POTENSI BUDIDAYA UDANG GALAH
Udang galah (Macrobrachium
rosenbergii de Man) merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi.Oleh karena itu, berbagai penelitian telah
dilakukan untuk meningkatkan produksi udang galah tersebut. Dengan meningkatnya
produksi udang galah, maka kebutuhan masyarakat akan protein hewani diharapkan
dapat terpenuhi. Selain mempunyai cita rasa yang khas yang berbeda dari udang
tambak lainnya, udang galah ini harganya relatif murah dibandingkan dengan
udang windu, sehingga mudah terjangkau oleh masyarakat kecil.
Prospek pengembangan budidaya udang galah
diperkirakan lebih baik daripada ikan konsumsi dan jenis udang lainnya.Prediksi
tersebut dilandasi oleh semakin tingginya tingkat konsumsi ikan (termasuk
udang) per kapita per tahun penduduk dunia. Menurut FAO, sampai tahun 2010,
pasar dunia masih kekurangan pasokan ikan (termasuk udang) sebesar 2 juta
ton/tahun. Pasokan ikan sebesar itu tidak mungkin dipenuhi hanya dari hasil
tangkapan alam, tetapi harus dipasok dari hasil budidaya.
Agar produksi udang galah meningkat, maka kita
harus memperhatikan kesehatan pada udang tersebut, karena jika udang sehat,
maka produksinya pun akan meningkat.
Menurut Hadie Wartono dan Supriatna Jatna
(1984), udang galah memiliki klasifikasi sebagai berikut :
v
Phyllum : Arthopoda
v
Sub
Phyllum : Mandibulata
v
Class : Crustaceae
v
Sub
Class : Malacostraca
v
Ordo : Decapoda
v
Sub
Ordo : Natantia
v
Familly : Palaemonidae
v
Genus : Macrobrachium
v
Spesies : Macrobrachium rosenbergii
Menurut Hadie Wartono dan Supriatna
Jatna (1984) ,badan udang galah seperti juga udang lainnya, terdiri dari
ruas-ruas (segmen) yang diliputi oleh kulit yang keras. Badan udang dapat
dibagi atas tiga bagian besar, yakni kepala dan dada (cephalothorax), badan
(abdomen) dan ekor (uropoda).
Menurut Hadie Wartono dan Supriatna
Jatna (1984), cephalothorax dibungkus oleh kulit yang keras (carapace). Pada
bagian depan kepala terdapat penonjolan carapace yang bergerigi dan disebut
rostrum. Walaupun kegunaan yang pasti belum dapat dijelaskan, namun bila
dilihat secara taksonomis rostrum tersebut mempunyai fungsi yang besar, yaitu sebagai
penunjuk spesies (jenis).Udang galah mempunyai 11-13 buah gigi rostrum di
bagian atas dan 8-14 buah gigi rostrum di bagian bawah. Inilah yang membedakan
dengan jenis lain pada udang air tawar. Pada bagian dada terdapat lima pasang
kaki jalan. Pada udang galah, pasangan kaki jalan yang kedua tumbuh sangat
besar dan bahkan dapat mencapai 1,5 kali panjang badan. Ciri ini sangat khas
terutama pada udang jantan, sedang pada udang betina pertumbuhan kaki ini tidak
begitu besar.
Bagian badan (abdomen) terdiri dari
lima ruas, masing-masing dengan sepasang kaki renang (pleopoda). Pada udang
betina tempat tersebut merupakan tempat pengeraman telur (brood chamber)
setelah telur dibuahi, sedang pada udang jantan terdapat appendix masculina.
Bagian ekor (uropoda) merupakan ruas
terakhir dari ruas badan yang kaki renangnya bermodifikasi menjadi uropoda
(exopoda dan endopoda) dan diakhiri dengan telson.
Dalam siklus hidupnya udang galah
dapat menempati dua habitat yang berbeda yakni air payau pada fase larva dan
air tawar pada fase muda dan dewasa. Udang galah dewasa merupakan penghuni
sungai-sungai yang ada hubungannya dengan laut serta perairan sekitarnya
seperti : rawa, waduk, danau dan sebagainya. Hal tersebut berhubungan erat
dengan siklus hidupnya, bahwa larva harus segera mendapatkan perairan payau
segera setelah menetas paling lambat 3-5 hari. Larva akan berkembang hingga
mencapai juvenil di perairan payau dan kemudian bermigrasi ke perairan tawar,
ke sungai dan sebagainya.
Di alam udang galah dapat berpijah di daerah
air tawar pada jarak lebih dari 100 km dari muara / laut dan membiarkan
larvanya ikut terbawa aliran sungai mencapai laut dengan resiko kematian yang
tinggi.
SISTEM
PEMELIHARAAN
1.
Sistem pemeliharaan tunggal
(monkulter).
Pada pemerilhaarann udang galah secar tunggal,
kolam yang dipergunakan sebaiknya berukuran lebih dari 500 M2 dan
kedalaman air minimal 1,0 M. Dasar kolam pemeliharaan adalah tanah yang sedikit
berpasir, sedangkan pematang kolam dapat berupa tanah atau tembokan semen.Air
yang digunakan untuk pemeliharaan harus bebas polusi, baik yang berasla dari
limbah produksi, pabrik pertanian maupun rumah tangga. Debit air yang
diperlukan adalah 1 – 5 liter per detik untuk luasan 1000 m2.
2.
Sistem pemeliharaan campuran
(polikultur)
Pemeliharaan
udang galah dengan system polikultur banyak dilakukan oleh pembudidaya.
Kombinasi yang dianjurkan adalah dengan ikanikan jenis herbivore (pemakan
tumbuhan) seperti tawes, gras crap dan gurami. Perlakuan kolam untuk
pemeliharaan campuan tersebut hamper sama dengan yang dilakukan untuk
pemeliharaan tunggal. Diperlukan air yang mengalir secar tetap dan pemupukan
dengan kadar lebih tingg dari 100-250 gram/m2 ditambah makan buatan
(pellet).Sistem pemeliharaan tunggal (monokultur).
Pada pemerilhaaran udang galah secara tunggal,
kolam yang dipergunakan sebaiknya berukuran lebih dari 500 M2 dan
kedalaman air minimal 1,0 M. Dasar kolam pemeliharaan adalah tanah yang sedikit
berpasir, sedangkan pematang kolah dapat berupa tanah atau tembokan semen.
PERSIAPAN
KOLAM
Persiapan kolam pemeliharaan udang galah
meliputi pengeringan kolam, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar kolam,
perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar kolam, dan pembuatan
kemalir.Pengapuran dengan dosis 10-25 gram/m2 bertujuan untuk sanitasi kolam. Pemupukan sebanyak 100-250 gram/m2 dpat
dilakukan bila udang hanya diberi sedikit makanan tambahan, tetapi bila
makanan tambahan penuh diberikan, pemumpukan kolah tidak perlu
dilakukan.Untuk mencegah hewan liar, pada saluran pemasukan diberikan
saringan/filter.Penebaran udang dilakukan setelah 5 s.d 7 hari dari
pengisian air kolam.
PENEBARAN
BENIH
Benih udang galah yang ditebarkan
sebaiknya berukuran tokolan suapay lebih tahan dibandingkan juvenile.Padar
penebaran pada sistem pemeliharaan tunggal adlah 5-10 ekor/m2 untuk
tokolam berukuran 3-5 cm.
Menurut James P. Mc.Vey,Ph.D bahwa
padat penebaran benih udang galah dapat 15 ekor per m2 apabila
kondisi air dan makanan tambahan cukup, tetapi apabila ada cukup air,
tidak ada makanan tambahan (makan udang hanya dari pemupukan saja),
maka kepadatan benih udang hanya 10 ekor per/m2, tetapi bila tidak ada air
yang cukup dan juga tidak tersedia pupuk untuk kolam maka dapat dicoba
kepadatan 2 ekor udang per m2.
Padat penebarab per m2 yang dianjurkan
pada pemeliharaan polikultur dengan pemupukan organic dan tambahan
tumbuhan adalah 10 ekor udang galah ditambah pupuk organic saja,.
Untuk pemeliharaan udang galah dengan system pemanenan secara
bertahap, dapat dilakukan penebaran ulang pada setiap panen 50% dari jumlah
udang yang dipanen.
PEMBERIAN
MAKANAN
Selama pemeliharaan, udang galah
diberi makanan tambahan berupa pellet (25% protein) dengan jumlah pakan 5%
dari berat total biomas populasi udang per hari. Frekwensi pemberiannya
adalah 2 kali perhari, yaitu pada sore hari dan malam hari, karena pada
waktu itu udang lebih aktif.
Untuk menentukan jumlah berat populasi udang
yang ada yaitu dengan cara mengambil sedikit udang untuk sample yang
kemudian kita bisa mengetahui berat rara-ratanya. Berat rata-rata tadi
dikalikan dengan jumlah yang diperkirakan ada didalam kolam
untuk mendapatkan jumlah berat seluruhnya. Jumlah pemberian 5% per hari
harus disesuaikan setiap dua minggu sekali.Apabila semua dalam keadaan
baik untuk pertumbuhan udang kita bisa mengharapkan mortalitas hanya lebih
kurang 5% per bulannya. Dengan demikian dapat diperkirakan jumlah udang
yang akan dapat dipanen dengan mengurangi 5% tiap bulannya.
PENGELOLAAN
AIR
Pada kolam pemeliharaan udang galah, untuk
menjaga kesehatan udang, kualitas dan kuantitas air harus selalu dipantau.
Biasanya untuk pemeliharaan udang system tunggal, kualitas air cenderung
menurun (jelek) setelah 1 bulan mas pemeliharaan. Untuk memperbaiki
kualitas air tersebut dapat ditebarkan ikan-ikan jenis pemakan plangton dengan
kepadatan rendah. Kualitas air yang redah ditandai dengan banyaknya
udang dipermukaan pada pagi hari. Cara lain yang dapat ditempuh adalah
dengan mengganti jumlah air sebanyak sepertiga bagian dengan air baru.
PENYAKIT
Penyakit udang yang paling serius adalah yang
disebabkan oleh ingkungan dan keadaan yang tidak menyenangkana seperti
terlalu padat, kekurangan makanan, penanganan yang tidak baik dan
sebagainya. Berarti cara penanggulangan yang paling baik dan efektif ialah
dengan memberikan kondisi yang terbaik pada kolam udang. Sekali
kolam dilanda penyakit yang serius maka biasanya terlambat untuk untuk
melakukan tindakan apapun. Penyembuhan dengan memberikan anti
biotika atau fungisida keseluruh kolam mahal sekali biayanya.Oleh karena
itu lebih murah untuk mengeringkan kolam dan mulai menyiakan dari
permulaan.
PEMANENAN
Setelah masa pemeliharaan 3 sampai 5
bulan udang dapat diapanen. Pada saat panen total ukurang bervariasi
beratnya yaitu 20 – 50 gram per ekor. Sistem pemanenan dapat dilakukan
secar bertahap dimanan hanya dipilih ukuran konsumsi isi 30 sampai 40
ekor/kg (ukuran pasar).Pada tahap pertama dilakukan setelah 2 bulan masa
pemeliharaan (dari tokolan) dengan menggunakan jarring dan setaip bulan
berikutnya.Produksi udang galah dapat menncapai 2 sampai 40
ton/hektar. Tehnik memanen yang paling mudah dan paling murah adalah
dengan mengeringkan kolam baik sebagian maupun menyeluruh. Biasanya
apabila akan memanen seluruh udang maka kolam dikeringkan sama
sekali, tetapi kalau akan memanen sebagian air yang dibuang.
Pada saat pemanenan sebaiknya dimasukkan air
segar kedalam kolam melalui saluran air masuk. Selain itu pemanenan
sebaiknya dilakukan pada pagi hari dimana temperatur masih rendah.Air segar
perlu dialirkan kedalam kolam untuk mencegah agar udang tidak mati kepanansan,
air dibuang melalui pusat saluran pembuangan dalam kolam sehingga semua udang
akan mengumpul didalam bak penangkap ataupun dalam saluran kemudian ditangkap
dengan menggunakan jarring kecil (serok). Setelah itu dimasukkan kedalam ember
yang diisi es atau dalm kemasan yang telah disiapkan dan dikirimkan ke
pasaran. Apabila dipanen seluruhnya maka kolam harus dikeringkan dan
disiapkan lagi untuk pemeliharaan berikutnya.
DAFTAR
PUSTAKA :
Dalimartha, Setiawan. 2004. Atlas Tumbuhan
Obat Indonesia. Puspa Swara. Jakarta.
Hadie, Wartono dan Supriatna, Jatna,
1984.Pengembangan Udang Galah Dalam Hatchery Dan Budidaya, Edisi Ke-2, Penerbit
Kanisius, Jakarta.
Khairuman dan Amri, Khairul, 2004.Budidaya
Udang Galah Secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Riswan, Iwan, 2002. Prospek dan Peluang Usaha
Pembenihan Udang Galah. Majalah Mina Samudra,