Pustaka, 2004).

Dalimartha ,S. “Atlas Tumbuhan Obat Indonesia”. (Jakarta: Puspa Swara, anggota IKAPI 2004).


Saluraban H.R. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Arwana Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Selasa, 17 Oktober 2017

PEMBESARAN IKAN CORIDORAS



Kegiatan akhir budidaya ikan corydoras ialah pembesaran. Kegiatan pembesaran merupakan pemeleiharaan ikan hingga mencapai ukuran yang dikehendaki pasar. Ada tiga ukuran ikan hasil pembesaran yang siap di pasarkan, yaitu ukuran S (1,75-2,00 cm), Ukuran M (2,5-3.0 cm), dan ukuran L(lebih dari 3 cm). Permintaan pasar tebesar adalah ukuran M dengan ukuran rata-rata 2,5 cm.

Pada kegiatan pembesaran ini membutuhkan waktu lebih lama dibanding pembenihan dan pendederan. Waktu yang dibutuhkan larva menjadi ukuran S sekitar 1-1,5 bulan, dari ukuran S ke M sekitar 1-1,5 bulan, dari ukuran M ke L sekitar 1,5-2 bulan.

Wadah Pembesaran dan Sarananya

Wadah pembesaran ini sama seperti pada kegiatan pembenihan, akuarium dapat dibuat sendiri sesuai keinginan budidaya. Ukuran harus lebih besar dibanding wadah pemijahan karena digunakan untuk keleluasan gerak ikan. Ketebalan kacanya harus sesuai dengan ukran akuarium. Sebagai pedoman, Ketebalan kaca untuk akuarium ukuran 40 cm x 60 cm x 50 cm adalah 5 mm. Ketebalan kaca perlu diperhatikan pemberian pakan sekitar 7-10 hari dengan dosis 1/3 sendok makan untuk setiap akuarium.

Kualitas air selama pemeliharaan benih harus tetap stabil sehingga perlu dilakukan pergantian air. Air yang bening lebih di sukai benih corydoras, dan sisa pakan, kotoran yang ada didasar harus selalu dibuang.

Pemasukan Benih

Ketekunan, kesabaran, dan ketelatenan dalam mengelola pembudidayaan corydoras akan menunjang keberhasilan uasaha yang dilakukan.Penanganan yang halus atau lembut sangat di butuhkan. Perlakuan yang kasar akan menyebabakan terjadinya serangan penyakit. Luka biasanya terjadi akibat penangan yang kurang hati-hati atau kasar.

Pemasukan benih kedalam bak pembesaran pun harus dilakukan secara hati-hati. Gunakan serokan agar ikan tidak tergores dan tidak menyababkan luka. Ikan yang baru diserok sebaiknya ditempatkan dahulu dalam sebuah baskom sebelum dimasukan dalam wadah pembesaran.

Setelah benih berada dalam baskom masukkan baskom tersebut secara perlahan ke da;am wadah pembesaran untuk diaklimatisasi dan adaptasi suhu air. Ini harus dilaukan karena suhuair di wadah pemeliharaan lama tidak sama demgam suhu air di wadah baru bila langsunmg dimasukkan kedalam wadah pembesaran, ikan tidak tahan dengan suhu air yang baru. Proses aklimatisasi dan adaptasi cukup sekitar satu jam. Selanjutnya okan di dalam baskom dibiarkan keluar sendiri ke wadah pembesaran.

Perawatan

Setelah dimasukkan dalam wadah pembesaran, ikan harus dirawat dengan baik agar kondisinya menjadi baik. Ikan sangat membutuhkan pakan untuk hidupnya baik pakan alami maupun pakan buatan. Beberapa jenis pakan alami yang akan diberikan antara lain cacing sutera dan cacing dara. Namun, corydoras sangat menyukai cacing sutera dinbanding cacing darah sementara pakan buatan dapat diberikan secukupnya saja.

Pemberian cacing sutera dalam keadaan bersih, setelah dinbersihkan diberi perlakuan obat – obatan agar terbebbas dari hama dan organisme dan penyebab penyakit. Caranya ialah pakan alami direndam dalam antibioti oksiteterasiklin 5-10 ppm. Pembersihan lumpur dilakukan dengan cara mencucinya secukupnya saja tetapi harus dkontrol secra rutin ketersediaanya agar ikan dapat memperoleh pakan sewaktu –waktu.

Selain pakan. Air merupakan media pemeliharaan ikan yang harus sealu diperhatiakn kualitas maupun kuantitasnya. Kiarena itu kegiatan pengisian air perlu dilakukan dengan mengganti air berarti kualitasnya dapat diperbaharui.

Penggantian air dapat dilakukan sesuai kebutuhan, sebaiknya sehari sekali. Namun, waktu 2-3 hari sekali masih mendukung kualitas air, tergantung kondisinya. Kotoran yang berada didasar perairan merupakan indikasi terhadap kualitas air media sehingga akan memepengaruhi kondisi air terutama kandungan amoniaknya. 

Daftar Pustaka

Kembuan B.S. dan Syafei L.S, 2005.Buku Seri Kesehatan Ikan “Corydoras Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Liviawaty dan Eddy Afrianto, Pengendalian Hama dan PenyakitIkan, Yogyakarta, Kanisius, 1992.

Mudjiutami Endang, Ikan Hias Air Tawar Corydoras, Jakarta, Penebar Swadaya, 2000.

Wijayakusuma, Setiawan Dalimartha dkk. Tanaman Berkhasiat Obat Indonesia IV, Jakarta, Pustaka Kartini, 1999.

Kamis, 12 Oktober 2017

PEMBUATAN AGAR AGAR KERTAS DARI RUMPUT LAUT GRACILARIA sp




v  Bahan baku    
        Bahan baku yang digunakan untuk pengolahan agar kertas biasanya adalah rumput laut jenis Gracilaria yang juga dikenal sebagai agar merah, yaitu jenis Gracilaria alam yang banyak dijumpai di pantai selatan P.jawa dan bali. Jenis rumput laut lain yang dapat digunakan adalah rumput laut jenis Gracilaria dari hasil budidaya di tambak. Jenis rumput laut agar merah dapat digunakan sendiri atau dicampur dengan Gracilaria tambak. Penggunaan Gracilaria tambak sendiri biasanya menghasilkan agar-agar yang lembek sehingga sulit dilakukan preparasi. Oleh karena itu, untuk memperkuat gel agar-agar yang terbentuk. Gracilaria tambak dicampur dengan agar merah dengan perbandingan tertentu. Ciri-ciri kedua jenis rumput laut ini sebagai berikut::
·         Rumput laut agar merah berwarna merah tua sampai kehitaman, agak kusam, talus agak panjang, cukup kering tetapi agak lembab (kadar air sekitar 40%), biasanya banyak tercampur kotorang (pasir, garam, karang, kulit kerang, rumput laut lain dan benda asing lain).
·         Rumput laut Gracilaria tambak biasanya berwarna hijau gelap, kehijauan sampai keputih-putihan agak kusam, talus kecil dan panjang sehingga sering disebut bulu kambing, cukup kering (kasar) atau agak lembab dan biasanya hanya sedikit tercampur kotorang (tanah, lumpur, pasir dan benda asing lain).

v  Bahan pembantu
Bahan bantu utama yang diperlukan dalam pengolahan agar-agar kertas adalah:
-       Air bersih untuk pencucian dan perebusan
-       Kapur tohor atau kapur bubuk (diperoleh dengan menambahkan air ke kapur gamping) untuk pemucatan rumput laut.
-       Kalium khlorida (KCl) teknis untuk proses penjendalan agar-agar.
-       Bahan bantu lain, misalnya bahan bakar (minyak dan kayu) untuk perebusan.

v  Peralatan
            Peralatan yang dipergunakan juga cukup sederhana, yaitu peralatan untuk perendaman, pencucian dan pemucatan rumput laut, perebusan dan penyaringan hasil ekstraksi, penjendalan, pemotongan, pembungkusan dan pengepresan agar-agar, penjemuran dan pengepakan produk agar-agar kertas kering.

v  Pembersihan
            Ada tiga perlakuan dalam tahap ini, yaitu perendaman, pencucian dan sortasi. Rumput laut agar mwrah kering direndam dalam air bersih sekitar 2 jam, sedangkan untuk campuran agar merah dan Gracilaria tambak direndam 1 malam. Rumput laut diremas-remas sambil disortasi untuk memisahkan kotoran (pasir, karang, jenis rumput lian, dsb), kemudian dibilas sampai bersih.

v  Pemucatan
            Setelah pembersihan, dilakukan pemucatan dengan cara merendam rumput laut di dalam larutan kapur 0,5% selama 5-10 menit. Rumput laut kemudian dicuci sambil diremas-remas, dibilas dengan air bersih, ditiris dan dijemur di panas matahari sampai kering. Ketika dijemur terjadi proses pemucatan sehingga rumput laut menjadi lebih putih. Selain itu, rumput laut direndam kembali dengan air bersih selama semalam, dicuci sambil diremas-remas dan dibilas sampai rumput laut bebas larutan/bau kapur.

v  Ekstraksi dengan perebusan
            Selanjutnya rumput laut diekstraksi. Ekstraksi agar merah dilakukan dalam dua tahap dengan direbus dengan total air perebus sebanyak 20 kali berat rumput laut kering. Perebusan pertama dilakukan dengan air perebus 14 kali berat kering selama 2 jam (suhu 850-9500C, pH 6-7) sambil diaduk. Hasil perebusan disaring dengan kain saringan dan ampasnya diekstrak lagi selama 1 jam dengan air perebus 6 kali berat rumput laut kering. Hasil perebusan disaring, ampas dibuang dan filtratnya dicampurkan ke filtrat hasil penyaringan pertama. Campuran ini lalu diendapkan untuk memisahkan kotoran halus yang masih ada.
            Ekstraksi rumput laut campuran dilakukan sekali dengan menggunakan air perebus sebanyak 12 kali berat kering campuran rumput laut. Ekstraksi dilakukan selama 2 jam pada suhu 80-850C dan pH 4,5. Hasil perebusan lalu disaring dan diendapkan.

v  Penjendalan
            Setelah pengendapan, dilakukan penjendalan dengan menambahkan bahan penjendal (KCl atau KOH) sambil dipanaskan selama 15 menit dan terus diaduk. Untuk hasil ekstraksi rumput laut agar merah digunakan bahan penjendal 2-3% KOH atau KCl, sedangkan hasil ekstraksi campuran rumput laut dengan 2,5% KCl. Hasilnya dituang ke dalam pan pencetak dan dibiarkan semalam sampai agar-agar menjendal cukup keras.
Pemotongan dan pengepresan
Kemudian agar-agar yang diperoleh diiris tipis dengan alat pemotong agar dengan ketebalan 8-10mm. Tiap irisan dibungkus kain dan disusun dalam alat pengepres dan dilakukan pengepresan untuk mengeluarkan air dari agar-agar dengan beban pengepres ditambah secara bertahap. Pengepresan dihentikan jika lembaran agar-agar sudah cukup tipis, jika agar-agar belum cukup tipis, pengepresan dilanjutkan dengan menambahkan beban secara bertahap.

v  Pengeringan
            Selanjutnya lembaran agar-agar hasil pengepresan yang sudah tipis tersebut dijemur di panas matahari sampai kering berikut kain pembungkusnya. Selama penjemuran agar-agar dibalik-balik sampai agar benar-benar kering.    
Sortasi dan pengemasan
Setelah kering benar, agar-agar dilepas satu persatu dari kain pembungkus. Agar-agar kering disortasi untuk memisahkan yang rusak, sobek dan kotor sekaligus dilakukan pengelompokkan mutunya. Agar-agar kertas dikemas dalam kantong plastik berisi 10 gr per kantong plastik atau tergantung permintaan pasar.

Produk akhir
            Jumlah agar kertas yang diperoleh dari hasil pengolahan (rendemen) dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya mutu rumput laut yang digunakan. Dari hasil pengolahan rumput laut agar merah biasanya dapat diperoleh rendemen 20-25% dari berat rumput laut.

Sumber : Pusat Riset Pengolahan Produk Dan Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan 

Senin, 09 Oktober 2017

PEMBENIHAN IKAN OSCAR




Ikan oscar adalah salah satu jenis ikan hias yang banyak digemari oleh kalangan hobiis, karena ikan ini memiliki komposisi warna yang menarik sehingga dalam pemeliharaannya, ikan ini memerlukan makanan dan perawatan khusus. Bercak warna indah yang menempel pada tubuhnya tidak akan muncul apabila ikan ini mengalami stres. Terjadinya stres dapat merupakan satu langkah awal terserangnya ikan ini oleh organisme penyabab penyakit, sehingga selain pengetahuan tentang cara perawatan yang baik, pengetahuan tentang penyakit yang sering menyerang ikan oscar dan cara-cara menanggulanginya, perlu dimiliki oleh para hobiis ataupun para pembudidaya ikan hias ini. 


SISTEMATIKA 

Ordo : Percomorpjoidei

Famili : Cichlidae

Genus : Astronotus

Spesies : Astronotus acellatus, Cuvier

Oscar termasuk pada golongan Cichlidae yang mempunyai ciri: 

1. Susunan duri-duri keras pada farink

2. Mempunyai satu lubang hidung pada setiap sisi moncongnya

3. Badannya selalu memanjang dan pipih ke samping

4. Kepalanya relatif besar dengan moncong lebar dan tumpul

5. Linea lateralis terpotong menjadi 2 bagian.


MORFOLOGI 

Ikan Oscar memiliki bentuk tubuh yang mirip dengan ikan nila, ia memiliki kepala yang besar dengan mulutnya lebar, bergerigi, agak meruncing, dan terletak di tengah (terminal). Sirip punggung (dorsal fin) berbentuk lebar yang ujungnya bersebrangan dengan sirip dada (pectoral fin), serta ujung sirip punggung dan sirip anus meruncing agak tumpul. Sirip ekornya berbentuk bulat (rounded).

Tubuhnya dilapisi warna dasar bervariasi, akan tetapi lebih sering ditemukan Oscar yang memiliki warna dasar hijau zaitun gelap atau coklat tua dengan coretan dan bintik-bintik tidak beraturan di bagian sisi yang berasal dari sisik yang berwarna kuning keemasan atau kemerah-merahan. Ikan jantan mempunyai beberapa tanda merah menyala pada tutup insang dan dekat daerah perut di samping. Kecerahan warna ikan ini sering berganti-ganti tergantung pada kondisi ikan. Ikan ini memiliki pergerakan yang gesit karena ditunjang dengan bentuk badan yang langsing, pipih ke samping (compressed).


TINGKAH LAKU

Ikan oscar termasuk ikan yang cerdas, karena ikan ini mudah mengenali pemiliknya. Selain itu, dapat kita ketrahui bahwa ikan ini juga sensitif terhadap gerakan, intesnsitas cahaya, dan irama akan tetapi ikan ini juga mempunyai kebiasaan merusak atau mengganggu ornamen-ornamen yang ada di dalam akuarium.

Ikan oscar dewasa termasuk ikan buas, karena ia mempunyai kebiasaan memakan ikan-ikan yang berukuran kecil terlebih jika ikan itu bukan dari famili yang sama dengannya. Ikan oscar dapat hidup rukun apabila dipelihara dengan ikan dari Family Chiclidae lainnya yang memiliki ukuran tubuh sama dengannya. 


MAKANAN

Makanan yang biasa diberikan pada ikan oscar sangat variatif seperti ikan-ikan kecil, jentik nyamuk, ataupun potongan-potongan ikan lainnya. Akan tetapi, untuk menghasilkan ikan oscar yang memiliki kualitas warna yang baik, maka sebaiknya makanan yang diberikan pada ikan ini adalah makanan yang mengandung zat chitine. Jenis makanan yang mengandung zat chitine kebanyakan adalah makanan alami berupa hewan-hewan yang memiliki cangkang seperti kutu air, udang kali, rayap, dan lain-lain.


REPRODUKSI

Ikan oscar dapat dipijahkan setelah mencapai ukuran panjang 15 cm dengan lebar 10 cm. Telur hasil pemijahan akan ditempatkan oleh induk oscar pada substrat yang memiliki permukaan licin seperti kaca, porselin, ataupun pecahan genting, dan selanjutnya akan dijaga oleh induk sampai telur tersebut menetas.

Ikan oscar dapat bertelur setiap 10 hari sekali dengan jumlah telur sekitar 1000-3000 butir per induk. Sepasang induk oscar dapat dipijahkan sampai 5 musim pemijahan atau sampai berumur 7 tahun. Semakin tua umur ikan oscar, maka kuantitas telur yang dihasilkannyapun akan semakin menurun.

PERSIAPAN SARANA PEMIJAHAN

· Bak Pemijahan

Sarana pemijahan yang sering dipakai untuk memijahkan ikan oscar adalah berupa bak semen dengan ukuran 2 x 2 x 0,5 m. Sebelum digunakan, bak pemijahan dipersiapkan terlebih dahulu dengan melakukan kegiatan pembersihan bak dari kotoran dan sampah-sanpah. Apabila bak yang akan dipakai adalah bak yang baru dibuat, maka sebaiknya bak tersebut direndam dengan air sumur selama 4 minggu dengan perlakuan setiap 2 minggu sekali bak dikuras. Setelah itu lakukan penjemuran terhadap bak pemijahan, hal ini dilakukan selain untuk memberikan rangsangan terhadap oscar, juga untuk membunuh bibit penyakit yang diperkirakan bersarang dalam bak. 

Setelah bak pemijahan disiapkan, selanjutnya air dimasukan ke dalam bak dengan ketinggian 25-30 cm. Sumber air yang dapat digunakan adalah air sumur ataupun air PAM, akan tetapi air tersebut perlu diendapkan selama 12-24 jam. 


· Substrat (Penempel Telur)

Telur ikan oscar bersifat adhesiv, artinya telur memerlukan tempat untuk menempel (substrat). Jenis substrat yang biasa digunakan dalam pemijahan ikan oscar adalah berupa batu yang memiliki permukaan datar ataupun bahan lain yang memiliki permukaan licin, seperti pecahan genting, porselin, kaca ataupun pipa paralon.

Sebelum dimasukan ke dalam bak pemijahan, substrat yang akan dipakai sebaiknya dicuci dahulu untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel agar tidak mengganggu telur. Jumlah substrat yang dimasukan disesuaikan dengan jumlah induk oscar yang akan dipijahkan. Untuk setiap pasangan induk oscar yang akan dipijahkan, cukup diberikan substrat 1 saja, dan substrat tersebut kita simpan di bagian sudut bak. Ukuran substrat yang ideal biasanya adalah 15 x 20 cm atau 20 x 20 cm. 


PEMASUKAN INDUK

Ikan oscar dapat dipijahkan dengan perbandingan induk jantan dan betina 1 : 1. Jumlah induk oscar yang akan dipijahkan, sebaiknya disesuaikan dengan ukuran bak pemijahan 2 x 2 m dapat dimasukan induk sebanyak 4 pasang. 


PROSES PEMIJAHAN

Proses pemijahan pada ikan oscar dimulai dengan gerakan-gerakan lincah dari induk jantan untuk memikat induk betina, kemudian kedua induk akan mencari tempat yang dianggap cocok dan membersihkannya. Setelah itu, induk betina akan mulai mengeluarkan telurnya di permukaan substrat, dan induk jantan akan langsung mengeluarkan spermanya untuk membuahi telur-telur tersebut. 

Telur-telur hasil pemijahan tadi, akan dijaga oleh kedua induk, akan tetapi sering pula terjadi induk oscar memakan telur-telurnya kembali karena ia kekurangan makanan. Oleh karena itu untuk mencegah hal itu terjadi, maka sebaiknya telur-telur tadi kita pindahkan ke tempat lain untuk ditetaskan. 


PENETASAN TELUR

Telur-telur hasil pemijahan sebaiknya di tetaskan di dalam wadah terpisah dengan bak pemijahan. Wadah yang biasa digunakan adalah akuarium yang diisi air setinggi 6-8 cm. Akuarium tersebut kita tempatkan pada tempat yang terlindung dari hujan dan panas yang berlebihan. Akuarium penetasan sebaiknya di aerasi untuk memenuhi kebutuhan oksigen terlarut bagi telur. 

Gelembung udara yang dihasilkan oleh aerator jangan terlalu besar, hal ini bertujuan agar telur tidak terganggu.

Dalam waktu 3 hari, telur-telur yang kita tetaskan biasanya sudah mulai menetas. Larva ikan oscar tidak langsung kita beri makan, karena ia masih memiliki kantung kuning telur sebagai sumber makanannya. Pada umur 4 hari benih sudah mulai diberi makanan alami berupa kutu air. Benih yang dapat dihasilkan dari sepasang induk adalah 1000-3000 ekor.


PERAWATAN 

Larva yang telah menetas selanjutnya kita pelihara di dalam akuarium penetasan sampai berumur 1 bulan. Selama pemeliharaan, ketinggian air dalam akuarium ditingkatkan secara bertahap setiap 7 hari sekali yaitu dari 6 cm menjadi 10 cm, 15 cm dan 20 cm.

Setelah berumur 1 bulan, benih-benih tersebut kita pelihara dalam bak berukuran 4 m2 dengan kepadatan 250 ekor per m2. Selama pemeliharaan, benih di beri makanan berupa kutu air ataupun cacing sutera. Makanan diberikan sebanyak 2-3 kali sehari secara adlibitum.


DAFTAR PUSTAKA

Afriantio, Eddy dan Evi Liviawati. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. Yogyakarta : 1993

Daelami, Deden. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya. Jakarta :2001

Hakim A.R. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Oscar Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Susanto, Heru. Oscar. Penebar Swadaya. Jakarta : 1993

Rabu, 04 Oktober 2017

PEMIJAHAN IKAN GURAME





Gurame merupakan salah satu komoditas perikanan tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan banyak dibudidayakan oleh para pembudidaya. Keunggulan ikan gurame dikalangan para pembudidaya gurame adalah ikan ini dapat berbiak secara alami, mudah dipelihara karena bersifat pemakan segalanya, dan dapat hidup di air tergenang.

Permintaan ikan gurame dari tahun ketahunnya terus meningkat baik dalam bentuk benih maupun dalam bentuk ukuran konsumsi. Sebagai contoh kecil, pada tahun 2001 kebutuhan benih gurame umur 12 hari di Tasikmalaya mencapai 500.000 – 1.000.000 ekor/bulan (Khairuman, 2003).

Dengan melihat data di atas, maka untuk meningkatkan produksi ikan gurame agar dapat memenuhi permintaan yang terus meningkat, maka yang harus diperhatikan salah satunya adalah mengenai kesehatan ikan, karena salah satu penghambat dalam proses peningkatan produksi adalah hama dan penyakit, bahkan ada pendapat bahwa apabila ikan sehat maka produksi akan meningkat.


KLASIFIKASI

Dalam daftar klasifikasi, Gurame termasuk dalam bangsa Labirinthici dan suku Anabantidae. Klasifikasi Gurame secara lengkap adalah sebagai berikut :

v Filum : Chordata

v Subfilum : Vertebrata

v Kelas : Pisces

v Ordo : Labyrinthici

v Famili : Anabantidae

v Genus : Osphronemus

v Spesies : Osphronemusgouramy, Lac


MORFOLOGI

Gurame mempunyai bentuk badan agak panjang, pipih, dan tertutup sisik yang berukuran besar, terlihat kasar, serta kuat. Punggungnya tinggi dan mempunyai sirip perut dengan jari-jari yang sudah berubah menjadi alat peraba.

Bagian kepala Gurame berbentuk lancip, dan akan menjadi tumpul bila sudah besar. Ikan Gurame memiliki mulut yang kecil, dengan bibir bawah menonjol sedikit dibandingkan bibir atas dan dapat disembulkan.

Badan Gurame pada umumnya berwarna biru kehitaman dan bagian perut berwarna putih. Jari-jari pertama sirip perut merupakan benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Ujung sirip punggung dan sirip dubur dapat mencapai pangkal ekor. Sirip ekor berbentuk busur, pada dasar sirip dada pada Gurame betina terdapat tanda berupa sebuah lingkaran hitam. 


PENYEBARAN

Ikan gurame merupakan ikan asli perairan Indonesia. Meskipun demikian, ada juga literature yang menyebutkan bahwa Gurame merupakan ikan asli perairan Asia Tenggara. Hal ini dengan ditemukannya ikan ini selain di Indonesia, yakni di perairan Thailand dan Malaysia.

Di Indonesia, ikan Gurame banyak ditemukan di pulau sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Di alamnya, ikan Gurame merupakan penghuni asli perairan yang tenang, seperti rawa, danau dan situ.


PEMILIHAN INDUK

Untuk menghasilkan benih yang berkualitas, induk Gurame harus berasal dari populasi Gurame yang sehat, tidak cacat, bergerak aktif atau lincah. Untuk membedakan induk Gurame jantan dan betina, dapat dikenali dari ciri-ciri fisik seperti berikut ini :


CIRI-CIRI FISIK 











PERSIAPAN KOLAM PEMIJAHAN 

Sebelum digunakan, kolam pemijahan sebaiknya dipersiapkan terlebih dulu sebaik mungkin. Persiapan kolam meliputi :

1. Pengeringan Kolam

Pengeringan kolam pemijahan dilakukan selama 2-3 hari. Tujuan dari pengeringan kolam adalah untuk membunuh hama dan sumber penyakit serta menghilangkan nitrit yang berada di dasar kolam serta untuk memberikan suasana baruya itu tanah yang sudah dikeringkan akan menimbulkan bau khas pada saat diisi air yang akan merangsang Gurame untuk memijah. Setelah kolamdikeringkan, kolam tersebut siap diisi air dengan kualitas yang baikya itu tidak berwarna, jernih, tidak berwarna dan terbebas dari hama dan bibit penyakit.

2. Pemasangan Sarang

Kolam pemijahan yang telah terisi air, kemudian dibiarkan minimum 4 hari. Selama itu, dilakukan pemasangan kerangka sarang sebagai tempat untuk meletakan bahan pembentuk sarang. Kerangka sarang diletakan di tengah dan di pingir-pinggir kolam. Sedangkan bahan pembentuk sarang yang berupa ijuk diletakan di kolam sebelum induk dimasukan kekolam.

Bahan sarang diletakan di tengah atau di pinggir-pinggir kolam. Semakin banyak bahan pembentuk sarang maka akan semakin baik.


PENEBARAN INDUK 

Induk Gurame yang telah matang gonad dan siap untuk memijah dapat segera dipindahkan ke kolam pemijahan. Pemindahan induk harus dilakukan secara hati-hati agar induk tidak stress.

Penebaran induk sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Perbandingan antara induk jantan dan betina yang akan dipijahkan yaitu 1:3 (satu jantan dan tiga betina).


PEMIJAHAN

Seminggu setelah dilepaskan ke kolam pemijahan induk jantan sudah selesai menyiapkan satu sarang. Setelah itu induk jantan akan mondar-mandir yang bertujuan untuk menarik perhatian induk betina.

Proses pemijahan ini terjadi di depan mulut sarang dan umumnya terjadi sekitar dua hari setelah sarang dibuat. Sementara itu, proses pembuahan akan berlangsung di dalam sarang. Selam proses pemijahan ini tercium bau amis diserati munculnya bintik-bintik dipermukaan air sekitar sarang. Hal ini menunjukan bahwa proses pemijahan telah berhasil.


PENETASAN TELUR

Setelah proses pemijahan berlangsung telur ikan gurame akan menetas sekitar 30-36 jam. Penetasan telur ikan gurame bias dilakukan di akuarium atau bak, di kolam pemijahan, pemijahan di sawah dan lain-lain.


PEMELIHARAAN BENIH

Benih Gurame dapat dipelihara di aquarium, bak kayu yang dilapisi plastic, bak tembok atau ditebar langsung ke kolam pendederan. Pemeliharaan benih pada wadah terkontrol harus dilengkapi dengan aerasi untuk suplai oksigen dan terhindar kontak langsung dengan hujan.

Pakan awal berupa cacing rambut, Daphnia sp, Moina sp, atau sumber protein lainnya. Bahan-bahan nabati dapat mulai diberikan setelah larva berumur 36-40 hari. Sedangkan pakan buatan (pelet) dapat diberikan dengan menyesuaikan bukaan mulutnya.

Lama pemeliharaan dan benih yang dihasilkan antara lain : benih berumur 40 hari dapat mencapai ukuran 1-2 cm (setara ukuran kuku). Benih berumur 80 hari dapat mencapai ukuran 2-4 cm (setara ukuran jempol). Benih berumur 120 hari dapat mencapai ukuran 4-6 cm (setara ukuran silet). Dan benih berumur 16 hari dapat mencapai ukuran 6-8 cm (setara ukuran korek api di masyarakat). 


DAFTAR PUSTAKA

Gunawan A. dan Syafei L.S, 2005.Buku Seri Kesehatan Ikan “Gurame Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Harmanto, Ning. Menggempur Penyakit Hewan Kesayangan dengan Mahkota Dewa, Jakarta :Penebar Swadaya, 2004.

Jangkaru, Z. Memacu Pertumbuhan Gurame, Jakarta :Penebar Swadaya, 2003.

Khairuman dan Khairul Amri. Pembenihan Dan Pembesaran Gurame Secara Intensif, Jakarta : Agromedia Pustaka, 2003.

Sendjaja, Julius Tirta. Usaha Pembenihan Gurame, Jakarta : Penerbit Swadaya,2002.

  MENGENAL IKAN SCORPION Mengingat permintaan ikan hias dari tahun ketahun terus meningkat, maka Ikan  Skorpion Volitan (Pterois ...